"Cepatlah sedikit Hans!"
"Astaga Ana, sabar. Ini sudah dalam batas kecepatan maksimal"
"Pokoknya harus lebih cepat!"
"Tidak bisa Ana! Nanti kita ditilang polisi! Lagipula beberapa jam lalu kau baru saja mengabaikannya lalu setelah itu kau peduli lalu mengabaikannya, sekarang peduli lagi. Jangan jadi wanita yang plin plan Ana"
Anastasia kembali duduk kesal di bangku belakang. Hans hanya mendesah pelan melihat Anastasia yang akhirnya kembali cerewet. Arka yang duduk di sebelah kursi kemudi yang kini ditempati Hans hanya diam fokus menatap ke depan. Suasana mobil tersebut tegang. Setelah percakapan singkatnya dengan Raynald di taman belakang rumah sakit tadi sore, selang beberapa jam ia menyeret kedua sahabatnya itu untuk menyusul Raynald kerumah. Firasat buruk, itulah yang Anastasia rasakan.
"Ana, kau coba hubungi dia dulu. Jangan sampai ia tidak di rumah",ucap Arka mencoba tenang walau sebenarnya kini perasaannya sudah campur aduk
"I...Iya baiklah..."
Anastasia merogoh tasnya dan mengambil smartphonenya. Dengan segera ia menghubungi kontak Raynald. Suara sambungan telepon terdengar. Pada suara sambungan kelima panggilan tersebut diangkat.
"Ha...Halo Kak Ana..."
Anastasia terkejut. Bukan suara Raynald yang menjawab teleponnya melainkan seorang wanita. Wanita tersebut terdengar sedang menangis
"Maaf, ini siapa?"
"Kak Ana, ini aku Amora"
"Ya Tuhan! Amora!"
Kini bukan hanya Anastasia, Hans dan Arka pun ikut terkejut. Amora ada disini dan ia mengangkat telepon Raynald?
"Kak Ana, kakak ada dimana? Tolong Kak Ray...kumohon"
"A...Ada apa Amora? Ada apa dengan Raynald?"
Anastasia mendengarkan penjelasan Amora dari sebrang sana. Tubuhnya mendadak tegang, nafasnya tercekat. Arka terus memandang ke depan, menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Hans beberapa kali menoleh sedikit ke arah Anastasia yang wajahnya mulai agak pucat.
"He..hei Ana, ada apa?",tanya Hans mulai bingung dengan situasi
"Amora tenanglah. Kami sudah mau sampai. Jaga Ray ya"
Anastasia pun mematikan sambungan teleponnya dengan Amora lalu memukul bahu Hans keras
"Astaga Ana! Kenapa kasar sekali?!"
"Bisa tidak sih lebih cepat? Ray pingsan!"
"Oh astaga si bodoh itu kenapa lagi?! Maafkan aku wahai para polwan cantik, tapi ini mendesak"
Tanpa peduli Hans pun menambah kecepatan mobilnya.Dengan penuh konsentrasi akhirnya mereka sampai di rumah Raynald. Segera mereka memasuki rumah tersebut dan lari keatas menuju kamar Amora. Amora menangis sambil memeluk erat Raynald yang sudah tak sadarkan diri.
"Raynald!!",seru mereka
Mereka masuk ke dalam. Arka dengan segera mengecek kondisi Raynald, dibantu oleh Hans. Anastasia yang memposisikan dirinya di sebelah Amora terdiam perlahan menahan tangis. Ada rasa penyesalan dari dalam hatinya. Arka yang menyadari adanya darah yang muncul dari balik kemeja Raynald langsung membuka kancing kemeja Raynald dan melihat kondisi tubuhnya. Tampak sebuah luka yang tertutup belitan perban disana dengan darah yang merembes keluar. Dibagian tubuh lain terdapat beberapa luka gores dan sebuah luka bakar kecil yang mulai sembuh. Sesaat mereka semua terdiam melihat luka-luka tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomanceLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...