"Kau tidak akan pulang bersama kami?" tanya Irene ketika langkah mereka sampai di lobi hotel. Tak berselang lama, mobil gagah milik Baekhyun berhenti di depan keduanya.
"Yena ingin ... bertemu Ahjussi dulu," timpal Yena, ragu-ragu.
"'Ahjussi'?" kening Irene mengerut sebentar. Sekian detik berlalu, ia mengangguk, mengerti. "Maksudmu, Oh Sehun, ya?"
Yena manggut-manggut.
Baekhyun membunyikan klakson, tak sabar. "Yak! Kalian tidak akan masuk?"
"Kalau begitu, aku pergi dulu." Gadis pirang bermasker hitam itu akhirnya masuk ke dalam mobil, meninggalkan Yena yang lantas melambaikan tangan kepadanya.
"Hati-hati di jalan, Eomma."
"Yena tidak ikut bersama kita, dia ingin menemui Sehun dulu," jelas Irene pada Baekhyun seraya melepas masker. Tanpa menimpali lagi, Baekhyun langsung menginjak pedal gas, membawa mobilnya menjauh dari area hotel.
Irene sadar betul perubahan ekspresi Baekhyun ketika dirinya menyebut nama Sehun sebagai alasan Yena tidak ikut pulang. Lelaki bersurai cokelat itu tampak tidak senang dan lebih memilih untuk terdiam membisu selama perjalanan.
"Ketika kau tahu, kau akan menghancurkan kehidupanku di masa depan, apa yang terlintas dalam benakmu, Baekhyun-ah?" tanya Irene, berusaha memecah keheningan yang ada.
Baekhyun sekilas mengarahkan pandangan pada gadis di sebelahnya, lalu kembali memusatkan perhatian ke jalanan. Rautnya belum berubah.
"Awalnya, aku sangat tidak percaya. Tapi itu semua mungkin terjadi mengingat aku terlalu mencintai dan menggilaimu, aku tidak akan bisa melihatmu memiliki hubungan spesial dengan lelaki manapun. Mungkin, karena aku tidak lagi memiliki akal sehat, aku mampu berbuat demikian."
"Apa sekarang, perasaan itu masih berlaku?"
Irene begitu terkejut ketika Baekhyun membanting setir ke kanan, memberhentikan mobilnya secara tiba-tiba di pinggir jalan. Dalam keterkejutan itu, Baekhyun menatapnya lekat-lekat dengan dada yang naik turun. Irene benar-benar tidak mengerti arti dari tatapan Baekhyun padanya, namun entah mengapa, seperti ada rasa sakit di sana.
"Haruskah aku menunjukkan kepadamu sekarang juga, bisa menjadi segila apa aku ketika jatuh cinta?"
Tanpa memberi kesempatan si gadis untuk menghindar, Baekhyun langsung mengecup bibir Irene. Tak puas hanya mengecup, si Lelaki Byun lalu memperdalam ciumannya, mengambil alih dunia di sekitar Bae Irene dalam sekejap. Dengan bibir yang masih saling bertaut, Baekhyun memagut tubuh Irene. Sesekali, Baekhyun akan melepaskan tautan bibirnya sebentar saat Irene kehabisan napas, dan melanjutkan kembali ciuman mereka dengan nafsu membara.
♥♥♥
Yena kini berdiri di ujung jalan, lokasi terakhir di mana ia memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri di masa depan. Bocah lelaki bule yang sejak lama dicarinya ada di seberang sana, melambaikan tangan dengan raut tanpa dosa. Air mata Yena berderai, menangis putus asa. Ia tak tahu lagi harus dengan cara apa agar ia bisa kembali ke dunianya semula. Bocah itu tak memberikan jawaban apapun sekalipun Yena telah lelah menangis darah di hadapannya, seperti mencoba membiarkan Yena terus tersiksa oleh kebingungan tiada tara.
"Kau harus cepat kembali," ucap bocah itu. Jarak antara si bocah bule dengan Byun Yena terlihat cukup jauh, tapi suara si bocah dapat terdengar oleh Yena begitu jelas meski tanpa berteriak sama sekali.
"Waktumu tidak banyak."
"Kau ini sebenarnya siapa?!" tatapan gadis itu mengarah tajam ke arah si bocah, menatap si bocah penuh kebencian. "Kalau kau bukan Tuhan, kenapa kau bisa mudah sekali mengobrak-abrik kehidupanku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fanfiction[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...