[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...
Irene melangkah mundur selangkah demi selangkah sambil menutup mulutnya sendiri sebagai reaksi tak percaya akan apa yang dilihatnya kini. Pria itu, Byun Baekhyun, baru saja menunjukkan sebuah ruangan rahasia yang telah ia penuhi setiap inci dindingnya dengan ribuan foto Bae Irene sejak bertahun-tahun lalu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‘Ini gila! Pria di sampingku benar-benar sudah gila!’
Ya, kira-kira itulah yang terlintas di benak Irene sekarang. Bulu kuduknya berdiri, merinding hanya karena teringat setiap hal yang dulu pernah ia anggap sepele tentang diri sang penggemar tersebut.
Apa yang tidak Baekhyun ketahui dari dirinya? Nomor telepon pribadi, rumah pribadi, kesukaannya terhadap segala hal berbau negeri dongeng, sifatnya yang ambisius, dan bahkan lokasi yang ingin ia jadikan sebagai tempat untuk mengakhiri hidup saja ... Baekhyun tahu.
“Yena bilang, di masa depan aku akan menculik dirimu, menyekapmu dalam sebuah kamar mandi, dan melakukan hal terbejat yang sampai saat ini masih membuatku tak habis pikir,” ucap si lelaki Byun. Lelaki itu membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit turun, lalu menyambung, “Apa iya di masa depan aku bisa menjadi setega itu pada gadis paling berharga dalam hidupku sendiri? Apa memang harus dengan cara itu agar aku bisa mendapatkan kembali apa yang sebelumnya telah orang lain curi dariku?”
“‘Telah orang lain curi’? Maksudmu?” tanya Irene, tak mengerti.
Baekhyun tersenyum agak menyedihkan. Gerak tungkainya membawa ia untuk mendekat ke sebuah laci, membukanya, dan mengambil sebuah pigura yang tampak sedikit berdebu. Ia kemudian kembali, ke hadapan Irene yang belum juga lepas menatapnya dengan tatapan bingung.
“Apa kau masih ingat cerita tragis tentang keluargaku yang pernah kubagi kepadamu beberapa bulan yang lalu?”
Gadis bersurai pirang itu terlihat berpikir keras, berusaha menggali memori yang dimaksud si lelaki.
“Kurasa kau sudah lupa,” lirih Baekhyun sepersekian detik kemudian.
“Aku hidup sebatang kara karena kedua orangtuaku meninggal dalam sebuah kecelakaan. Karena kecelakaan itu pula―”
“Kakak perempuanmu mengalami amnesia,” sambung si Gadis Bae, memotong pengulangan cerita Baekhyun. “Lalu, apa hubungannya?”
“Dia adalah kakakku,” ucap Baekhyun sembari menyerahkan pigura tadi langsung ke tangan Irene.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.