44. Dia berkhianat?

5.3K 216 38
                                    

Happy Reading!

Aku saranin dengerin lagu Hahnin Dhiya – Kau yang Sembunyi.

Insya Allah cocok ^-^

^^^-^^^

Bila rasa bosan adalah alasannya,

kupersilahkan kamu untuk mengungkapkannya.

Jangan terus menghindar,

karena cintaku bisa saja pudar.

^^^-^^^

Bel pulang berbunyi 5 menit yang lalu. Satu per satu murid telah beranjak pulang dengan wajah cerah. Bayangkan saja, hampir sehari penuh jamkos terus mengisi jam pelajaran. Para guru dan anak OSIS sibuk mengurus acara Diesnatalis SMA Garuda. Mengingat 2 minggu lagi, SMA Garuda berulang tahun untuk yang ke-43.

Namun hal itu tak memberi efek apa-apa untuk Nara. Mau jamkos kek, rapat kek, terserah. Yang penting gue ada waktu buat tidur. Nara memang telah berubah, tapi kebiasaan tidurnya yang telah mendarah daging tidak bisa hilang dengan mudah. Seperti sekarang ini, Nara keluar kelas sembari menggendong tas ranselnya dengan keadaan setengah sadar. Rasa kantuk masih menguasai. Baru sampai di ambang pintu, si Ketua Kelas memanggilnya.

"EH RA RA!"

Nara menoleh tanpa suara, hanya mengangkat alisnya.

Arlan menghampiri Nara seraya membawa tumpukan buku latihan Sains. "Mintol dong bawa nih buku ke meja Bu Joko hehe," katanya tersenyum pepsodent.

Nara berdecak kesal. "Lo pikir gue pembantu?" sinis Nara.

"Eh eh eh! Mintol dong Ra. Pleaseeee.. Lagian lo yang ngumpulin terakhir kan?" tanya Arlan.

Nara mendelik marah. "Pala lo terakhir! Gue udah ngumpulin dari tadi!"

"Yaelah bantuin gue dong Ra. Pelit amat sih sama temen sendiri," ujar Arlan melengoskan muka.

"Ya udah sini sini!" pasrah Nara sekaligus kesal. Arlan terlalu banyak bicara, membuat Nara kesal.

Arlan menyerahkan tumpukan buku itu dengan muka cerah. "Thank you Raaa! Lo kayak gak tau gue aja, lo gak liat seragam gue gimana?"

Nara memerhatikan seragam Arlan dengan seksama. Lantas tertawa kecil lalu geleng-geleng kepala. Kemeja Arlan penuh dengan bekas noda cokelat, seperti habis terjatuh.

"Lo ngapain juga siang-siang main bola di lapangan? Udah tau gak ada mapel olahraga! Pantes tadi di kelas bau keringet gak ilang-ilang," maki Nara sambil menerima tumpukan buku.

Arlan mengibaskan tangan di depan wajah. "Alah! Udah biasa! Kayak gak tau anak cowok aja. Cowok kan sukanya bolaaa hahaha."

Nara memutar bola matanya malas. "Dekil!" katanya sebelum membalikkan tubuh dan pergi meninggalkan Arlan.

^^^_^^^

Nara membawa tumpukan buku dengan santai. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Nara melihat anak-anak OSIS berdiri di depan pintu aula. Di sekitarnya juga banyak para kurir yang wira-wiri mengangkat properti untuk Diesnatalis. Mereka tampak sibuk satu sama lain.

Nara berdiri mematung disana dengan kedua matanya yang fokus mencari-cari seseorang. Siapa lagi, juga bukan pacarnya sendiri. Ia tidak melihat keberadaan Gerald di sana.

Nara celingukan. "Mana sih dia?" gumamnya lirih.

Mungkin, Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya. Beberapa saat kemudian, Gerald keluar dari dalam aula sambil memegang secarik kertas dan bolpoin. Dan tatapan keduanya saling bersirobok. Nara yang merasa jika Gerald menyadari keberadaanya, segera melemparkan senyum manis. Anehnya, Gerald malah menatapnya tanpa ekspresi. Gerald melihatnya kan? Kenapa tidak membalas senyum sapaannya?

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang