"Selamat pagi, Nona Yena," sapa seorang dokter muda nan tampan yang tempo hari pernah memberikan perawatan pada Yena saat tertabrak oleh mobil Oh Sehun. "Bagaimana kabarmu hari ini? Sudah merasa baikan?"
"Dokter yang waktu itu pernah merawat Yena, 'kan?" tanya Yena, memastikan saja.
Dokter muda itu mengangguk. Senyum di wajah tampannya terus merekah kala membantu Yena untuk duduk nyaman di atas ranjang sebelum akhirnya memeriksa kondisi gadis itu.
"Apa kau senang bisa bertemu lagi denganku?" tanya dokter itu disela-sela pemeriksaan.
'Kim Jun Myeon'. Nama itulah yang bisa Yena baca dari bagian dada kanan jas putih yang dikenakan sang dokter.
Yena menggeleng. "Yena tidak senang."
Dokter Kim mengerutkan keningnya, tak puas mendengar jawaban gadis di depannya. "Kenapa Nona Yena tidak senang?"
"Bagaimana Yena bisa senang bertemu dengan Dokter lagi di rumah sakit? Tandanya 'kan Yena sering tidak sehat," jelas gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya, membuat Dokter Kim semakin gemas melihat tingkah gadis itu yang masih saja mempertahankan sikap kekanak-kanakannya yang khas sejak awal pertama.
"Nona Yena sehat-sehat saja kok, semua hasil tes menunjukkan kalau Nona Yena memang baik-baik saja," balas sang dokter.
"Tapi... kenapa, ya, Yena selalu merasa ada yang tidak beres dengan jantung Yena?"
Yena menatap Dokter Kim dengan raut penuh kesedihan. Sorot matanya berubah sendu seperti mau menangis. "Rasa sakitnya luar biasa, Dokter. Saat pertama kali hal itu terjadi, Yena hanya mimisan. Tapi, saat kedua kalinya itu terjadi, Yena muntah darah sampai merasa hampir mati."
"Jika hal itu terjadi untuk ketiga kali, mungkinkah Yena akan benar-benar mati?" tanya gadis itu selanjutnya. Setetes air mata lolos begitu saja, mengalir membasahi pipinya yang putih mulus.
Iba. Dokter Kim bisa merasakan kesedihan Yena saat menyaksikan sendiri tetes air mata gadis itu. Rasanya, menghapus air mata yang telah jatuh dengan satu ujung jari saja belum cukup menyudahi kesedihannya. Lelaki itu pun belum bisa mengerti, kenapa dengan segala keluhan yang ada, hasil tes kesehatan gadis cantik satu itu tetap saja tak menunjukkan masalah apapun?
Gadis cantik itu... siapa dia? ―Ah, maksudnya, apa gadis itu manusia biasa seperti dirinya? Ataukah ada sesuatu yang spesial dari gadis itu sehingga bisa membuatnya sedikit berbeda dari orang lain?
"Dia pernah bilang padaku kalau dia memang datang dari masa depan."
Begitulah ucapan Oh Sehun yang masih diingat Kim Junmyeon sampai detik ini. Sebelumnya, ia tak pernah sebegitu penasaran terhadap kehidupan orang lain. Tapi, Yena berbeda. Kehadiran gadis itu mampu membuat pikirannya yang semula tertutup terhadap segala hal yang ia pikir 'sangat tidak mungkin terjadi di dunia ini' dulu, kini menjadi lebih terbuka.
"Nona Yena..." panggil Dokter Kim.
"Ya?"
"Apa kau benar-benar datang dari masa depan?"
♥♥♥
[Tahun 2035]
Pemuda bermarga Park itu lagi-lagi mengembuskan napas kasar. Dirinya kini tengah berpijak di atap gedung rumah sakit, sendirian, sebelum akhirnya langkah jenjang seorang gadis cantik bersurai cokelat bergelombang sepunggung mendekat ke arahnya.
Lelaki itu sempat menoleh, menyadari kehadiran sang gadis. Namun netranya kembali memusat ke depan, entah fokus melihat apa. Bisa juga ia tengah menatap langit jingga yang menemani mentari untuk kembali sembunyi ke peraduannya. Entahlah, hanya pria itu sendiri yang mengetahui lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fiksi Penggemar[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...