36 - Masa Yang Terulang

1.1K 203 51
                                    

Yena menekan bel rumahnya penuh semangat dengan senyuman lebar. Di sisi kirinya, Oh Sehun tampak sedikit kerepotan memegangi beberapa pot bunga segar sekaligus.

Meski pertemuannya dengan Byun Baekhyun tadi sore berujung Baekhyun yang meninggalkannya begitu saja, Yena tidak lupa, bahwasanya alasan awal sang ayah mengajaknya mampir ke toko bunga tak lain adalah membeli beberapa bunga segar untuk memperindah rumah mereka bersama. Karena Baekhyun tidak sempat memilih bunga jenis apapun, Yena menanyakan pendapat lelaki di sebelahnya terlebih dahulu sebelum membeli.

Selera Baekhyun dan Sehun itu sama, begitulah pikir Yena. Kedua lelaki itu sama-sama menyukai Irene, sama-sama memilih bunga yang sama ketika di toko bunga, lalu apa lagi yang harus Yena ragukan?

"Ap―"

Mulut Yena yang hendak memanggil sang ayah akhirnya terkatup kembali. Gadis pirang yang ia ketahui betul sebagai sang ibu muncul dari balik pintu bersama Baekhyun.

"Irene? Sedang apa kau di sini?" tanya Sehun, dengan mimik yang sama terkejutnya seperti Yena.

Irene mengerutkan kening, heran. "'Sedang apa'? Memangnya apa urusanmu menanyakan itu padaku? Apa setelah terlepas dari status 'calon istrimu', aku masih tidak bisa mendapatkan kebebasanku?"

Itu pertanyaan menohok. Bukan hanya berefek pada Sehun, namun juga pada Byun Yena tentunya. Penekanan khusus yang Irene berikan pada kalimat 'calon istri' telah membuat Yena merasa seperti ditampar karena telah menjadi satu-satunya wanita perusak impian pernikahan ibu masa depannya sendiri.

"Maaf, maksudku bukan seperti itu―"

"Ada angin apa yang membuatmu sampai datang kemari membawa lelaki ini?" kini giliran vokal Baekhyun yang bersuara. Tatapannya menyasar tepat ke arah Oh Sehun, benci.

"Yena membawa bunga untuk Appa, Appa bilang―"

"Yena-ssi?"

Penjelasan Yena terpotong. Dari air mukanya, jelas sekali Bae Irene amat muak sekarang ini.

"Ya?"

"Tidak bisakah kau berhenti memanggil Baekhyun dengan panggilan 'Appa' atau semacamnya?" tanya Irene bernada kesal. "Jika memang benar dia akan menjadi ayahmu di masa depan, itu semua masih belum terjadi, 'kan? Tidak bisakah kau menyimpan dulu semua panggilan-panggilan menjengkelkan itu sampai masa depan itu benar-benar tiba?"

Membisu adalah pilihan terbaik bagi Yena. Jujur, ia sungguh tak tahu harus memberi respons seperti apa. Ia tak mau bersikap seperti 'orang lain' lagi di hadapan kedua orangtuanya, semua kebenaran pun telah ia utarakan, tapi kenapa kini semuanya malah berbalik? Baekhyun dan Irene bukan lagi seperti sosok ayah dan ibu yang dikenalnya di masa depan.

"Terima kasih," ucap Baekhyun, tanpa ada kesan hangat sama sekali. "Taruh saja bunganya di dalam. Aku akan kembali setelah mengantar Irene pulang."

Sehun dan Yena terdiam di tempat, tak beranjak kala Baekhyun melewati mereka begitu saja dengan menggenggam erat tangan Bae Irene menuju mobil. Keduanya terdiam dengan angin pikiran yang berembus ke arah berbeda.

Sesaat setelah mobil Baekhyun luput dari pandangan, Sehun menggaruk tengkuknya dan berceletuk,

"Sepertinya pendekatanku dengan kedua orangtuamu akan membutuhkan upaya yang lebih ekstra lagi ke depannya."

Pikirkan saja, bagaimana caranya melakukan pendekatan pada calon ibu mertua yang ternyata adalah mantan kekasihmu sendiri? Juga, bagaimana caranya mendekati calon ayah mertua yang bisanya hanya membuatmu mati cemburu setiap waktu?

Oh, ayolah. Itu sulit.

Sangat sulit, pasti.

"Ayo kita masuk saja, Ahjussi," ajak Yena, mengukir paksa senyuman di bibirnya.

ELEVEN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang