55. Kepergian Mama

5.4K 213 19
                                    

Happy Reading!

^^^-^^^

Hari ini Fishah akan dioperasi. Pendarahan di kepala Fishah yang cukup parah memaksanya untuk segera dioperasi, mau tidak mau. Muncul rasa tak tega dan takut pada benak keluarga tercinta. Tidak sanggup rasanya membayangkan kepala si cantik itu akan dibelah dan disayat dengan pisau operasi. Tapi bagaimana lagi? Hanya ini solusinya.

Ny. Desi, Mr. Reyhan dan Nara setia menunggu operasi itu hingga selesai. Menunggu dan menunggu tanpa tahu kapan operasi itu usai. Saling berharap agar waktu berlalu sangat cepat sebab setiap menit yang mereka lewati begitu menyiksa jantung. Rasa gugup yang kelewat batas sangat membuat mereka sesak, terutama Nara.

Tak henti-hentinya cewek itu berkomat-kamit untuk berdoa. Bagai tengah dipacu adrenalinnya, keringat dingin membasahi sudut dahi dan telapak tangan.

Hari ini Nara sengaja mengambil absen. Percuma jika ia sekolah jika pikirannya masih tertinggal di rumah sakit elite ini. Gerald juga kesini, tapi nanti sore setelah pulang sekolah. 

Mr. Reyhan yang duduk di antara Nara dan Ny. Desi berusaha bersikap tenang meski perasaanya tak kalah semrawut. Karena jika beliau menunjukkan kekhawatirannya yang ada dua wanita cantik di kanan-kirinya juga ikut kacau. Sekarang saja Ny. Desi tengah menangis tersedu-sedu,membuat Mr. Reyhan berulang kali menghela napas.

"Ma.. jangan nangis terus dong Ma. Berdoaa.." kata Mr. Reyhan membenarkan letak kacamatanya yang melorot.

Ny. Desi memukul pelan paha suaminya. "Ayah ini gimana sih? Anak kita itu antara hidup dan mati di dalam sana. Ayah malah ngomong gitu!" kesal beliau sembari mengusap air matanya dengan tisu.

"Iya Ayah tau, tapi kita juga harus berdoa Ma. Jangan nangis terus, malah bikin Ayah sama Nara takut," balas Mr. Reyhan melirik Nara yang cuma jadi pendengar.

Ny. Desi melirik Nara sekilas lalu memalingkan muka sembari cemberut. "Terserah Ayah! Ayah memang gak bisa ngerti sama perasaan Mama."

Mr. Reyhan geleng-geleng kepala lalu beralih pada Nara di sebelah kanannya yang enggan mengangkat kepala. Mr. Reyhan menggenggam telapak tangan Nara, seketika Nara mendongak.

Mr. Reyhan tersenyum. Nara balas tersenyum pula. Saling memberikan kekuatan dan semangat. 

1 jam

2 jam

3 jam

Ting!

Seorang dokter berkacamata lengkap dengan pakaian sterilnya yang berwarna hijau keluar dari ruang operasi. Sontak hal itu membuat Ny. Desi, Mr. Reyhan dan Nara berdiri dan melemparkan pertanyaan serupa.

"Bagaimana operasi anak saya dok?" tanya Ny. Desi.

"Iya. Bagaimana keadaan putri kami?" timpal Mr. Reyhan.

Dokter Hery mengangguk dan tersenyum. "Puji Syukur, operasi anak bapak dan ibu lancar."

Nara tersenyum lebar, "Alhamdulillah."

Mr. Reyhan merangkul pundak istrinya. Ny. Desi tersenyum senang. "Syukurlah."

Dokter Hery menautkan kedua alisnya. "Tetapi.. kemungkinan saudara Fishah belum sadarkan diri. Pendarahan yang cukup parah di otaknya membuatnya kehilangan kesadaran untuk beberapa hari ke depan."

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang