Semua mulut di ruangan itu terkatup, menciptakan hening dalam sekian detik. Sampai akhirnya, Oh Seyoon memecah keheningan dengan tawanya dan menimpal pertanyaan Yena.
"Bukan! Bukan Eomma, Yena-ya, tapi Irene."
Seyoon mungkin tidak mengerti, namun Sehun, Irene, dan Baekhyun jelas mampu memahami ketakutan Yena. Baekhyun dan Irene cukup paham, Yena adalah putri mereka dari masa depan. Itu berarti, jika takdir tidak berubah, janin yang kini tumbuh dalam rahim Irene akan berjenis kelamin perempuan, dan akan menjadi Byun Yena nantinya. Namun, Sehun juga mengerti. Ia akan merasa sama takutnya dengan sang istri, karena apabila semuanya benar terjadi, Yena haruslah cepat kembali.
"Sayang!"
Yena berlari menuju kamarnya yang berada di lantai atas dengan berlinang air mata tanpa sedikit pun mengindahkan seruan Oh Sehun. Semakin cepat lelaki itu mengejarnya, semakin cepat pula ia melangkah masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu.
"Yena-ya! Buka pintunya!" Sehun menggedor, tak sabar.
Baekhyun yang menyusul di belakang kemudian mendorong Sehun, gantian mengetuk pintu kamar untuk membujuk Yena keluar dan menenangkan pikiran kalutnya. Ia amat khawatir, sebab Yena adalah putri Irene. Jika Irene putus asa, ia tak segan-segan berpikir untuk bunuh diri, dan itulah yang menjadi ketakutan Baekhyun sekarang. Takut, kalau sang putri sama-sama berpikiran sempit dan melakukan hal yang tidak-tidak di dalam sana.
"Yena-ya, aku mohon buka pintunya! Kita bicara di luar, atau setidaknya izinkan aku masuk," bujuk Baekhyun, terdengar sedikit lebih tenang daripada Sehun.
Di dalam kamar, wanita berambut cokelat itu tampak berdiri di depan sebuah cermin panjang. Entah benar-benar nyata atau hanya dalam pikirannya saja, saat ini, bayangan pantulan dirinya terang-redup seperti bola lampu yang akan segera mati. Mungkin, itu adalah pertanda paling akhir bahwa waktu yang ia miliki tak akan lama lagi.
Yena jatuh terduduk di lantai kamarnya, sementara Baekhyun dan Sehun terus mengetuk-ngetuk pintu, tak lelah membujuknya keluar. Suara Seyoon dan Irene pun tak kalah terdengar khawatir di luar sana.
Di tengah keputusasaannya, Yena kembali menggali memori. Masih terpatri jelas dalam ingatan bagaimana ia bisa berujung terjebak di masa ini. Seorang anak lelaki bule menghadiahinya sebuah jam tangan, namun sialnya, jam tangan tersebut menghilang tanpa jejak sesaat setelah ia terjebak. Berulang kali, anak lelaki itu mendatanginya dalam mimpi, mencoba memberinya berbagai peringatan kalau semuanya pasti akan berubah menjadi serumit ini. Sayangnya, anak kecil itu tak pernah sedikit pun memberi tahu, bagaimana caranya agar ia bisa kembali memutar waktu.
"Yena-ya, kalau kau bersikeras tidak mau bicara, aku dan Sehun akan mendobrak pintu ini."
Yena melirik ke arah pintu. Gagangnya terus bergerak naik turun, ditekan dengan cepat dari luar sana. Yena mencintai Sehun, tapi jika mau dibandingkan, ia lebih mencintai kedua orang tuanya. Ia tidak siap meninggalkan Sehun, tapi ia akan lebih tidak siap lagi jika kedua orang tuanya meninggalkannya.
PRAK!
Ke empat orang yang berada di luar lantas saling melempar tatap ketika suara kaca pecah terdengar. Tak mau membuang banyak waktu, Baekhyun pun mendobrak pintu dengan sekuat tenaga.
"BYUN YENA!" Manik lelaki itu terbelalak sempurna tatkala ia mendapati Yena yang sudah tergeletak dengan leher robek di dekat bingkai cermin yang kacanya sudah pecah berserakan di lantai. Tangan Yena yang ikut berdarah karena menggenggam bagian pecahan paling besar pun kian menguatkan prasangka keempatnya bahwa wanita itu telah mencoba mengakhiri hidupnya sendiri.
♥♥♥
Setelah nekat merobek lehernya menggunakan pecahan kaca, Yena berharap ia bisa langsung terbangun di masa depan, menjumpai Chanyeol, Bitna, dan orang-orang lain yang memang seharusnya dapat ia temui sebagai Yena, putri seorang mantan narapidana bernama Byun Baekhyun. Atau kalau masa depan memang sudah berubah, Yena ingin terbangun dalam keadaan yang lebih baik daripada sebelum-sebelumnya. Itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fanfic[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...