Bab 40 Cukup Sampai Disini

13.8K 876 186
                                    

sorry for late update
terima kasih sudah menunggu
*********

"Anak??!"

Alaric menatap tak percaya ke arah Hugo, beberapa foto yang ada ditangannya sebagai bukti ia genggam keras.

"I.. Iya bos. Begitulah info yang kami dapatkan"

Alaric terduduk lemas di atas meja kerjanya. Ia kembali menatap foto Keiko bersama seorang anak laki-laki berusia 2 tahun. Tubuhnya bergetar melihat foto tersebut.

"I... Ini sungguh anaknya? Apa ini sungguh anaknya dengan si bajingan Raynald?"

"B...Bos bagaimana jika nona Amora tahu?"

Alaric melihat ke arah Hugo dengan tatapan yang tak dapat di artikan. Hugo lantas menunduk, takut melihat sorot mata tuannya tersebut.

"Ma..maaf bos, hanya saja saya sedikit mengkhawatirkan nona Amora. Ia pasti sangat terluka jika mengetahui hal ini"

Alaric tetap memandangi anak buahnya tersebut. Bahkan seorang Hugo yang biasanya tak kenal ampun pun sampai mengkhawatirkan wanita tersebut. Ia menghela nafas kasar untuk menenangkan dirinya yang kini rasanya begitu kacau.

"Kau tahu Hugo, jika Amora tahu, hal baiknya adalah ia akan pergi dari Raynald. Tapi ada hal buruk yang amat sangat aku takutkan"

"Apa itu bos? Bukankah jika nona Amora pergi dari si Raynald, bos jadi ada kesempatan"

Alaric menatap Hugo, seulas senyuman lesu terapangpang diwajahnya.

"Tidak. Justru itulah yang akan sulit Hugo. Amora pernah mengatakan padaku jika aku tak memiliki kesempatan karena hatinya....hanya untuk Raynald"

Alaric kembali terdiam. Ia berfikir, jika Amora benar-benar melakukan hal yang pernah ia katakan, apakah ia sanggup? Seseorang sepertinya pantas untuk dicintai dan dilindungi oleh seorang pria yang pantas untuknya. Sungguh tidak adil jika hanya ia yang mencintai seseorang yang sudah pasti tidak mencintainya, dan membuat dirinya tak bisa dicintai pria lain yang menyimpan rasa padanya. Amora. Kenapa ia sebodoh itu?

"Bos.. "

"Terima kasih Hugo. Kau boleh keluar sekarang. Dan...kembali awasi Amora, aku punya firasat tidak enak soal dirinya"

"Baik bos. Saya permisi"

Hugo pun keluar dari ruangan tersebut. Alaric pun kembali menatap foto-foto tersebut.

"Kau...tidak berubah ya Keiko... Pesonamu masih tetap seperti dulu..."

Ia terus menatap foto tersebut. Namun kini fokusnya teralih pada anak laki-laki yang Keiko peluk. Ia terus menatap anak laki-laki tersebut. Entah kenapa, tetapi ia merasa ada sesuatu, sesuatu yang tak dapat ia deskripsikan.

******

Raynald berdiri tegap di depan cermin yang melebihi tinggi tubuhnya, merapikan pakaian yang kini melekat lengkap. Penerangan dikamar tempat ia berada remang, hanya diterangi 2 buah lampu tidur. Ia sengaja tidak menyalakan lampu agar wanita tersebut, wanita yang kini tengah terlelap tidur diatas ranjang tidak terbangun. Sudah berjam-jam Raynald mencoba untuk memejamkan matanya, namun tak bisa. Kejadian sore tadi terus menghantui pikirannya. Amora melihat dirinya disini, bersama Keiko, terlebih kondisinya tadi saat membuka pintu pasti membuat Kitty sangat kaget. Wajahnya sudah pucat dan tubuhnya gemetar. Ia pun tahu bahwa Amora tadi dengan sekuat tenaga menahan tangisnya. Tapi siapa yang peduli akan hal itu?

Namun jika ia tak peduli, mengapa hal tersebut mengganggu dirinya sekarang? Kenapa wajah Amora yang sangat pucat tersebut membuat dirinya tak karuan? Kenapa membayangkan Amora yang menahan tangis kini membuat desir nyeri di dadanya? Jiwanya kembali bergolak, membuat banyak konflik disana. Ia tahu, sungguh tahu, kenapa dirinya seperti itu. Namun Raynald terus mengelak. Ia dengan segera menyambar kunci mobil dan jaketnya. Baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya terhenti. Ia menoleh kearah ranjang tempat Keiko kini sedang tenggelam dalam mimpi-mimpinya. Ia menatap Keiko cukup lama.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang