Happy Reading!
^^^-^^^
Kamu memang telah datang kepadaku,
tapi bukan aku tujuanmu.
^^^-^^^
Nara memasuki kawasan sekolah dengan lagak tenang. Gaya berjalannya seperti putri solo yang masuk ke kerajaan, amat pelan. Membuat pria tua bertubuh pendek di seberang sana berteriak marah-marah.
Pak Heri berkacak pinggang seraya geleng-geleng kepala. "NARAAA! SUDAH TELAT, SANTAI-SANTAI LAGI! AYO CEPAT!" teriak Pak Heri dari kejauhan, sontak barisan murid di sana menoleh menatapnya.
"Kenapa kamu telat lagi? Kemaren-kemaren sudah bagus gak pernah telat.. sekarang diulangin lagi nelatnya.." tanya Pak Heri begitu Nara bergabung di barisan.
"Maaf pak," jawab Nara menunduk.
Pak Heri berjalan bolak-balik dengan tangan dikaitkan di belakang punggung. "Kalian ini memalukan. Generasi bangsa kok nelat-nelat terus. Gak disiplin! Pantas Indonesia gak bisa maju!"
"Sekarang, catat nama kalian dan kelasnya. Setelah itu, lanjut bersih-bersih lapangan tengah dan taman belakang sekolah sampai jam pelajaran ke-2. Kalau sampai, saya liat ada yang duduk-duduk! Terima akibatnya! Paham?" tegas Pak Heri dengan suara berat yang menggelegar.
"Dengar pak.." jawab para murid serentak.
"Hukuman dimulai dari sekarang! Prrriiiiitt!" komando Pak Heri meniup peluit pusakanya.
Barisan itu membuyarkan diri, mengambil alat kebersihan yang sudah disiapkan Pak Heri lantas berpencar. Ada yang di lapangan tengah dan ada yang di taman belakang. Nara memilih membersihkan lapangan tengah. Ia terlalu malas untuk berjalan ke taman belakang. Lagi pula, ia berencana menghindar dari sang kekasih mengingat untuk ke taman belakang harus melewati koridor zona kelas XI.
Nara menyapu ala kadarnya, yang penting kelihatan sudah menjalani hukuman. Mood-nya sedang tidak bagus. Kesal dengan kekasih adalah hal biasa kan? Gerald bertingkah semaunya, seharusnya kalau Gerald tidak bisa menjemput, bilang dari awal, bukannya mendadak. Memangnya dihukum itu enak apa? Jelas gak enak lah.
"NARA! KAMU JANGAN MALAS-MALASAN! AYO! BERSIH-BERSIH YANG BENER!" teriak Pak Heri yang berteduh di bawah pohon.
Nara menggeram kesal. "Dasar Pak Heri kampret! Gue gak budeg! Ngapain pake teriak-teriak segala.." gerutunya
Prrrriiiittt!!
"NARA! Kenapa kamu komat-kamit begitu? Kamu dukun-in saya?" tanya Pak Heri berkacak pinggang.
"Enggak pak.." jawab Nara pelan lalu berbalik badan memunggungi Pak Heri bermaksud menghindari ekspresi menyebalkan guru tatib (tata tertib) itu.
Alangkah kagetnya ia ketika menemukan Gerald duduk santai di depan ruang laboratorium tengah menyaksikan dirinya sedang dihukum. Nara mengalihkan fokusnya dengan cewek yang duduk di sebelah Gerald. Fishah, saudara tirinya sendiri. Bisa ia tebak, pasti ada kaitannya dengan Olimpiade Sains. Nara kembali menatap Gerald, cowok itu menyuguhkan ekspresi yang sama ketika ia terjatuh di depan aula.
Nyebelin banget sih, jelas-jelas dia yang udah bikin gue telat dan dihukum kayak gini. Minta maaf kek, apa kek. Dasar patung mannequin! Pelit senyum! Huh!
Nara menipiskan bibirnya dengan hidung mancungnya yang kembang-kempis menahan kesal. Ia membalikkan tubuhnya cepat, enggan bertatapan dengan Gerald. Biar saja ia nampak seperti anak kecil yang merajuk, ia tidak peduli. Memang dia sudah merajuk kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinnara (COMPLETED)
Teen FictionHighest Rank #1 Manu Martin *** Vinnara Renova siswi kelas X SMA Garuda. Cewek penyandang gelar 'junior kurang ajar'. Ia semakin terkenal ketika rahasia yang ia tutupi selama ini terbongkar. Tak ayal, h...