"Hanya Ahjussi yang bisa membantu Yena untuk ini."
Begitulah kata-kata yang Yena gunakan untuk memohon belas kasih di depan Sehun. Gadis yang masih mengenakan perban di kepalanya itu mengandalkan wajah pucat dan sendunya untuk membuat hati Sehun luluh.
Yena tidak ingin tinggal bersama Baekhyun lagi, tapi ia juga tidak ingin tinggal bersama Sehun secara cuma-cuma di kamar hotel bintang lima.
Hari ini, Yena sengaja membuat janji bersama Sehun di kafe tempat terakhir mereka bertemu, demi menyampaikan keinginannya untuk bekerja. Yena sama sekali tidak meminta Sehun untuk menjadikannya asisten pribadi atau meminta Sehun memberikannya pekerjaan di tempat lain. Pada Sehun, Yena hanya meminta dibuatkan kartu tanda pengenal dan beberapa dokumen palsu yang sekiranya dibutuhkan saat ia hendak melamar pekerjaan.
"Percayalah, Ahjussi. Yena benar-benar datang dari masa depan. Tidak akan ada satupun data yang muncul tentang Yena saat ini meski Ahjussi menyuruh orang bayaran untuk menyelidiki latar belakang Yena sekalipun," tulis Yena pada selembar tisu agar tak seorangpun bisa mendengar pengakuannya tersebut.
"Apa dengan kau meninggalkan Baekhyun, itu artinya kau menarik pilihanmu semula dan memilihku?" tanya Sehun serius.
"Yena pikir begitu." Yena mengangguk. Napasnya terdengar berat sekarang. "Ini demi kebahagiaan Appa juga."
Setelah mendengar jawaban yang cukup memuaskan, Sehun mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menempelkan benda canggih itu ke telinga saat panggilannya terhubung ke nomor seseorang.
"Hyung, aku butuh bantuanmu sekarang juga. Jika kau bersedia melakukan ini untukku, aku akan lebih rajin lagi dalam bekerja dan gajiku selama setengah tahun ke depan akan menjadi milikmu. Seutuhnya."
Mendengar iming-iming yang amat sangat menggiurkan itu, sosok manajer―seseorang di telepon tadi―yang sudah Sehun anggap seperti kakaknya sendiri itupun langsung datang dalam 15 menit kemudian. Saat matanya berpapasan dengan mata Yena, Manajer Hyung melambaikan tangan dengan senyuman lebar.
"Tak kusangka kita akan bertemu lagi, Cantik―ah tunggu, aku lupa, siapa namamu?"
"Nama Yena―" perkenalan Yena tertahan ketika Manajer Hyung memberinya isyarat untuk berhenti.
"Tidak usah kau lanjutkan, itu saja sudah cukup, Yena Cantik," ucap Manajer Hyung sambil mengedipkan sebelah matanya genit.
"Kau mau duduk di kursi atau di lantai?"
Ketahuan terang-terangan menggoda gadis cadangan Sehun, Manajer Hyung pun menciut ketika Sehun melayangkan tatapan mematikannya. Maksud mematikan di sini adalah berhenti-atau-mati. Jadi, karena tidak mau mati muda, Manajer Hyung lebih memilih untuk berhenti menggoda Yena detik itu juga.
Manajer yang usianya tak berbeda jauh dari Sehun itu lantas duduk santai bertumpang kaki di kursi antara Sehun dan Yena, siap untuk mendengarkan bantuan seperti apa yang Oh Sehun butuhkan dari dirinya.
"Jadi?"
"Pergilah ke kantor kependudukan dan cari orang yang benar-benar bisa kau percaya untuk melakukan ini."
Manajer Hyung mengangguk. "Melakukan apa?"
"Pastikan dia mau membuatkan kartu identitas dan beberapa dokumen palsu untuk Yena. Seperti ijazah, kartu keluarga, paspor, dan sebagainya, kau yang lebih tahu, Hyung," lanjut Sehun, berbisik.
Mendengar kata 'palsu' saja sudah mampu membuat kening pria yang lebih tua berkerut, mulutnya menganga saking tak percaya. "Kau gila, ya? Untuk apa membuat dokumen palsu? Memangnya Yena ingin bertransgender sampai-sampai harus mengubah seluruh data dirinya yang sebelumnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVEN ELEVEN
Fiksi Penggemar[Sequel of 'BATHROOM'] Yena merasa hidupnya tidak akan pernah berjalan mulus jika orang-orang terus mengaitkan dirinya dengan masa lalu kelam sang ayah yang tak lain merupakan seorang pembunuh. Meski 14 tahun telah berlalu sejak sang ayah tercinta d...