don't forget for always vote 🌟 and comment!
Setelah memutari beberapa sisi kota, akhirnya mobil Merchedez Benz hitam itu berhenti di depan sebuah rumah. Alaric menatap Amora yang raut wajahnya tampak kecewa. Bagaimana tidak, mereka telah berkeliling mencari Raynald tetapi sosok pria tersebut tidak ditemukan. Tentu saja tidak akan mungkin ditemukan. Alaric tahu, jika wanita ini tahu dirinya berbohong, ia pasti akan sangat dibenci. Tapi ini demi kebaikannya, Alaric tidak siap untuk melihat Amora sakit hati.
"Kita sudah sampai Mor"
"Iya..",jawabnya lemas
Amora memandang ke arah rumahnya, tidak tampak mobil Raynald yang terparkir disana. Raynald belum pulang. Ia pun masih diam, menerawang ke rumahnya dengan tatapan kosong.
"Amora"
"O.. Oh iya kak"
"Masuklah lalu istirahat. Kau pasti lelah."
"Iya kak... "
Amora pun memeriksa sekeliling jikalau ada barangnya yang tercecer. Setelah memastikan tidak ada, ia pun bergegas keluar dari mobil.
"Mor... "
Alaric kembali memanggilnya. Amora pun menghentikan langkahnya menuju keluar dan melihat ke arah Alaric.
"Tenanglah, dan istirahat. Jangan biarkan segala hal yang terjadi saat ini membuatmu bersedih dan menyiksamu Mor. Aku mohon. Dan...jika kau butuh teman untuk bercerita, berbagi keluh kesah, dan diminta pertolongan, aku bersedia Mor. Jangan menolak, karena....hanya ini yang kuinginkan dan bisa kulakukan untukmu. Dan aku berjanji untuk tidak melakukan hal-hal bodoh seperti saat pertama kita bertemu. Sungguh Mor."
Alaric tersenyum begitu lembut. Ia merasa... ia menyerah, mungkin. Amoranya sungguh tak tersentuh. Hatinya begitu teguh untuk mencintai seorang Raynald, pria brengsek yang entah sedang melakukan apa dengan Keiko. Setelah melewati begitu banyak hal, setelah ia mengikuti Amora selama ini, setelah ia melihat setiap sisi Amora yang amat sangat mencintai Raynald, Alaric tahu dirinya tidak akan berhasil. Apakah ia memang ditakdirkan untuk selalu kalah bersaing dengan Raynald untuk mendapatkan wanita yang menarik perhatiannya? Dan kenapa wanita yang ia sukai harus selalu berhubungan dengan si brengsek Raynald?
Mendengar semua ucapan yang Alaric katakan padanya membuat hati Amora terasa berbeda. Berbeda rasanya saat ia bertemu pertama kalinya dengan Alaric. Rasanya seperti saat Lukas mengatakan hal yang sama pada dirinya.
"Baiklah. Terima kasih banyak Kak Alaric. Terima kasih",ucap Amora dengan senyum lebar yang begitu manis
Detak jantung Alaric terasa lebih kencang saat melihatnya. Untuk pertama kalinya Amora tersenyum semanis itu kepadanya. Seulas senyum pun terkembang di wajah Alaric. Ia merasa pipinya sedikit panas.
"Dan kak, aku lebih suka kakak yang seperti ini. Kakak pulanglah dan istirahat"
Amora pun keluar dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Alaric terus menatap Amora hingga hilang dari pandangannya. Alaric menyandarkan pasrah tubuhnya pada kursi kemudi. Suka. Amora menyukainya. Menyukai dalam arti yang lain. Ia mendesah panjang.
"Amora...menyukaiku.... Ia menyukaiku... Sebagai teman... "
Ia pun mengubah posisi duduknya. Dahinya kini tertempel pada stir kemudi.
"Ya Alaric. Cukup sampai disini. Lebih baik untuk menahan perasaanmu padanya. Ini jauh lebih baik daripada terus memaksakan perasaanmu sehingga membuatnya terus menghindar"
"Ya. Kini lebih baik untuk melindungi dan menjaganya. Aku harus melindunginya. Apakah ini yang Amora maksud mengenai perasaanya kepada Raynald. Renjana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomanceLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...