17. Peluang

6.9K 302 33
                                    

Happy Reading 

Mustahil jika dalam hidup tak pernah

ada yang namanya peluang.

^^^-^^^

Jalanan Jakarta pagi ini ramai, bahkan sangat ramai. Aneh rasanya jika Jakarta nampak sepi dan lenggang. Terlebih lagi, hari ini hari Senin. Hari yang digadang-gadang sebagai hari terlaknat.

Nara sendiri juga mengakui bahwa dirinya menjadi saksi bisu kemacetan ibukota. Entah itu pagi, malam atau sore. Macet everywhere and everytime. So, what can I do? Jalani saja lah..

Seperti pagi ini, harus melawan rasa kantuk dan malas demi menantang macet. Sebenernya ada cara agar ia tak terjebak macet. Tapi.. tau sendiri kan? Cewek itu pasti menolak. Lebih baik kejebak macet dari pada semobil dengan Fishah.

Dan sekarang bus yang ditumpanginya tak berpindah posisi sama sekali. Diliriknya arloji putih di tangan kanan, 06.31. Bentar lagi bel masuk, gumamnya dalam hati.

Dia juga mengakui jika dia bukan termasuk cewek alay yang biasanya bakalan heboh jika tahu bentar lagi bel masuk. Slow man!

Atensi cewek ombre itu teralihkan setelah menangkap sosok wanita berbadan dua yang ikut berdiri bersamanya karena tak mendapatkan tempat duduk kosong. Ia mengedarkan pandangannya, dan memang benar seluruh bangku sudah penuh. Pandangannya terpusat pada seorang pemuda yang duduk santai menikmati kemacetan dengan headset di telinganya. Dihampirinya pemuda itu.

"Mas, minta tolong, bisa berdiri gak?" tanya Nara santai.

"Ah ngapain? Males! Nanti lo tempatin lagi bangku gue," ucap pria itu.

"Bukan buat gue. Buat ibu itu tuh," tunjuk Nara. Lantas pemuda tersebut memusatkan pada objek yang ditunjuk Nara.

"Oh. Buat ibu itu."

"Iya."

"Gak peduli," sahut acuh pemuda tersebut dan menyumpal kembali telinganya dengan headset.

Ini masih pagi dan ia harus rela menahan emosinya demi orang asing yang sama sekali tak punya hati ini. Sumpah demi apa? Dia takkan membiarkan tenaganya terkuras sia-sia untuk berdebat dengan bedebah yang satu ini.

Dia tak suka banyak bicara. Lebih baik bertindak bukan? Ditariknya paksa lengan pemuda tersebut agar segera berdiri.

"Eh eh apaan ini?" tolak pemuda itu sambil meronta.

"Gue males ngeladenin sampah kayak lo!" ujar Nara dingin setelah berhasil membuat pemuda itu mencampakkan kursinya secara paksa.

"Dan buat ibu, ibu duduk disini aja ya?" pinta Nara penuh kelembutan.

"Gak gak!" teriak pemuda itu.

"Udah bu, duduk sini aja. Gak usah didengerin."

"Ta-tapi dek.." ucap ibu hamil itu sedikit ketakutan.

"Gak papa bu.."

"Iya mbak duduk situ aja. Orang adeknya ngasih bangku kosong buat mbak. Kan lagi hamil gede," sahut ibu-ibu yang berumur separuh abad.

Tak dapat dipungkiri jika aksi heroik Nara barusan berhasil menyita perhatian seluruh penumpang bus. Sikap terpuji cewek itu berhasil menghancurkan segala pikiran negatif orang-orang tentangnya mengingat penampilannya yang jauh dari kategori murid teladan.

"Ekhem! Ya-ya udah mbak duduk di bangku saya aja.." ucap pelan si pemuda.

"Makasih ya mas," jawab ibu hamil itu.

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang