“Ahjussi!”
Yena menahan tangan seorang lelaki tinggi yang ia yakini adalah paman berkaki panjangnya, Oh Sehun.
Dengan setelan kaos putih celana jeans dilengkapi topi dan masker yang juga berwarna putih, lelaki tampan itu mungkin bisa menghindar dari sorotan fans, tapi sepertinya ia tidak bisa menghindar dari sorot pandang seorang gadis yang kini menahan tangan kanannya.
“Kau...” Sehun mengerenyitkan dahi, tak asing dengan paras cantik gadis itu. “Gadis aneh yang kemarin, kan?!”
Mendengar Sehun menyebutnya aneh, Yena menggembungkan pipinya bak ikan kembung, didukung oleh ekspresinya yang seketika saja berubah datar.
Sementara itu, si lelaki tinggi tampak mengedarkan pandang dengan raut was-was ke sekeliling. Mungkin takut ada orang lain lagi yang menyadari siapa dirinya dan membuntutinya seperti gadis aneh yang ia ketahui bernama Yena itu.
Yena mengibaskan tangannya di depan wajah Sehun. “Hello? Ahjussi kenapa sih?”
Kali ini, panggilan Yena pada Sehun memberi Sehun sebuah ide. Yena mungkin bisa membantunya hari ini untuk pergi menemaninya berjalan-jalan tanpa khawatir orang lain akan mengenalinya sebagai Oh Sehun. Bagi kebanyakan orang normal pasti mengira Sehun yang masih muda tentu tidak akan mungkin mendapat panggilan ‘paman’ dari gadis seumuran Yena. Dengan begitu, jika Yena terus memanggilnya ‘paman’, orang lain tidak akan mungkin terpikir bahwa dirinya Oh Sehun si artis populer berumur 21 tahun.
“Apa ada sesuatu-"
“Untuk kali ini, aku ijinkan kau memanggilku ‘Ahjussi’,” ucap Sehun mantap. “Apa kau sibuk? Kau bisa menemaniku hari ini?”
“Sebenarnya Yena bersama-" belum sempat Yena menyelesaikan kata-katanya, Sehun kembali memotong. Kali ini dengan tatapan mata yang memohon.
“Bisa kan?”
Setelah berpikir cukup lama, Yena akhirnya memuaskan hati Sehun dengan memberi sebuah anggukan setuju, mengiyakan bahwa dirinya bisa menemani Sehun di hari yang cerah ini. Yena tahu jalan pulang ke rumah sang ayah, tapi bukan itu yang ia khawatirkan. Yena takut sang ayah akan mengira dirinya hilang persis seperti kejadian di hari ulang tahunnya yang ke-4 di masa silam.
Yena menggeleng cepat, mengenyahkan pemikiran tentang Baekhyun yang akan mengkhawatirkannya. Sekarang situasinya sudah berbeda. Bagi Baekhyun, mungkin sekarang Yena hanya sekedar gadis asing yang tak memiliki tempat tinggal saja.
“Appa tidak akan mungkin mengkhawatirkan Yena kan?” gadis itu bermonolog tanpa menyadari bahwa lelaki bermasker putih di sampingnya terus memperhatikannya sedaritadi.
“Aku haus, haruskah kita pergi membeli minuman dulu?” tanya Sehun, canggung. Entah sudah berapa kali lelaki itu berdeham demi membuat tenggorokannya nyaman.
“Tapi Yena tak punya uang, Ahjussi.”
“Aish! Sudah kau tenang saja, karena aku yang meminta untuk kau temani, maka aku yang akan bertanggung jawab untukmu hari ini! Aku yang traktir!”
Yena tersenyum lebar,
“Kalau begitu, ayo!” ucap Yena penuh semangat sembari menggandeng lengan Sehun dan berlari-lari kecil mencari kafe terdekat yang bisa mereka jangkau untuk memuaskan dahaga yang kini tengah menyerang tenggorokan masing-masing.
Ditarik-tarik Yena seperti saat ini anehnya tak membuat Sehun merasa kesal ataupun terganggu sama sekali. Pemuda bermarga Oh itu sendiri pun tak mengerti apa yang membuat ia dan gadis bernama Yena ini terasa begitu dekat, seperti bukan baru kemarin mereka dipertemukan oleh sebuah kecelakaan aneh. Cara Yena memanggilnya, cara Yena bertingkah yang selalu bisa membuatnya geleng-geleng kepala. Sehun, seperti sudah mengenal Yena sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fanfiction[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...