08 - Obat

1.7K 274 35
                                    

Butuh beberapa detik bagi Yena untuk kembali fokus pada pertanyaan yang dilontarkan Baekhyun beberapa saat lalu. Lelaki itu masih menatapnya, menunggu jawaban atas rasa penasaran yang selama ini menumpuk dalam dada.

“Apa saat ini kau sedang cemburu?” tanya Yena iseng.

Baekhyun tertawa hampir terjungkal, tak percaya gadis cantik itu akan bertanya seperti itu padanya. Ujung telunjuknya kemudian ia tempelkan di dahi Yena masih dengan tawa renyah yang menghiasi bibirnya. “Kau ini bicara apa sih? kita kan baru bertemu dua hari lalu.”

“Ah,” si gadis tampak mengangguk. Walaupun jawaban Baekhyun tadi kurang to the point, jawaban Baekhyun tersebut cukup jelas bagi Yena dan membuat Yena akhirnya bisa bernafas lega. Entah apa yang harus dilakukan gadis itu selanjutnya jika harus mendapati sang ayah jatuh cinta pada dirinya, anaknya sendiri. Syukurlah, itu tidak mungkin terjadi mengingat hanya sosok Bae Irene seorang lah yang dapat mengisi ruang terdalam di relung hati ayahnya.

“Aku hanya penasaran saja akan hubunganmu dengan si Oh Sehun.” ungkap Baekhyun tanpa ragu.

Lelaki itu mencondongkan tubuhnya menatap Yena penuh selidik, “atau jangan-jangan, sebenarnya kau bukan seorang tunawisma ya?”

“Uk! Uk!” Yena mendadak cegukan saat Baekhyun mengikis jarak di antara mereka hingga terlalu dekat. Mungkin antara terkejut yang bercampur dengan rasa takut. Apa yang harus ia katakan kalau seandainya nanti Baekhyun terus bertanya lebih tentangnya? Haruskah ia mengaku kalau dirinya adalah putri semata wayang Baekhyun di masa depan? Lalu, akankah Baekhyun bisa percaya dengan mudahnya? Haha, tidak mungkin!

“Kenapa kau bisa- uk! -tahu lelaki itu adalah Oh- uk! -Sehun? aku kan tidak pernah menyebutkan- uk! -namanya padamu. Aku selalu memanggilnya- uk! -‘Ahjussi’ bahkan saat bersamamu.” Tanya Yena sambil kepayahan sendiri menghadapi serangan cegukannya.

“Jangan remehkan aku, Yena-ya. Aku akan selalu tahu siapa rivalku.” Jawab Baekhyun. “Dan aku juga tahu, Irene-lah yang kemarin datang saat kita bertiga di toko elektronik.”

Raut lelaki itu kini berubah dingin. Mungkin teringat detik-detik di mana seorang Oh Sehun dengan tak tahu malu menarik Bae Irene menjauh dari sisinya begitu saja tanpa membiarkannya memandang paras cantik sang kakak yang tertutup oleh masker sedikit lebih lama,

“Uk! Uk!”

Perlahan, bayangan menyakitkan itu sirna dari pikiran Baekhyun, tergantikan oleh wajah Yena yang tampak begitu lucu saat cegukan. Biarpun Baekhyun merasa sedikit terhibur, lelaki itu tentu tak bisa membiarkan Yena menderita karena belum bisa mengatasi cegukannya sedari tadi.

Dengan menekan tombol power pada remot televisinya, Baekhyun mematikan tayangan acara yang masih menayangkan talkshow antara Irene dan Sehun. Daripada terus menonton acara tersebut dan makan hati, membantu Yena menghilangkan cegukannya dirasa lebih baik bagi lelaki itu sekarang.

“Kemarilah!”

Baekhyun menuntun Yena kembali ke dapur dan mendudukkan gadis itu di atas kursi makan. Si lelaki Byun lantas memberikan segelas air hangat untuk Yena, berharap air hangat tersebut mampu mengurangi cegukannya.

“Uk! Uk!” meski telah meneguk air hangat yang diberi Baekhyun, cegukan Yena seakan enggan untuk menghilang.

“Huwaaa! Uk! Bagaimana ini? cegukanku- uk! –tidak mau hilang juga!” Yena mulai merengek frustrasi.

Apa di dunia ini ada sebutan ‘ayah durhaka’? kalau ada, Baekhyun mungkin pantas menyandang sebutan tersebut. Semakin Yena frustrasi dengan cegukannya, semakin lebar pula tawa khas yang menghiasi bibir Baekhyun. Lelaki itu gemas. Baru kali ini, Yena benar-benar memperlihatkan sisi manjanya yang alami tanpa dibuat-buat pada lelaki itu. Kalau mau bersikap jahat, Baekhyun ingin melihat Yena terus cegukan saja sepanjang hari tanpa berhenti.

ELEVEN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang