04 - Sebuah Kisah

1.8K 292 52
                                        

Yena melangkah mundur dengan berlinang airmata, menyisakan raut iba di wajah Byun Baekhyun kala memandangnya. Gadis itu sama sekali tak bisa menahan rasa rindu pada sang ayah yang selama ini begitu menyesakkan dadanya. Hanya 5 tahun... 5 tahun saja Yena bisa merasakan kasih sayang Baekhyun sebagai ayahnya karena setelah itu Baekhyun dengan egoisnya pergi ke surga, meninggalkan ia dan ibunya berdua saja di dunia ini.

Yena menutup mulutnya, berusaha menahan isak tangis yang hampir pecah detik itu juga. Mungkin selamanya, ia tak pernah ingin terbangun dari mimpi ini, mimpi yang telah mempertemukannya dengan orang-orang yang ia cintai.

“Yena-ya... kau baik-baik saja?” tanya Baekhyun, tak tega melihat Yena terus menangis di hadapannya.

Kaki Baekhyun melangkah mendekat, tangan lelaki itu mengelus punggung Yena untuk memberinya sedikit ketenangan. “Kau tidak perlu menahan keinginanmu untuk menangis. Kalau hatimu sudah terlampau sesak, luapkanlah, jangan dipendam.”

“Aku tidak baik-baik saja...” aku Yena, menyedihkan. “Maafkan aku.”

Baekhyun menganggukkan kepalanya, berusaha mengerti apa yang Yena rasakan. Saat Yena memeluknya dan menangis merindukan ayahnya, Baekhyun tahu betul bagaimana perasaan rindu itu mampu meruntuhkan dinding ketegaran seseorang dalam sekejap.

Baekhyun menuntun Yena untuk menempati sebuah kamar kosong yang terletak tepat di samping kamarnya. Kamar yang sesungguhnya masih sangat berdebu karena telah ditinggalkan pemiliknya selama 9 tahun, kamar kakak perempuan Baekhyun, Byun Joohyun.

“Coba kau tenangkan dirimu dulu di sini. Aku akan mengambilkan air minum untukmu.”

Gadis itu duduk di tepi ranjang masih dengan nafas tersedu-sedu. Seperti keinginannya saat masih berada di masa depan, Yena ingin sekali menceritakan kisah hidupnya pada Baekhyun dan Irene. Yena ingin kedua orang tuanya itu tahu bahwa beban yang dipikulnya selama hidup sebagai yatim piatu dari ayah mantan seorang narapidana yang telah dihukum mati sangatlah berat. Yena ingin menceritakan semuanya, agar Baekhyun dan Irene tahu bahwasanya Yena tak bisa hidup tanpa mereka, Yena tak bisa melalui semua cobaan hidup itu sendirian.

“Apa wajahku sebegitu miripnya dengan mendiang ayahmu?” tanya Baekhyun sesaat setelah dirinya kembali dari dapur dengan membawa segelas air mineral untuk Yena.

Yena menggeleng. Bukan, bukan mirip. Tapi memang lelaki yang saat ini bersamanya adalah orang yang sama dengan lelaki yang akan menjadi ayah Yena di masa depan nanti. Ya, Byun Baekhyun-lah yang mewariskan marga Byun pada Yena.

“Ini, minumlah pelan-pelan.”

“Baekhyun-ssi...” panggil Yena setelah meneguk sedikit air yang diberikan Baekhyun.

“Ya?”

“Maukah kau mendengar sedikit cerita tentang hidupku?”

Baekhyun mendudukan diri di samping Yena. “Tentu.”

“Jangan pernah meniru apa yang telah ayahku lakukan, Baekhyun-ssi.”

“Maksudmu?” Baekhyun mendelik. “Memangnya ayahmu melakukan apa?”

Kepala Yena menunduk. “Ayahku menculik seorang gadis yang terlalu ia cintai, menyekapnya selama bertahun- tahun di sebuah kamar mandi, dan memperkosanya hingga aku terlahir ke dunia ini.”

Kristal bening kembali menetes dari pelupuk mata Yena. “Ia juga membunuh banyak orang di sekitar gadis pujaan hatinya demi melancarkan aksi jahatnya tersebut. Dan kau tahu? Saat putrinya baru menginjak usia 4 tahun, kejahatannya terbongkar. Dia dipenjara dan mendapat hukuman mati.” Ucap Yena, terisak.

“Tidak perlu kau lanjutkan jika berat untuk kau ceritakan.” Saran Baekhyun yang langsung mendapat respon berupa gelengan cepat dari Yena.

“Kau harus mendengarkan semuanya sampai selesai.”

ELEVEN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang