Berbeda dari pemandangan ruang operasi yang terakhir kali ia lihat, Yena mengerjap-ngerjapkan matanya yang silau di dalam sebuah ruangan serba putih tanpa aktivitas para dokter ataupun perawat. Suasana sangat hening sampai-sampai indera pendengaran Yena mampu menangkap dengan jelas suara detikan jarum jam yang terus berputar memenuhi seisi ruangan.
Ia diselimuti, kepalanya dililit oleh perban. Bagian belakang kepalanya masih terasa begitu sakit, berdenyut tidak keruan.
"Aku Yena. Byun Yena adalah nama lengkapku. Byun Baekhyun dan Bae Irene adalah orang tuaku. Usiaku hampir sembilan belas tahun. Aku bersahabat dengan Park Chanyeol..." Yena terus mengoceh sendiri. Untunglah, cedera di kepalanya tak sampai membuatnya hilang ingatan atau mengalami kecacatan yang tak diinginkan. Ia masih hidup, sadar, dan baik-baik saja.
"Oppa, lihat! Dia sudah sadar!"
"Benarkah?!"
Yena menoleh ke arah pintu, melihat kemunculan Sehun dan Irene yang masuk dengan langkah terburu-buru, menghampirinya yang telah duduk bersandar pada tumpukan bantal di atas ranjang.
Sehun mengembuskan napas lega. "Syukurlah, kau sudah sadar! Kami semua benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu."
Gadis bermanik cokelat itu tampak celingak-celinguk ke belakang Sehun dan Irene, memandangi daun pintu yang kemudian hanya tertutup kembali tanpa ada siapapun yang membukanya lagi.
"Appa di mana, Ahjussi?"
"Dia sedang mengurus sesuatu yang penting di kantor polisi. Tapi kau tenang saja, dia bilang akan menemuimu sesegera mungkin jika urusannya itu sudah selesai," jelas Sehun.
"Tunggu! Tunggu!" Dahi Irene mengernyit keheranan. "'Appa'?"
"Jadi panggilan sayangmu terhadap Baekhyun itu 'Appa'?" gadis pirang itu terus bertanya-tanya saking tak percaya. Ia sungguh baru pertama kali ini mendengar panggilan tersebut digunakan sebagai panggilan sayang kepada kekasih. Toh kalaupun dilihat dari umurnya, Irene tak pernah berpikir usia Baekhyun dan Yena akan terpaut sampai sejauh itu.
"Tunggu! Apa kau tengah hamil?!" tanya Irene dengan nada nyaring di bagian akhir, membuat Yena seketika tersedak ludahnya sendiri.
Sehun memijat keningnya yang terasa pening setelah mendengar pertanyaan-pertanyaan menyimpang yang ditujukan sang kekasih pada Yena.
"Dari mana kau dapat menyimpulkan hal itu?"
"Habisnya, Baekhyun terlihat kalap sekali saat melihat Yena terjatuh begitu keras dan tanpa pikir panjang ia langsung meninju pelakunya dengan membabi buta sampai hampir mati! Masuk akal sekali kan kalau aku menyimpulkan bahwa Baekhyun sangat ketakutan jika Yena harus sampai mengalami keguguran karena peristiwa kecelakaan yang tak diinginkan itu?"
Walaupun penjelasan calon istrinya itu tampak sedikit masuk akal, Sehun tetap bertahan pada pendiriannya bahwa ia akan menolak kesimpulan tersebut secara mentah-mentah. Lagipula, mana mungkin Oh Sehun mau mengamini kalau Byun Yena memiliki hubungan gelap bersama lelaki lain sampai seintim itu?
Eh, tunggu dulu. Kenapa juga ia harus menyebutnya hubungan gelap? Jelas sekali ia tak memiliki hubungan spesial apa-apa dengan Yena. Jadi, kalaupun Yena memang memiliki hubungan spesial dengan Byun Baekhyun, Sehun tak bisa serta merta menyebut hubungan itu sebagai hubungan gelap, bukan?
"Tidak," jawab Sehun. Raut wajahnya hanya menunjukkan ekspresi datar, tak ada upaya menghargai pendapat Irene sama sekali. "Itu sangat tidak masuk akal."
"Lagipula, semua pria pasti akan melakukan hal yang sama jika wanita yang mereka cintai mengalami hal serupa dengan apa yang dialami Yena hari ini," lanjut lelaki itu tanpa menyadari perubahan mimik muka wanitanya sesekon kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fanfic[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...