25. Ignored

7K 264 47
                                    

Hai! Sebelumnya, Kim mau ngucapin terima kasih buat readers setia Vinnara(:

Banyak yang nanya, "Kak kpn up?" "Kak kok up nya lama?"

Itu semua bergantung dari respond pembaca, kalo Vinnara saya up tapi gak ada respond ya bagaimana(':

Bukannya saya pengen cerita ini famous kyk story lain.

Tapi menurut saya, respond pembaca adalah suatu apresiasi untuk author (:

Jadi, seperti yang saya ucapkan tadi, Vinnara akan up sesuai jumlah readersnya karena saya sendiri bertekad merampungkan Vinnara sampai tamat.

Sekian curcolnya maaf mengganggu (': 

Happy Reading!

^^^-^^^

Sekali, dua kali terlarut dalam patah hati sih boleh,

asal jangan sampai lupa diri.

^^^-^^^

Suatu keajaiban, meja berbahan jati yang ada di sudut kamar Nara kini tersinari lampu belajar. Sekarang ia berkutat dengan senjata dan perisai alias buku paket Matematika dan bolpoin. Jarang-jarang kan lihat Nara belajar? Ada alasan klasik yang mendalangi ini semua, Besok ujian Integral.

Otaknya mulai berpikir keras. Ia mengetukkan bolpoin itu di meja seakan-akan bisa membuat otaknya berpikir dengan jernih. Namun sia-sia saja, yang ada asap tebal mengepul di atas kepalanya.

"Susah banget sih?! Apaan coba? f (x)? Duh!" gerutunya frustasi membanting bolpoin.

Ia yakin, sebentar lagi pemadam kebakaran akan datang ke rumahnya dan mengira ada kebakaran. Lihat! asap hitam itu semakin banyak. Tak hanya berasal dari atas kepalanya, tapi juga kedua telinganya. Mengerjakan soal super mudah itu telah menguras habis pikiran dan emosinya. Ya, sepertinya dia butuh pendinginan. Dia beranjak dari duduknya mengambil gelas di atas laci.

"Yah abis.."

Lalu ia keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air dingin sambil menenteng gelas kosong tadi.

Ia menuruni tangga dengan langkah santai. Ada Ny. Desi dan Fishah duduk berhadapan di ruang tamu membicarakan sesuatu yang mudah didengar olehnya. Langkahnya terus terlanjut hingga ke dapur dan membuka lemari es yang dipadati berbagai makanan dan minuman.

"Jadi dia itu namanya Kak Ricco Ma.."

Ny. Desi mengangguk paham, "Oohh.. Jadi Ricco namanya.."

"Iya.."

"Tapi sayang, kayaknya dari lagaknya Ricco naksir kamu.."

"Apa sih Ma? Gak kok.. Biasa aja.." ucap Fishah malu-malu.

"Anak mama udah gede.. Tapi mama lebih setuju kalo kamu sama Gerald aja.. itu lhoo anaknya Tante Andini.. Udah ganteng, keren, pinter lagi. Kamu yakin gak naksir anaknya Tante Andini?"

"Ih Mama.. udah deh."

"Hmm malu-malu kucing. Kamu suka Gerald jangan-jangan?" goda Ny. Desi.

"Gak Ma gak. Tau ah Mama nih!" ucap Fishah masuk kamar diikuti Ny. Desi yang tetap menggoda Fishah.

Nara, ia menjadi pendengar setia perbincangan singkat antara Mama dan saudara tirinya. Dalam diam, perasannya sedikit tidak beres kala nama Gerald diagung-agungkan oleh sang mama. Tanpa ia tahu penyebabnya.

^^^-^^^

"Aah!! Sueger puuooll.." ucap Ricco mengusap bagian belakang rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang