“Haruskah … aku sendiri yang mengakhiri semua ini, Nona Yena?” tanya Dokter Kim pada diri Byun Yena yang masih terbaring tanpa daya upaya untuk menjawab pertanyaannya.
Tubuh dokter senior itu gemetar. Perlahan, langkahnya mendekat menghampiri ranjang pesakitan Yena. Kedua tangan sang dokter kini berada di leher si gadis malang, siap mencengkeramnya kuat-kuat.
“Maafkan aku, Sehun-ssi. Aku benar-benar harus menghentikan gadis ini, sebelum semuanya semakin bertambah kacau.”
Dokter yang telah bekerja di dunia medis selama hampir seperempat abad itu memejamkan mata, tak kuasa menyaksikan aksinya sendiri yang kini mulai mencekik leher gadis tak berdaya di hadapannya. Layar alat pendeteksi detak jantung terus berbunyi nyaring seiring dengan semakin kuatnya cengkeraman pria paruh baya tersebut.
“Yena-ya, aku datang!”
Dokter Kim buru-buru melepas cengkeramannya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa ketika langkah panjang milik Park Chanyeol masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah buket bunga segar yang sangat baik disimpan di dekat orang sakit. Untunglah, saat Chanyeol melangkah masuk, alat pendeteksi detak jantung Byun Yena kembali tampak normal.
“Selamat malam, Dokter,” sapa Chanyeol dengan senyuman lebar tanpa curiga. “Terima kasih banyak karena Dokter selalu mau menjaga Yena untuk saya, Anda sudah bekerja keras! Terima kasih!”
Mendengar ucapan tersebut, Kim Junmyeon merasa seperti ditampar keras-keras. Ia baru saja hendak menghilangkan nyawa Yena, dan setelahnya, pria muda yang tak tahu apa-apa itu malah berterima kasih kepadanya? Oh, Ya Tuhan. Sungguh, dirinyalah yang lebih pantas mati karena telah memiliki niatan buruk seperti itu pada pasiennya sendiri.
“Kau tidak perlu berterima kasih, Chanyeol-ssi. Sudah kubilang, Yena merupakan tanggung jawabku juga,” balas Junmyeon.
“Tetap saja, saya sangat berterima kasih kepada Anda, Dokter.”
Pria paruh baya itu tersenyum, sebagai balasan terakhir sebelum kemudian memilih undur diri dari hadapan si Pemuda Park.
Baru saja beberapa langkah berjalan, tungkainya seolah tertahan, mematung di satu titik kala indra pendengarannya menangkap sayup-sayup kata demi kata yang diucapkan Park Chanyeol pada seorang Byun Yena.
“Sayang, aku sudah kembali. Apa kau masih tetap ingin tertidur seperti itu, hm?”
♥♥♥
[Tahun 2015]
‘Kembali terlihat jalan berdua dengan gadis ini, Oh Sehun selingkuh dari Irene?’
‘Netizen temukan banyak bukti Sehun tak lagi bersama Irene, putus?’
‘Mengamuk di pesta ulang tahun, Netizen: Irene depresi.’
Itulah tiga dari sekian banyak judul artikel kabar terkini tentang hubungan Oh Sehun dan Bae Irene yang ramai diekspos oleh media-media terkenal Korea Selatan. Karena statusnya sebagai model papan atas kelas Asia kebanggaan Negeri Ginseng, membuat dunia percintaan Bae Irene dirasa selalu menarik untuk diperbincangkan khalayak seantero Korea bahkan hingga ke negara-negara lainnya.
Hal inilah yang paling mengganggu bagi seorang Byun Baekhyun sejak beberapa tahun terakhir, sebab tanpa mau peduli bagaimana perasaan Irene, media-media itu seakan tak pernah berhenti mengorek kehidupan pribadi sang kakak dan mengusik ketenangannya. Meski sadar betul hal itu merupakan konsekuensi menjadi seorang figur publik, tetap saja, Baekhyun akan sangat membenci siapapun yang berani menyakiti kakak tercintanya.
Baekhyun terduduk di depan laptop dengan jari-jari bergerak lincah di atas papan ketik, sibuk membuat komentar panjang lebar terkait artikel tersebut serta membalas komentar-komentar buruk para pembenci Irene yang menuding bahwa gadis itu mulai tertular kebiasaan calon suaminya yang doyan mencari sensasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fanfic[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...