29 - Titik Temu

1.2K 237 43
                                        

Entah sudah keberapa kali dalam 10 menit, Manajer Hyung melirik gadis di sebelahnya yang terus melamun seperti orang yang tak lagi bergairah dalam melanjutkan hidup. Kaca spion mobil yang tengah melaju menuju suatu tempat itu memperlihatkan pantulan raut muram Byun Yena dan plaster―hampir―sewarna kulit di leher putihnya.

Lewat perantaraan Manajer Hyung tadi sore, Yena menerima sebuah pakaian renang yang menyerupai gaun ketat sepaha tanpa lengan berwarna emas dari Sehun. Tanpa diberitahu ke mana tujuannya pergi malam ini, Sehun meminta agar Yena mau memakainya dan mengikuti arahan sang manajer. Namun, jauh daripada itu, pikiran Yena kini lebih terpusat pada Byun Baekhyun yang tak pernah memberinya kabar apapun lagi sejak hari di mana ia meminta lelaki itu untuk melakukan tes DNA.

Bagaimana ya hasilnya? Apa Baekhyun bisa percaya? Kenapa ayahnya tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi? Ya, kurang lebih seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar dalam benak gadis itu sekarang.

“Kita sudah sampai, Yena Cantik!”

Di depan sebuah hotel bintang lima, mobil yang dikendarai Manajer Hyung berhenti. Pria itu kemudian tampak memainkan jari-jarinya di atas layar ponsel, menyuruh Oh Sehun untuk segera keluar dari gedung 30 lantai tersebut.

“Itu dia, Si Sehun Bodoh!” seru Manajer Hyung setelah netranya mendapati sang artis keluar dari hotel dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan celana kolor selutut berwarna merah. “Akhirnya tugasku selesai juga! Sudah sana keluar, Yena-ya! Pangeranmu yang asli sudah datang.”

Sehun menyambut kedatangan Yena dengan penuh senyuman, sedangkan gadis itu hanya mampu mengukir senyum tipis penuh keterpaksaan.

“Terima kasih, Hyung Ahjussi. Hati-hati di jalan,” ucap Yena pada manajer Sehun yang tak akan ikut serta bersama mereka.

Setelah mobil manajernya berlalu pergi meninggalkan hotel, pandangan Sehun terfokus pada penampilan gadisnya yang teramat cantik malam ini. Ah tidak, setiap hari, bahkan setiap saat, ‘gadis aneh’ satu itu memang selalu terlihat cantik dalam situasi apapun.

“Sebenarnya kita mau apa malam-malam begini mengenakan pakaian renang, Ahjussi?” tanya Yena.

“Kau akan tahu jawabannya setelah kita sampai di atas sana,” ujar Sehun sembari menunjuk ke arah lantai paling atas.

Sebelum melangkah masuk, Si Lelaki Oh lebih dulu membuka jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Yena, membiarkan dirinya bertelanjang dada dengan otot lengan dan perut kotak-kotaknya yang kini bebas terekspos. Melihat tubuh polos bagian atas Oh Sehun untuk pertama kali mampu membuat pipi Yena seketika memerah detik itu juga, malu sendiri.

Ahjussi, orang-orang melihat kita. Apa tidak apa-apa?”

Memang, Sehun yang menggandeng Yena di dalam hotel menjadi pusat perhatian banyak orang dalam sekejap. Tak mau ambil pusing terhadap reaksi orang-orang sekitar mereka, Sehun mengangkat bahu dan berkata, “Biarkan saja. Mereka melihat kita karena mereka punya mata.”

Yena mengangguk, ikut berusaha tidak peduli pada beberapa pasang mata yang tak henti menatap dirinya dan sang paman berkaki panjang dengan tatapan curiga. Yena yakin, pasti setelah ini, gosip-gosip aneh tentang mereka akan langsung tersebar di dunia maya seperti dulu.

Di dalam lift menuju atap hotel, seorang gadis remaja yang berdiri tepat di samping Oh Sehun diam-diam tampak salah tingkah. Dengan tangan gemetar, gadis yang masih memakai seragam sekolah itu mengeluarkan ponselnya dan memberanikan diri untuk mengajak Sehun berfoto bersama.

“Ma-maaf, permisi, ap-apa Oppa benar Sehun Oppa?” tanya gadis tersebut, gugup bukan main.

“Iya, benar. Kenapa?”

ELEVEN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang