Amora menatap keluar melalui kaca butiknya. Ia menyentuh kaca tersebut dengan tangan kanannya, isi kepalanya memikirkan sesuatu. Raynald benar-benar tidak pulang. Bahkan tadi saat Amora berangkat menuju butiknya, Raynald tidak kunjung pulang. Ingin sekali ia menghubungi Raynald, tapi ia sudah tahu Raynald tidak akan membalas pesannya. Amora memejamkan matanya sebentar lalu kembali membuka matanya. Ia tersenyum lesu. Entah kenapa saat Raynald mengatakan ia tidak pulang, ada perasaan aneh dalam dirinya.
Ia menatap jam, kini sudah pukul 12 siang. Tidak ada costumer yang membuat janji dengannya dan tidak ada barang yang masuk hari ini. Ia pun mengambil tas dan jaketnya, membalikan papan tanda open menjadi close, dan mengunci butiknya. Ia berjalan menuju florist milik Veronika yang tepat berada disebelah butiknya.
"Kak Vero"
"Lho Mor, ada apa?"
"Aku mau beli bunga kak"
"White carnation?"
"Bukan kak, white lily"
Veronika menatap Amora. Ia sudah hafal akan pergi kemana Amora jika sudah membeli white lily.
"Kau pergi dengan siapa Mor? Mau kuantar?"
"Tidak perlu kak. Aku pergi sendiri saja"
"Hah? Naik motor? Kamu serius Mor? Raynald tahu?"
Amora menggeleng sambil tersenyum.
"Kak Ray sedang sibuk, banyak pasien. Aku tidak bisa ganggu kak. Nanti kak Ray jadi repot"
"Hah? Memangnya dia tidak cuti?"
"Kak Vero, walaupun kak Ray cuti, pasiennya tetap mau ditangani sama kak Ray", jawab Amora sambil tersenyum bangga
"Astaga. Sedih sekali ya jadi istri dokter seperti Raynald. Baru menikah tetap ditinggal kerja. Tapi Mor, ini kan musim hujan. Yakin naik motor?"
"Cuacanya cerah kok kak. Tenang saja"
"Tetap saja kamu harus beri tahu Raynald. Ayo cepat kirim pesan padanya"
Amora terdiam. Ia ragu.
"Ayo Mor cepat. Kamu kan istrinya"
"I..iya kak..."
Raynald membuka kulkas. Ia mencari makanan yang bisa ia makan. Namun nihil, kulkas milik Arka tidak ada apa-apa. Tadi pagi mereka sudah sarapan mie instan, dan tidak mungkin makan siang dengan mie instan lagi. Raynald mendesah pelan. Arka muncul dengan pakaian yang rapi, ia juga sudah mandi. Raynald menatap Arka.
"Kau mau kemana? Hari ini kan jadwal liburmu"
"Ke tempat Kirana. Dia sakit"
"Sudah ditolak tetap mengejar Ka?"
"Tentu saja. Karena aku merasa pantas disampingnya. Ah bukan, aku mencoba memantaskan diri untuknya", jawab Arka dengan menatap penuh arti pada Raynald
Raynald mendengus kesal.
"Kau tidak punya makanan sungguhan di kulkasmu?"
"Hah? Itu dimeja ada roti. Di lemari penyimpanan ada mie instan"
"Hei, mana mungkin aku makan siang dengan roti dan mie instan lagi"
"Tidak usah banyak protes Ray. Kau kan tahu dulu kita saat jadi remaja labil dalam pelarian di Kyoto pun selalu makan makanan instan. Paling enak pun kita makan bento yang dijual di stasiun."
Raynald menggeleng sambil memijat keningnya.
"Hubungi saja Amora. Dia bisa masak kan?"
"Kenapa harus Amora?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomanceLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...