01 - Harapan

2.7K 364 42
                                    

[Seoul, Tahun 2035]

Dalam satu ruangan yang terang benderang, seorang gadis tampak lincah meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik. Paras cantiknya terlihat berseri-seri menatap bayangan dirinya sendiri di cermin yang menutupi sebagian dinding ruangan tersebut. Meski tak ada seorangpun yang melihatnya berlatih, ia tetap tak ingin menyia-nyiakan waktunya dan terus berlatih demi debut perdananya yang tinggal menghitung hari.

Nama gadis cantik berambut hitam panjang terurai itu Byun Yena. Usianya baru akan menginjak 19 tahun di bulan desember tahun ini. Sewindu sudah gadis itu menghabiskan waktunya untuk menjadi seorang trainee di sebuah agensi ternama bersama sahabatnya yang sudah lebih dulu debut sebagai seorang aktor.

Bukan karena tak berbakat ia tak disegerakan debut oleh agensinya. Suara bak malaikat yang ia miliki sebenarnya sudah sangat cukup untuk memulai debut sebagai penyanyi solo maupun grup tanpa perlu harus menunggu selama itu. Latar belakang keluarga Yena-lah yang membuat pihak agensi harus berpikir beribu-ribu kali sebelum membuat keputusan atas dirinya.

Ayah Yena merupakan seorang narapidana kasus pembunuhan berencana yang sudah di eksekusi mati 14 tahun yang lalu, sedangkan ibunya tak lain adalah korban penculikan serta pemerkosaan yang dilakukan sang ayah hingga Yena akhirnya bisa terlahir ke dunia ini. Kasus itu sangat menyedot perhatian warga Korea Selatan dan bahkan membekas dalam ingatan mereka sampai saat ini.

Kembali mendapat kesempatan setelah gagal debut untuk yang ke-4 kalinya setidaknya telah membuat Yena percaya bahwa penantiannya selama ini tidak akan pernah menjadi sia-sia.

BRAK!

“Chanyeol-ah...” Yena terkejut bukan main saat aktor tampan bermarga Park yang tak lain merupakan sahabatnya sejak kecil itu tiba-tiba saja masuk ke ruang latihannya dengan nafas terengah-engah seperti habis berlari dari kejaran hantu.

“Yena-ya, poster-postermu...” lelaki tinggi itu berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Ada rasa sesak yang ikut menumpuk di dada Chanyeol setelah netranya melihat sendiri bagaimana pihak manajemen mereka mengganti poster debut Yena dengan poster orang lain.

“Mereka hanya akan mendebutkan Bitna.”

Yena tersenyum pahit, peluh hasil kerja kerasnya berlatih hari ini bercucuran membasahi wajah serta kaos putih tipis tanpa lengan yang dikenakannya. Gadis itu melangkah mendekat ke arah pengeras suara di sudut ruangan dan menghentikan putaran lagu debutnya dengan menyentuh ikon berhenti di layar virtual yang berasal dari fitur canggih pengeras suara tersebut.

“Kau baik-baik saja?” tanya Chanyeol, mencemaskan perasaan Yena saat ini. Yena sudah terlalu sering tersenyum palsu menghadapi kabar tak mengenakkan ini, setidaknya, Chanyeol ingin melihat gadis itu menangis sekali saja untuk melepas semua beban di hatinya.

“Chanyeol-ah, bisa kau temani aku ke kafe?”

“Tentu.”

Sensor pada lampu di ruangan itu bisa mendeteksi ada tidaknya orang di dalam ruangan, sehingga saat Yena dan Chanyeol pergi, mereka tak perlu lagi repot-repot menekan saklar karena lampu akan mati secara otomatis.

Sensor pada lampu di ruangan itu bisa mendeteksi ada tidaknya orang di dalam ruangan, sehingga saat Yena dan Chanyeol pergi, mereka tak perlu lagi repot-repot menekan saklar karena lampu akan mati secara otomatis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ELEVEN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang