3. Gerald!

10.3K 624 77
                                    

^^^-^^^

Ia menoleh ke belakang dimana Nara sudah duduk di salah satu bangku kantin. Terlihat ia dihampiri oleh cowok yang sedari tadi sudah menunjukkan tatapan penuh minat kepada Nara. Entah kenapa muncul rasa sesak dalam dadanya.

Ia diabaikan begitu saja oleh Nara. Padahal, jelas-jelas ia berpapasan. Sedangkan, cowok tengil dengan tindik hitam di sebelah telinga kiri itu dengan mudah mendapatkan senyuman Nara.

Aww!

Gerald mengalihkan atensinya pada seorang gadis berambut sebahu yang terjatuh dan terus memegangi kakinya. Bisa dilihat dari seragamnya sepertinya ia murid baru.

"Gak papa?" tanya Gerald.

"Oh? Hmm ini aku tadi kesandung. Aku gak tau kalo ada batu disitu."

"Bentar bentar.. Eh Co!" potong Gerald melihat Ricco jalan melewatinya.

"Apa?"

"Nih lo bantu dia.. lecet dikit.. anter ke UKS!"

"Siap bro.. sini adek manis biar bang Ricco yang anter. Lo bisa jalan gak? Apa perlu abang gendong?" tanya Ricco semangat. Maklum lah ya dia spesies jomblo abadi. Makanya sekali liat cewek cakep langsung mabur kayak gitu.

"Gak usah kak. Gue gak papa kok." Fishah sama sekali tidak bisa berhenti menatap Gerald. Wajah Gerald yang terkesan dingin terus menarik perhatiannya. Ia hanya bisa memuja dalam hati. Mengagumi betapa sempurnanya cowok yang sudah pergi berjalan menjauhinya. Meski wajah cowok itu tak lagi menghadapnya sebab Gerald berjalan membelakanginya. Tetap saja Gerald terlihat tampan dengan tubuh proposional bak atletis itu.

"Sini-sini!" ucap Ricco memapah ke UKS. Fishah berjalan sedikit tertaih-tatih karena memang sakit sekali ketika ia berjalan.

Bau khas obat-obatan tercium saat ia sudah memasuki ruangan minimalis yang lengkap dengan gorden hijau, alat-alat medis dan obat-obatan serta 2 ranjang kosong di sudut ruangan. Ricco mendudukannya di salah satu ranjang. Dan ia mengambil sebotol obat merah dan kapas.

"Ini cuma lecet kok. Gak papa nih. Kasih obat merah dikit langsung sembuh."

"I-iya kak."

"Gak usah tegang gitu. Sans aja kalo sama gue. Gue ini tipe cowok murah senyum kok. Dijamin lo bakal nyaman deket gue haha. Btw, kenalan boleh dong," cerocos Ricco tanpa jeda kayak kereta api di Pasar Senen.

"Fishah kak."

"Hmm.. manis kayak orangnya," ucap Ricco seketika membuat Fishah sedikit merona.

"Fis lo gugus apa?"

"Gugus Pattimura."

"Lha sama Gerald dong. Enak bener tuh kacong kedapetan murid baru yang bening kayak kamu."

"Iya kak," Fishah teringat saat jam perkenalan tadi di kelas gugus Pattimura. Tentang Gerald yang hanya diam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Berdiri di depan kelas memerhatikan 2 temannya yang notabenenya juga kakak OSIS. Kedua temannya sibuk bercanda, mencairkan suasana canggung yang tercipta di kelas itu. Mulai dari melawak hingga sedikit menggoda murid baru yang memiliki wajah cukup menarik. Tapi tidak dengan Gerald. Ia acuh tak acuh. Padahal sudah jelas dia adalah senior yang bertugas membimbing dan memberikan perhatian kepada murid baru.

Benar-benar menarik.

^^^-^^^

Kring Kring Kring

Tanda bahwa kegiatan hari ini telah selesai. Para murid telah berhamburan keluar dari area sekolah.

Nara berjalan dengan langkah santai. Selain benci dengan sekolah ia juga benci dengan rumah. Gue berharap gue amnesia supaya gue lupa sama jalan pulang, doanya.

Ia tahu tidak seharusnya ia berdoa seperti itu. Bukankah berdoa adalah memohon supaya kita diberi suatu kebaikan oleh Yang Kuasa. Tapi menurutnya itu sudah tergolong doa yang baik.

Untuk apa ia berada di rumah. Di rumah terasa seperti di hutan. Ia selalu kesepian. Keberadaanya seperti tak terjangkau oleh orang lain. Ia juga manusia tapi ia merasa termasuk golongan partikel debu. Terombang-ombing kesana kemari terbawa oleh angin. Tak tahu kemana ia akan berhenti.

Kaki jenjangnya menyusuri koridor sekolah dengan santai. Sesekali terdengar suara merdu mengalun indah dari bibir tipisnya. Mengusir sepi yang selalu mengekorinya kemana-mana. Ia bisa melihat mobil mercedes hitam berhenti di depan gerbang sekolahnya. Itu mobil ayah!

Tak lama kemudian datang gadis manis berkepang dua. Siapa lagi jika bukan Fishah.

"Ayah!"

"Fishah! Ayo pulang! Ayah tau kamu capek seharian ini," ucap Mr. Reyhan mengusap lembut kepala Rafishah. Dan mereka pulang meninggalkan area sekolah.

Haha.. apa sih yang lo pikirin Nara? Sadar! Lo itu cuma debu. Buat apa lo ngarepin supaya Ayah jemput lo!

Miris memang. Dia juga anak ayah. Dia punya ayah. Tapi... Sudahlah.

Bisa dikatakan Nara anak yang mandiri. Kesepian yang ia rasakan setiap harinya mengajarkan arti mandiri. Hidup sendiri. Tanpa kasih sayang dan dukungan orang lain.

Tak terasa ia sudah sampai di halte yang letaknya cukup jauh dari SMA Garuda. Halte disana cukup ramai. Jelas saja ramai, sekarang pukul 17.00. Dimana para pekerja kembali pulang untuk istirahat.

^^^-^^^

"Gerald! Gerald!" panggil gadis bule memakai jas navy yang sama dengannya, Netta. Gerald tidak menjawab panggilan itu. Ia hanya menolehkan kepalanya menghadap gadis yang berdiri sedikit membungkuk di depannya dengan nafas ngos-ngosan.

"Duh lo jalannya cepet banget sih. Lo tu manusia apa robot! Ngos-ngosan nih Netta ngejar-ngejar lo!" Lagi-lagi Gerald hanya diam tak berniat membalas ucapan Netta. Ia hanya menaikkan kedua alisnya, tanda bahwa ia bertanya. Ada apa?.

"Gak papa sih. Hehe. Netta nebeng dong. Nyokap arisan. Jadi, gak bisa jemput Netta deh."

"Males."

"Eh eh.. Kok males sih. Ya ampun Gerald lo ganteng banget sih."

"Basi!" Gerald berjalan meninggalkan Netta yang masih memaksanya untuk diantarkan pulang olehnya. Sebenernya, alasan utama Netta tidak bisa pulang bukanlah karena nyokapnya. Tapi karena modus. Cewek mana sih yang gak pengen dianter pulang sama cowok setampan Gerald.

Tanpa babibu Gerald segera menumpangi motor ninjanya. Dan pergi melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi toh sekolah sudah sepi. Supaya Netta tidak bisa mengejarnya lagi.

Cowok itu sedikit memelankan laju motornya ketika matanya menangkap seorang gadis berambut ombre. Nara!

Ia melihat Nara digoda oleh beberapa preman. Entah darimana datangnya preman itu. Yang pasti 2 orang bertampang sangar itu terus mendekati Nara sesekali tangannya nakal menyentuh dan mencolek Nara. Berengsek!

Ia segera turun dari motornya dan mendekati Nara.

"Lo pada! Jangan ganggu dia!" Nara melihat Gerald berdiri di depannya dengan tatapan menantang yang ditujukan kepada 2 preman yang berada di samping kirinya.

Kak Gerald!

--TBC--

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang