Hampir pukul sembilan, matahari belum bersinar secerah biasanya di akhir bulan juni ini. Namun, tak peduli dengan sinar mentari di luar sana yang masih malu-malu kucing, Baekhyun dan Yena telah bersiap untuk pergi dari rumah sakit karena kondisi kesehatan Baekhyun yang dirasa sudah cukup membaik. Dirawat selama kurang lebih 4 hari lamanya dalam ruangan serba putih itu membuat Baekhyun merasa kurang nyaman karena setiap harinya ia harus bertemu dengan banyak perawat yang silih berganti masuk ke ruang rawatnya. Belum lagi dengan kehadiran Oh Sehun, lelaki yang Yena bilang telah membayar seluruh biaya rumah sakitnya. Tak hanya itu, dari mulut Yena, Baekhyun pun tahu fakta bahwa atas kebaikan hati lelaki itulah, Yena bisa membawanya ke rumah sakit.
Tapi tentu, yang namanya benci tetaplah benci. Baekhyun tak suka memiliki hutang budi pada orang lain, apalagi orang tersebut tak lain dan tak bukan ialah Oh Sehun, artis populer yang namanya selalu disangkut pautkan dengan Bae Irene. Karena itulah, Baekhyun telah menyiapkan sejumlah uang tunai yang cukup atau bahkan lebih untuk mengganti banyaknya uang yang telah Sehun habiskan untuk membayar biaya perawatannya selama ini.
“Apa kita akan pergi begitu saja tanpa pamit pada Oh Sehun?” tanya Yena, merasa tak enak jika harus pergi sebelum bertemu sang paman berkaki panjang yang telah baik hati membantunya saat dirinya benar-benar membutuhkan bantuan.
“Kau tahu sendiri, aku tidak suka lelaki itu,” ujar Baekhyun, kembali mengingatkan Yena.
Yena sedikit melambatkan langkahnya, berharap ia bisa bertemu dengan Oh Sehun dan mengucapkan berjuta terima kasih. Gadis itu sudah mengambil keputusan bulat bahwa dirinya tidak akan lagi tinggal di hotel bersama sang paman. Ia akan kembali tinggal di rumahnya, menemani Baekhyun agar tak tinggal sendirian dalam kesepian lagi. Toh, sama seperti Baekhyun, Yena juga merasa tak enak harus terus berhutang budi pada lelaki tampan satu itu.
Saat Yena hendak menyusul Baekhyun masuk ke dalam taksi, sebuah tangan besar berhasil menahannya untuk tidak melanjutkan langkah.
“Kalian mau ke mana, Yena-ssi?”
Masih dengan napas terengah-engah seperti habis berlari, lelaki yang menahan tangan Yena itu memberikan tatapan tak rela.
“Ahjussi, syukurlah Yena bisa bertemu Ahjussi...” ucap Yena yang kini bisa bernapas lega. Ya, lelaki yang baru saja menahan tangannya tak lain ialah Oh Sehun.
“Kenapa kalian tiba-tiba pergi?” tanya Sehun lagi.
“Maafkan kami karena memutuskan pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Kondisi Baekhyun sudah membaik, jadi dia mengajak Yena untuk pulang secepatnya,” jelas Yena.
Sekon kemudian, kening Sehun mengkerut. “Apa maksudmu dengan dia mengajakmu pulang? Kau tidak akan pulang ke hotel lagi?”
Yena mengangguk tanpa ragu.
“Yena-ya! cepatlah! Kalau kau tak kunjung masuk, sopir taksi ini akan mengamuk!” seru Baekhyun dari dalam taksi tanpa memandang ke arah Sehun dan Yena sedikitpun.
“Tidak! Kau tidak boleh pergi!” cegah Sehun sekali lagi. Tangannya menggenggam pergelangan tangan Yena begitu erat hingga mungkin gadis itu bisa merasakan sakit.
“Bukankah kau sendiri yang memintaku untuk tetap tinggal di sisimu lewat lirik lagu itu?”
Dengan tatapan penuh penyesalan, Yena menatap manik hazel Sehun dalam-dalam.
“Yena benar-benar minta maaf, Ahjussi. Yena rasa, Yena tidak bisa terus tinggal di hotel dan membuat Ahjussi kerepotan, jadi-”
“Siapa yang bilang kalau aku kerepotan?! Siapa yang bilang kalau aku tak senang tinggal bersamamu?! Aku tidak pernah sekali pun mengatakan itu, Yena-ssi!” potong Sehun emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/127516780-288-k778618.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fiksi Penggemar[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...