54. Sebuah Insiden

5.2K 224 20
                                    

Happy Reading!

^^^-^^^

Fishah memutuskan pergi menemui Nara, adik tirinya yang hampir tak terungkap. Ia menyesal telah menjadi kakak paling bodoh dan egois. Membiarkan Nara angkat kaki dari rumah, ia bahkan tak peduli mau makan apa Nara nantinya bila hidup sendiri. Ia juga tak tahu tempat apa yang Nara gunakan untuk berlindung sekarang, apa rumah megah? Apartemen? Ataukah rumah sepetak?

Ia membenci keadaan ini, keadaan ini menunjuknya sebagai sosok kakak yang tak punya hati. Tutup mata ketika melihat Nara terang-terangan dibuli di depannya, membuang muka seolah-olah tak melihat. Bukan sekali dua kali Nara dibuli hingga babak belur. Ia pernah melihat paras cantik Nara bengkak dan penuh luka saat berada di jenjang SMP. Namun dengan bodohnya ia melapor pada sang Ayah bahwa Nara terjatuh.

Fishah duduk di kursi penumpang taksi seraya menangis. "Nara.. maafin guee.. maaf Ra.."

Membayangkan bila ia ada di posisi Nara, mungkin bunuh diri menjadi pilihannya saat itu. Membayangkan betapa hancur dan tersiksanya Nara baik secara fisik, mental maupun perasaan. Dan Tuhan berlaku adil, kini ia merasakan apa yang Nara rasakan. Dijauhi dan dibenci. Karma itu ada dan berlaku adanya.

Fishah melirik arloji berwarna peach di tangannya, tepat waktu. Ini jam pulang. Itu artinya ia tidak perlu menunggu Nara terlalu lama. Dan benar saja begitu mereka sampai, gerbang telah terbuka lebar, banyak pelajar SMA Garuda pulang menuju rumah masing-masing.

"Sudah sampai neng," kata si sopir.

Fishah mengusap air matanya asal. "Berapa pak?" tanya Fishah dengan suara serak karena habis menangis.

"50.000," jawab si sopir melirik argo.

Fishah mengeluarkan selembar mata uang dan diberikan kepada si sopir. "Ini. Makasih ya pak."

"Sama-sama neng," balas si sopir yang mungkin tak didengar Fishah sebab Fishah buru-buru keluar mobil.

Fishah mencari-cari Nara di antara belasan murid yang berjalan keluar gerbang dengan menyipitkan kedua matanya karena silau cahaya mentari.

Tersirat lengkungan tipis di bibirnya kala melihat Nara berjalan seorang diri dengan muka malas, khas Nara sekali. Beberapa detik kemudian, senyuman itu memudar berganti dengan raut ketegangan sebab dari arah berlawanan mobil Kijang putih melaju dengan kencangnya ke arah Nara yang baru 2 langkah menyeberang. Sontak saja, tanpa pikir panjang Fishah berlari menyelamatkan Nara tanpa peduli keselamatannya.

Fishah mendorong tubuh Nara kencang hingga Nara jatuh tersungkur di pinggir jalan. "NARA AWAAASSS!!"

BRAAAKKK!!

Dalam hitungan detik, keadaan berubah riuh. Banyak pedagang kaki lima dan pelajar SMA Garuda yang berteriak heboh menyaksikan insiden kecelakaan secara live. Ralat, lebih tepatnya insiden tabrak lari. Mobil Kijang putih itu melarikan diri.

Nara meringis merasakan perih di sikunya dan panas di kedua telapak tangannya karena bergesekan dengan aspal. "Aww.." rintihnya.

"Apaan-apaan?!"

"Kecelakaan!"

"Ya ampun darahnya banyak banget!"

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang