Happy Reading
^^^-^^^
Ceklek!
Nara berjalan pelan memasuki rumahnya yang mewah namun terkesan sepi. Ia teringat akan plester yang diberikan oleh Rendra, lalu dirogohnya plester yang ia simpan di saku seragam. Terlalu sibuk dengan kegiatannya alhasil ia bertabrakan dengan seseorang dan terjatuh.
"Aww!" rintihnya pelan.
"Maaf-maaf," ujar pria berjas hitam membantunya berdiri.
"Gak papa.." Nara menelisik si pria yang memungutkan plesternya yang terjatuh.
Pria itu segera menyodorkan plester, "Ini. Maaf saya buru-buru.."
"Lho mas?!" panggil Nara pelan namun pria itu tetap pergi.
Aneh, pria itu nampak asing. Belum pernah ia melihat, kerabat ayahnya yang semudah itu. Jika dilihat-lihat, mungkin pria itu berumur 20-an. Nara mengendikkan bahu acuh berusaha tak peduli. Tapi tetap saja ada yang mengganjal meski ia menyoba menyangkal. Asisten baru ayah mungkin.
"Pulang sama siapa?"
Nara menoleh, di sana Mr. Reyhan berdiri tenang dengan kedua tangan yang dimasukkan saku celana.
"Bukan urusan Ayah," sahut Nara sambil memasukkan kembali plester ke saku seragam.
"Laki-laki yang mengantar kamu pulang itu, dia anak jalanan. Jangan berteman sama anak model kayak gitu! Malu-maluin keluarga aja! Gak punya pendidikan, anak gak keurus gitu," sahut sinis Mr. Reyhan.
Deg! Memalukan?
"Entah apa yang buat Ayah bisa berubah secepat itu Nara sendiri gak tahu yah. Dia itu sahabat Nara. Ayah gak tahu apa-apa tentang Nara.." jawab Nara pelan menahan sesak.
"KAMU ITU YANG BERUBAH! CEWE BERANDALAN! NGAMEN-NGAMEN DI KAFE NGGAK JELAS! KAMU PIKIR AYAH GAK TAHU?!"
Nara tertegun, "Ngamen ayah bilang?"
"Iya ngamen. Aib! Seluruh karyawan ayah tahu kalo kamu nyanyi di kafe. MAU TARUH MANA MUKA AYAH?!" ujar Mr. Reyhan melotot.
"Ini duniaku. Ayah gak perlu ikut campur."
Mr. Reyhan murka berjalan mendekati Nara, "JAUHI TEMAN KAMU! JANGAN KE KAFE! DAN LAGI.. MUKA KAMU!! MUKA KAMU YANG BANYAK UKIRANNYA ITU SUDAH CUKUP MENJELASKAN KENAKALANMU YANG DI LUAR BATAS!"
Mr. Reyhan berlalu dengan lagak angkuhnya. Meninggalkan Nara yang betah diam mematung. Nara menghela napas kasar. Berupaya mengeluarkan rasa sesak sekaligus kecewa yang memasuki dada. Dulu Mr. Reyhan sendiri lah yang selalu mengajarkan arti kebersamaan dalam hidup tanpa meremehkan orang lain. Entah kemana ajaran itu sekarang, hilang membekaskan sebuah teori semata.
^^^-^^^
Nara baru saja keluar dari kamar mandi menyelesaikan ritual mandinya. Kentara sekali dari rambutnya yang nampak basah. Sesekali handuk putih yang ia bawa ia usapkan pada rambutnya.
Lantas, cewek itu melangkah menuju cermin setengah badan. Pucat, itu yang ia lihat setelah mematut tampilan dirinya. Matanya beralih fokus pada segaris luka dengan darah yang telah mengering. Jari lentiknya membawanya meyentuh luka itu.
"Akh!" jeritnya tertahan.
Lalu diambilnya plester pemberian Rendra yang tergeletak di sebelah ponselnya yang mati. Dan ditempelkannya plester itu pada lukanya secara pelan-pelan.
Nara menghela napas pelan, "Hahhh.."
Luka itulah yang membedakan antara dirinya dengan Rafishah. Meski mereka memiliki kesamaan. Sama-sama perempuan dan sama-sama anak ayah. Hanya saja, dia tak teranggap meski terpampang di depan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinnara (COMPLETED)
Teen FictionHighest Rank #1 Manu Martin *** Vinnara Renova siswi kelas X SMA Garuda. Cewek penyandang gelar 'junior kurang ajar'. Ia semakin terkenal ketika rahasia yang ia tutupi selama ini terbongkar. Tak ayal, h...