Bab 43 Terima Kasih & Selamat Tinggal

14.9K 1K 224
                                    

"Saat cintamu tak menghiraukanmu, saat cintamu tak menganggapmu ada, apakah menghilang merupakan solusi terbaik agar kau tahu bahwa cintamu sesungguhnya mencintaimu dan menganggapmu ada atau tidak?"

********

Posisi matahari kini tepat diatas, menandakan waktu sudah masuk tengah hari. Sinar terik matahari seperti biasa, terasa begitu panas pada saat seperti itu. Jalanan sedikit padat, banyak orang yang pergi meninggalkan tempat kerjanya hanya untuk sekedar makan siang. Namun bagi Raynald, waktu tersebut tak membuatnya ingin melakukan aktifitas yang seperti orang lain lakukan. Jangankan makan siang, ia sungguh tak ingin melakukan apa-apa. Ia menyetir mobilnya dengan pikiran kosong.

Sesuai dengan janjinya dengan Keiko, Raynald menemui Keiko dan yang Keiko katakan anaknya, anak mereka. Tapi saat menemuinya, menyentuhnya bahkan memangku anak tersebut Raynald merasa aneh. Ia merasa kosong. Namun ia mencoba terlihat biasa saja, memeluk dan mengelus anak yang bernama Gabriel tersebut dalam pangkuannya. Seringkali Gabriel tampak tak nyaman dan menangis saat bersama dengannya, seperti dengan...orang asing?

"Ray, kau mau kan memulai semuanya kembali? Memulai kembali hubungan kita namun bukan seperti dulu. Memulai kembali hubunga normal layaknya pasangan yang lain. Aku tahu Ray, kau sesungguhnya pria yang baik. Kau tak mungkin menelantarkan anakmu kan Ray?"

Kalimat panjang tersebut terus membayangi Raynald, kata tiap katanya. Ingin rasanya ia mati. Semua kemelut tersebut membuatnya tak terasa kini sudah sampai di depan rumah Arka. Arka, salah satu temannya yang bisa ia datangi jika masalah seperti ini menerpanya.Karena seperti yang diketahui, mereka sudah saling tahu latar belakang kelam satu sama lain yang mereka sembunyikan sebagian dari Hans dan Anastasia. Ia memasuki rumah dengan langkah gontai.

Saat memasuki ruang tengah tampak Arka duduk pada salah satu sofa single disana, menunggu kedatangan seseorang yang kini tepat berada di hadapannya. Arka menatap dingin Raynald. Tatapan mata yang selalu membuat Raynald tidak suka. Tatapan mata membeci dan penuh dendam, itulah yang Raynald rasakan. Mata Raynald kini terpaku pada figura foto putih dengan ukiran indah miliknya yang kini sudah berada di tangan Arka. Raynald beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Raynald.

"Apa pertemuan keluarga kecilmu menyenangkan Raynald?",tanya Arka dengan nada dingin

Raynald hanya diam tak menjawab. Arka perlahan berdiri dari duduknya, berjalan mendekati Raynald.

"Kau....memiliki anak? Lalu bagaimana dengan Amora?"

Raynald tetap bungkam, tak mau menjawab.

"Raynald.."

"Kembalikan figura itu. Itu milikku"

"Milikmu huh?"

Sebuah hantaman keras mendarat di wajah Raynald, membuatnya tersungkur tak berdaya dilantai. Arka meninjunya. Arka tetap memandang Raynald dengan tatapan dingin. Belum selesai, ia belum selesai menyelesaikannya. Ia ingin otak Raynald syarafnya kembali bekerja dengan benar karena ia merasa setiap neuron yang ada pada otak sahabatnya itu tidak beres, butuh banyak hantaman untuk memperbaikainya. Raynald mencoba berdiri, menatap sayu kearah figura foto yang masih berada di tangan Arka.

"Brengsek, kembalikan. Itu milikku"

Mendengar hal itu Arka kembali menghajar Raynald. Sudah lama ia tak melakukannya, dan kini ia melakukannya lagi. Jangan sampai mati, cukup babak belur saja, itulah yang Arka pikirkan. Beberapa barang yang mengenai hantaman tubuh Raynald pun kini telah jatuh bahkan pecah, tapi Arka tak peduli. Setelah hantaman keras mengenai tepat diperutnya, Arka menghentikan aksinya. Raynald tergeletak tak berdaya sambil terbatuk dan merintih nyeri. Darah segar mengalir di beberapa bagian wajahnya. Ia mencoba bangun, namun tak bisa.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang