Happy Reading!
^^^-^^^
Biarkan detik itu menciptakan
kenangan menyakitkan.
Tak apa..
Tarik saja benang merahnya.
Itu artinya kita pernah ada dalam kebersamaan.
^^^-^^^"Hahaha. Enak deh. Bisa tidur sepuasnya. Bangun-bangun mata gue jadi segar!"
Nara tersenyum hangat pada cewek cantik di depannya yang kepalanya dibalut perban. Merasa bahagia, melihat adiknya tertawa paling keras di ruangan itu. Adik yang selama ini enggan menatapnya kini berceloteh panjang lebar kepadanya.
Jadi gini, rasanya punya adek dan akrab banget, batin Nara senang.
Ya, Fishah telah sadar. Tuhan telah mengabulkan apa yang Nara semogakan. Jujur ia ketakutan hingga merasa hampir mati ketika Gerald mengajaknya berlari kesetanan ke ruang ranap Fishah. Bagaimana tidak? Gerald yang ia tanyai malah bungkam saja. Belagak tidak tahu meski cowok itu sudah tahu. Biar surprise katanya. So, tidak salah jika Nara lebih banyak berprasangka negatif ketimbang berprasangka positif.
"Mau gue kupasin apel?" tawar Nara.
Fishah mengangguk antusias. "Tau aja mulut gue rasanya pahit. Kupasin yang banyak ya?"
"Iya."
Fishah beralih menatap Gerald yang duduk di sofa. Cowok itu terus diam seperti pengamat.
"Kak Gerald kok diem aja sih?" tanya Fishah sok akrab. Meski dalam hati, ia masih sungkan teringat akan perilaku murahannya kepada Gerald.
Gerald tersenyum kecil. "Kalo cerewet lo dong."
Fishah tersenyum lebar. "Siniiii! Jauh banget duduknya sebelah sana. Gabung bareng gue sama Nara," ajaknya melambaikan tangan lucu.
"Okelah," kata Gerald duduk di kursi kayu di sebelah ranjang Fishah.
Nara yang mengupas apel melirik interaksi Gerald dan Fishah dalam diam. Ia benar-benar harus melupakan perasaannya, juga kenangannya bersama Gerald. Merasa cemburu saja sepertinya tak pantas bila melihat sumber bahagia Fishah seolah berasal dari Gerald.
Nara menaruh irisan apel yang telah dikupas ke dalam piring plastik. Lalu balik badan dan memberikannya pada Fishah.
"Ini udah."
"Yeay! Makasih! Hmm.. manis.." celoteh Fishah memakan seiris apel.
Fishah menawarkan kepada Gerald. "Mau?"
Gerald menggeleng.
Lalu kepada Nara yang duduk tepat di sampingnya. "Mau?"
Nara pun menggeleng. "Habisin."
"Kenapa pada gak mau? Enak koookkk.." gerutu Fishah. Nara hanya tersenyum dan menggeleng.
"Nara.. Mama mana? Kenapa tadi Ayah sendirian? Mama arisan?" tanya Nara dengan mulut penuh.
Nara menelan ludah. Memandang Fishah dengan sorot mata layu. "Lo sembuh dulu. Baru gue kasih tahu."
Fishah mendelikkan mata sebal. Beralih tanya kepada Gerald. "Kak mama gue mana?"
"Sembuh dulu," jawab Gerald meniru Nara. Membuat Nara langsung menatapnya.
"Lho? Kenapa gitu? Emang Mama gak mau jengukin gue?" tanyanya sambil menghela napas kuat.
Nara mengambil seiris apel lalu menyumpalnya paksa ke bibir Fishah yang cemberut. "Cemberut teruuuss."
"Iiih! Apaan sih Ra? Orang lagi sedih juga," kata Fishah. Cewek itu menyandarkan kepalanya di pundak Nara dan merangkul perut Nara manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinnara (COMPLETED)
Teen FictionHighest Rank #1 Manu Martin *** Vinnara Renova siswi kelas X SMA Garuda. Cewek penyandang gelar 'junior kurang ajar'. Ia semakin terkenal ketika rahasia yang ia tutupi selama ini terbongkar. Tak ayal, h...