^^^-^^^
Jika luka itu kau buang pada orang lain,
maka bersiaplah ketika ia kembali pulang.
Luka tahu siapa pemiliknya.
^^^-^^
"AARRGGHHH!"Pyaaarrr! Braaakkk! Braakk!
"AAAARRGGHHHHH!"
Fishah bagai orang yang kehilangan akal sehatnya. Mengurung diri di kamar seraya menangis meraung-raung. Kamarnya pun mirip kapal pecah, berantakan. Laci mejanya pecah karena dilempar dengan beberapa bedak dan kosmetik mahal. Pecahan kaca berserakan dimana-mana siap melukai diri sendiri jika tidak hati-hati melangkah. Sungguh kacau!
Fishah duduk di ubin tepat di sebelah kasur sembari menjambaki rambut hitamnya.
"Kenapa semua ini terjadi sama gue? KENAAPAAAA?? Ini gak adil! INI GAK ADIILLLL!"Tok Tok Tok!
"Non Fishah.. Non Fishah buka pintunya Non.. Non kenapa Non?"
Fishah mengambil vas bunga di atas meja dekat lampu tidur lalu melemparnya tepat mengenai pintu kamarnya.
Braakk!
"PERGI LO PERGIII! PERGI DARI KAMAR GUE! Hiks.. Hiks.. PERGIII!" Fishah berteriak menghadap pintu seolah bicara langsung dengan Bi Wati.
"I-iya-iya Non.. Non jangan bikin bibi takut Non.."
"GUE BILANG PERGIIIII! PERGI!"
Bi Wati menatap pintu kamar majikannya ragu-ragu. Ingin mengambil kunci cadangan dan menerobos masuk namun teringat siapa status beliau membuat beliau berpikir dua kali. Beliau khawatir bukan main kepada Fishah. Beliau berbalik turun ke lantai 1, menelpon nomor yang amat beliau hafal.
"Angkat nyonya angkaat.." ucap beliau gusar karena hanya mendengar nada sambung.
Bi Wati mematikan sambungan telponnya lantas menelpon kembali. "Ya Allah Nyonya iki nang endi to? Kudu piye aku iki? (Ya Allah Nyonya ini di mana sih? Harus bagaimana aku ini?)"
Bi Wati merasakan keadaan rumah megah ini semakin hari semakin kacau. Tak ada ketenangan yang bersemayam di dalamnya. Jika boleh jujur, keadaan rumah jauh lebih baik saat Nara masih di sini. Tapi semenjak Nara angkat kaki, semua berjalan tanpa arah. Mr. Reyhan menyibukkan diri dengan urusan kantor dan terus mengambil lembur. Sedangkan Ny. Desi? Wanita cantik itu lebih berat dengan rekan sosialitanya ketimbang putrinya sendiri. Semua punya dunia masing-masing.
Bi Wati mendongakkan wajahnya memandang ke arah kamar Fishah. Dahinya berkerut sebab tak lagi mendengar suara gaduh, keadaan mulai tenang. Bi Wati bergegas naik ke kamar Nona Mudanya itu. Menempelkan satu telinganya di daun pintu seperti sedang menguping. Tidak memiliki keberanian untuk mengetuk.
"Kok ora ono suara yo? Non Fishah rapopo kan? Semoga rapopo tenanan.. (Kok tidak ada suara ya? Non Fishah gak papa kan? Semoga benar-benar baik-baik saja..)"
Fishah, cewek itu tertidur di kasurnya yang tak kalah berantakan dengan kamarnya. Tidak ada bantal atau guling di atas sana, semua benda itu berserakan di lantai, kain sprei juga tidak tertata rapi. Entah seberapa hebatnya ia tumpahkan seluruh emosinya. Yang pasti, ia mengamuk seperti orang kesetanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinnara (COMPLETED)
Teen FictionHighest Rank #1 Manu Martin *** Vinnara Renova siswi kelas X SMA Garuda. Cewek penyandang gelar 'junior kurang ajar'. Ia semakin terkenal ketika rahasia yang ia tutupi selama ini terbongkar. Tak ayal, h...