11. Like a surprise

7.9K 379 33
                                    

Happy Reading^-^

^^^-^^^

"Lo?"

"It's destiny. Gak nyangka bakal ketemu disini."

Cowok yang sekarang berdiri di depannya ini terlihat begitu santai. Bukan begitu santai, tapi sangat santai. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celananya. Seakan-akan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Berbanding terbalik dengan Nara. Dia kaget setengah mati. Padahal, cowok itu tak menyuguhkan tatapan mematikan. Tatapan yang ia berikan adalah tatapan meneduhkan. Tak ada gejolak emosi di dalamnya. Sikap cowok itu yang begitu tenang malah membuatnya gemetaran.

Oh come on ladies, santai aja. Gak usah tegang gitu. Slow man, Slow! Kira-kira itulah perintah dari otaknya saat ini. Tapi, tak tahu mengapa seluruh organ tubuhnya malah membangkang tak mau menuruti perintah itu.

"Ng-ngapain lo disini?"

Akhirnya, Nara mampu membuka suara setelah beberapa saat hati dan pikirannya saling berperang. Begitu sulit ia mengatur nada bicaranya agar terlihat baik-baik saja.

"Gue balik, " ucap Gerald sambil membalikkan badannya.

Ucapan Gerald membuatnya sedikit bernapas lega. Belum sempat cewek itu mengambil langkah menuju ke toilet. Gerald kembali memanggilnya.

"Oh ya, Ra. Ternyata lo multitalent ya? Gue salut."

"Maksudnya?" tanya Nara tak paham.

"Ya, lo punya bakat. Selain lo pinter nyanyi, lo juga jago acting," ujar Gerald dan meneruskan langkahnya untuk pulang.

Kini seluruh tubuh Nara kembali menegang. Nafasnya sedikit tidak beraturan. Harusnya Nara senang kan mendapat pujian dari si most wanted Garuda? Tapi berbeda dengan cewek itu.

Lamunan Nara terpecah karena kedatangan Rendra.

"Ra ayo balik. "

"E-eh.. y-ya. "

"Lo gak papa? "

"Y-ya gue gak papa kok. Balik yuk. "

"Gak jadi ke toilet? "

"Gak usah. "

"Hah? Gak usah? Oh ya udah kalo gitu. Yuk! "

"Hmm. "

^^^-^^^

"Stop stop Ren!"

"Loh kenapa? Rumah lo kan masih masuk ke dalem? "

"Ya gak papa. Gue turun sini aja," pinta Nara. Mau tak mau Rendra harus memberhentikan motornya sekarang juga. "Thanks ya, "

"Oke. Masuk sana!" ucap Rendra memberikan senyuman kecil.

"Oke bos! Hati-hati."

"Hmm."

Gadis berambut ombre itu mengambil langkah santai menuju rumah mewahnya bak istana. Sebuah lengkungan tipis tercetak di bibirnya. Ia merasa senang kala sang angin malam memanjakan parasnya.

Malam ini Tuhan tak membiarkannya merasa kesepian. Puluhan atau bahkan ratusan bintang bertebaran di cakrawala. Mereka rela menemani Nara berjalan sendirian di malam yang dingin. Gadis itu menatap langit cukup lama, seolah-olah ia berkomunikasi secara langsung dengan Sang Pencipta. "Thanks, God. "

Tak sadar, ia sudah berdiri di depan gerbang bercat emas. Kepalanya melengok ke kanan dan ke kiri. Dirasa keadaan sepi tak ada orang, gadis itu menyusup memasuki gang sempit nan gelap di samping rumah.

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang