“Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Syukurlah, aku bisa menemukanmu dalam keadaan baik-baik saja.”
Ketika detik berganti, Yena hanyut dalam kebisuan. Pemikirannya tentang Baekhyun yang tak akan mungkin mengkhawatirkan dirinya ternyata merupakan suatu kesalahan.
Dilihat dari dada bidangnya yang naik turun, nafasnya yang terengah-engah, juga wajahnya yang berpeluh, Baekhyun... pasti benar-benar berusaha keras untuk mencarinya.
“Dia lelaki yang kemarin hadir di jumpa fans Bae Irene kan?” tanya Sehun yang seketika membuyarkan lamunan Yena tentang sang ayah.
“Ah iya, Ahjussi. Dia Appa-" Yena menggeleng cepat, menganulir ucapannya. “Dia lelaki baik yang mengijinkanku tinggal di rumahnya.”
Baekhyun mengulurkan tangan kanannya pada si lelaki bermasker yang jika dilihat dari postur tubuhnya, lelaki bermasker itu tampak tak asing di mata Baekhyun.
“Namaku Baekhyun, Byun-"
“Tunggu! Tunggu!” Sehun yang sedaritadi mencoba mencerna kata-kata Yena akhirnya tersadar juga. Ia malah semakin tak berniat menjabat tangan Baekhyun setelah mengetahui fakta Yena dan lelaki yang baru saja hendak berkenalan dengannya itu tinggal satu atap. “Kau tinggal di rumah lelaki ini?! Kenapa?!”
“Oppa?”
Tiga orang yang masih terlibat percakapan itu kedatangan satu orang lain lagi. Seorang gadis bersurai pirang yang melengkapi penampilan kasualnya dengan topi dan masker berwarna putih seperti yang dipakai Sehun kini berdiri menatap Yena tak suka.
“Eomma?”
Mata Baekhyun menyipit. “Bae Irene?”
“Ah, Yena-ssi, aku pergi dulu! terima kasih untuk hari ini!” pamit Sehun yang kemudian menarik gadis bersurai pirang itu untuk ikut pergi bersamanya.
Yena memandang Baekhyun yang terdiam menatap punggung gadis yang berlalu semakin jauh bersama Sehun. Mungkin sama seperti Baekhyun, ia juga yakin bahwa gadis yang pergi bersama paman berkaki panjangnya memanglah satu-satunya wanita yang ayahnya cintai, seorang model papan atas yang tak lain adalah Bae Irene.
“Baekhyun-ssi?”
“Hm?”
Genggaman tangan hangat nan lembut Yena dapat Baekhyun rasakan pada tangan kanannya. Gadis itu seolah tahu apa yang ia rasakan dan berhasil mencegahnya mengepal tangan menahan kesal.
“Lelaki tadi itu siapa?” tanya Baekhyun kemudian.
“Hanya...” Yena mengulum senyumannya. “Seorang paman berkaki panjang yang baik hati.”
♥♥♥
Sehun masih duduk di depan kemudinya. Mobil yang ia kendarai sendiri tanpa sopir pribadi itu telah berhenti di pinggiran Sungai Han yang terlihat sepi. Sepuluh menit berlalu begitu saja dalam hening. Baik Irene maupun Sehun, keduanya masih sama-sama enggan membuka percakapan lebih dulu. Sehun yang marah karena merasa Irene tak pernah ada saat ia membutuhkannya, dan Irene yang juga marah karena tadi ia sempat melihat Sehun tak menolak pelukan erat dari gadis lain.
“Kenapa kau bisa tahu aku ada di sana?” tanya Sehun pada akhirnya.
Irene yang sedaritadi mengarahkan pandangannya ke luar kaca jendela mobil kini tampak menghembuskan nafasnya kasar.
“Saat kau meneleponku, aku sedang melakukan pemotretan. Aku tidak bisa menghubungimu karena nomormu tidak aktif. Aku menelepon rumahmu, dan pembantumu bilang ponselmu sudah hancur berantakan di lantai ruang makan. Tak ada lagi tempat yang akan kau datangi untuk membeli ponsel baru selain di tempat itu bukan?” jelas Irene, panjang lebar, sedang Sehun hanya meresponnya dengan anggukan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Hayran Kurgu[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...