Happy Reading!
^^^_^^^
Gerald berlari dengan napas memburu. Langkah beratnya yang beradu dengan ubin putih memecah keheningan di sepanjang koridor. Ia mengambil belokan ke kanan melewati ruang loker. Tak ada yang ia temukan di sana selain sepi karena KBM masih berlangsung. Gerald menyusuri lorong itu dengan langkah seribu. Hingga ia berhenti di ujung jalan tepat di depan ruangan minimalis berisi kardusan data-data sekolah. Ya, ini adalah jalan tercepat untuk sampai ke gudang belakang. Bukan untuk masuk ke gudangnya, tapi menyelinap di celah sempit antara ruang loker dan gudang.
Ia menoleh ke segala arah, dirasa aman, ia buka pintu penutup jalan sempit yang terbuat dari triplek. Tak sulit, karena pengaman pintu hanya sebuah kawat yang dikaitkan di paku kecil. Sebelum ada yang melihat, segera ia lewati jalan sempit tersebut dengan posisi tubuh menyamping. Bukannya oksigen yang ia hirup, malah debu dan udara pengap memasuki indra penciumannya. Alhasil, ia memilih untuk tahan napas.
Gerald menarik napas lega karena berhasil keluar dari jalan menyesakkan. Di sana ia melihat Nara berdiri menggendong tasnya di sebelah cowok bertindik hitam. Ia tidak tahu siapa cowok bertindik itu, tapi Gerald ingatdia adalah cowok yang mendekati Nara di hari pertama MOS. Muncul rasa tak senang dalam hatinya, karena cowok itu—Nara mengabaikannya.
Tapi bukan itu yang utama, ia harus mencegah Nara sebelum ketahuan guru. Baru 2 langkah, suara berat Pak Joko dan Pak Heri menyabotase aktivitas Nara dan kedua cowok itu.
"KALIAN YANG CABUUTT!! BERHENTII!"
"KALAU KALIAN TIDAK BERHENTI TERIMA HUKUMANNYA!"
Gerald menyembunyikan diri di ujung jalan sempit. Bukan karena takut nama baiknya tercemar, tapi ia akan dikira bersekongkol dengan mereka. Lebih baik berdiri di sini mengawasi Nara dan 2 teman cowoknya yang berusaha mengamankan diri. Setidaknya ia tahu kalau Nara aman.
Muncul kerutan samar di dahi Gerald, kala melihat Nara dan si cowok bertindik terlibat cekcok kecil. Rok Nara tersangkut paku meja. Tanpa sadar kedua tangannya mengepal karena si cowok bertindik menyuruh Nara menyobek roknya.
"Sorry Ra gue duluan!"
"Lan! Tungguin gue! Aduuh! Susah bangeet."
Gerald berdiri tak tenang di sana. Mengapa Nara begitu ceroboh? Seharusnya Nara segera menyelamatkan diri di saat roknya tak lagi tersangkut paku. Cewek itu memilih mendahulukan kesenangan sesaat karena roknya sudah aman dengan jingkrak-jingkrak.
"KALIIANN!!"
Gerald berdecak kesal dan segera mendekati cewek bodoh itu. Gerald menarik pelan tangan Nara. Ia sudah siap menerima umpatan Nara karena Nara tak mau disentuh.
Nara membulatkan matanya, "Gerald? Kok lo-.."
Gerald meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sendiri, "Ssstt. Ikut gue!" ucapnya lirih segera menarik Nara untuk bersembunyi di jalan sempit tadi.
Nara menarik tangannya yang digenggam Gerald. "Lo mau bawa gue kemana?"
Gerald tak menjawab, ia fokus menarik Nara ke tengah-tengah jalan sempit agar mereka tersembunyi dengan aman.
"Ini apa? Kenapa gelap?" tanya Nara berusaha menajamkan matanya di antara cahaya minim.
Gerald menghentikan langkahnya, menatap paras Nara di cahaya temaram. Kendati demikian, ia bisa melihat raut ketakutan di paras Nara.
"Lo gak akan- Hmmpphh.." tanya Nara terpotong karena Gerald membungkam mulut Nara dengan tangannya.
Gerald mendekatkan mulutnya di telinga kanan Nara. "Ssttt.. Jangan ngomong, nanti Pak Joko denger," bisik Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinnara (COMPLETED)
Teen FictionHighest Rank #1 Manu Martin *** Vinnara Renova siswi kelas X SMA Garuda. Cewek penyandang gelar 'junior kurang ajar'. Ia semakin terkenal ketika rahasia yang ia tutupi selama ini terbongkar. Tak ayal, h...