Bab 14 Ilusi

16.2K 885 35
                                    

Hujan deras kembali mengguyur perjalanan pulang Raynald dan Amora. Belakangan musim tidak dapat diprediksi. Seringkali cuaca panas namun tiba-tiba berubah menjadi hujan deras. Sambil mengemudi, Raynald melirik ke arah Amora. Amora sudah tidur lelap di kursinya. Sepertinya ia lelah karena menangis di makam tadi. Lampu merah menghentikan laju mobil Raynald. Raynald menoleh dan memperhatikan Amora yang masih mengenakan sweaternya. Entah apa yang Raynald pikirkan, namun kini pandangannya fokus pada bibir Amora yang terkadang bergerak pelan dalam tidurnya.

Suara klakson kendaraan dibelakangnya membuyarkan pikiran Raynald. Lampu lalu lintas ternyata sudah berubah menjadi hijau. Raynald pun melajukan mobilnya. Ia menggelengkan kepalanya pelan

"Dasar kitty. Bagaiamana bisa ia tidur begitu lelap saat berdua dengan pria di dalam mobil? Ia benar-benar bisa menjadi mangsa empuk", gerutu Raynald.

Raynald memperhatikan pemandangan jalanan dari kaca sebelah kirinya, tepat di dekat Amora. Perlahan ia melambatkan laju mobilnya, mengarahkannya ke kiri lalu berhenti di dekat sebuah warung sate tenda. Perutnya sangat lapar, dan kebetulan salah satu tempat makan kesukaannya di lewati. Merasa mobil tiba-tiba berhenti, Amora terbangun. Ia melihat keluar jendela lalu melihat ke arah Raynald

"Kak Ray, ini dimana?"

"Apa kau sudah sangat lapar?"

"Ah.. belum terlalu kak. Ada apa?"

"Tunggulah. Aku mau makan disini sebentar. Setelah selesai aku akan mengantarmu makan di restoran"

"Restoran?"

"Iya Kitty"

"Memangnya sate ini kenapa kak Ray?"

"Kau...memangnya mau makan ini?"

"I..iya kak.. memangnya kenapa?"

"Kau serius?",tanya Raynald dengan wajah heran

"I..iya kak.."

Raynald hanya terdiam dan berfikir sambil memperhatikan wajah Amora  yang bingung dan tampak polos.

"Haaah... baiklah. Ayo ikut aku Amora. Kita makan disini"

Raynald keluar duluan menggunakan payung. Lalu berjalan ke arah pintu Amora dan membukanya. Amora turun dari mobil dan bergabung satu payung dengan Raynald. Amora diam-diam menatap Raynald, pipinya bersemu merah. Entah kenapa tapi Amora merasa Raynald sedikit lebih lembut dan perhatian hari ini. Amora tersenyum dengan semu merah yang menghiasi pipinya. Ia sangat menikmati setiap detik perhatian Raynald saat ini. Walaupun tidak selalu seperti ini, tapi ia merasa sangat bahagia. 

Mereka duduk di salah satu bagian kursi panjang yang kosong dan duduk berhadapan.

"Pak sate sapinya dua porsi"

"Siap kang"

"Kau harus banyak makan daging Kitty. Kau terlalu kurus."

Amora tersenyum manis sambil mengangguk. Raynald terus menatap Amora dengan wajah bingung.

"K..Kak ada apa?"

"Kau...tidak keberatan makan disini?"

"Keberatan kenapa kak?"

"Bukankah wanita tidak suka makan di tempat seperti ini?"

"E..eh, kenapa kak? Kalau aku suka suka saja kok kak"

"Kau tidak merasa malu?"

"Tidak kak..."

Raynald tetap menatap Amora. Ia merasa heran, teman-teman tidurnya selalu protes dan harus makan di tempat yang bagus dan mahal. Tapi Amora, tak ada ekspresi wajahnya yang kesal, risih, malu ataupun marah saat duduk disini. Yang aneh, ia malah terlihat senang. Sedangkan Amora tentu saja sangat senang. Raynald membawanya kemana pun asal bersama ia tidak pernah keberatan.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang