02 - Pertemuan

2.2K 333 51
                                        

[Seoul, Tahun 2015]

“Kenapa macet sekali?”

Lelaki tampan di depan kemudinya itu menghembuskan nafas kasar. Lalu lintas di jalanan kota siang ini tampaknya begitu ramai hingga menimbulkan kemacetan lumayan parah.

Manik hazel lelaki itu kemudian beralih menatap sebuah pigura kecil yang terpajang di atas dasbor mobilnya, memandang foto kebersamaannya dengan seorang model cantik kebanggaan Korea Selatan yang telah lama menjadi tempatnya menambatkan hati.

Manik hazel lelaki itu kemudian beralih menatap sebuah pigura kecil yang terpajang di atas dasbor mobilnya, memandang foto kebersamaannya dengan seorang model cantik kebanggaan Korea Selatan yang telah lama menjadi tempatnya menambatkan hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Halo, Sayang.” Ucap si lelaki, lembut, saat panggilannya terhubung langsung ke nomor sang gadis. “Maaf, sepertinya aku akan terlambat datang ke acara jumpa fansmu. Jalanan macet sekali.”

Gadis di seberang line telepon sana terdengar sedikit mengeluh manja, dan si lelaki lagi-lagi hanya bisa berusaha memahami sifat manja kekasihnya tersebut.

Orang-orang mengenal lelaki itu sebagai Oh Sehun, artis tampan yang sedang naik daun setelah wajahnya terpampang di sampul sebuah majalah ternama bersama Bae Irene, sang model cantik tanpa cacat. Tak banyak orang tahu perihal adanya jalinan asmara di antara mereka. Tahun ini, 2 tahun sudah Sehun bertemu dengan seorang Irene dan memiliki cintanya.

“Ada kecelakaan di depan. Harap hati-hati saat berkendara.” Ucap seorang polisi lalu lintas, mewanti-wanti.

Sehun memutar setir mobilnya, mencoba mencari jalan alternatif lain. Sambungan teleponnya dengan Irene sudah terputus beberapa saat lalu karena sang gadis sudah harus memulai acaranya.

Untunglah Sehun cukup hafal beberapa jalan alternatif yang bisa mengantarkannya ke lokasi sang kekasih, karena kalau tidak, mungkin ia akan terus terjebak dalam kemacetan di jalan utama tadi.

CIIITTT BRAK!

Sehun terdiam untuk beberapa saat setelah menginjak rem mobilnya tiba-tiba. Ia bersumpah dalam hati kalau dirinya sama sekali tak kehilangan sedikitpun konsentrasi untuk melihat jalanan yang ia lalui. Tapi kini, ia benar-benar berada dalam situasi ‘baru saja menabrak seseorang’ di jalanan sepi.

Lelaki bermarga Oh itu lantas keluar dari mobilnya masih dengan ekspresi tak percaya.

“Nona, sadarlah! Kau bisa dengar aku?! Nona?! Nona?!” Sehun mengguncang tubuh gadis cantik yang baru saja ia tabrak. Meski benturan yang dirasakan Sehun tadi cukup keras, gadis itu tak terlihat terluka sama sekali.

Ahjussi?”

Oh tidak. Penglihatan gadis itu pasti terganggu setelah mengalami kecelakaan tadi. Bagaimana bisa Sehun yang sudah berpenampilan sangat rapi dengan ketampanan tak terelakkan di usia 21 tahunnya ini kemudian mendapat panggilan ‘paman’ dari seorang gadis yang usianya tak beda jauh dengannya itu?

“Aku harus membawamu ke rumah sakit.”

Tanpa perlu bertanya, Sehun bisa langsung mengetahui nama gadis itu dari caranya berbicara. Yena, ya, gadis cantik yang baru ditabrak Sehun itu memiliki cara bicara seperti anak kecil yang selalu menyebut nama diri sendiri sebagai kata ganti ‘aku’ saat berbicara kepadanya.

ELEVEN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang