Happy Reading!
^^^-^^^
Gerald menepikan mobilnya di bawah Pohon Mangga. Alih-alih segera keluar mobil, Nara dan Gerald setia duduk manis bak sedang menunggu giliran, namun nyatanya tak satu pun dari mereka yang berkutik. Memandang keindahan taman yang tak terlalu ramai dari dalam mobil. Mungkin karena hari semakin siang dan matahari sedang terik-teriknya jadi tidak begitu ramai.
"Gak turun?"
Nara menoleh ke sebelahnya, menatap sang kekasih menanti jawaban darinya. "Iya.." kata Nara membuka seltbet-nya.
"Aku bisa bantu cari tempat hiburan yang lain..kalo kamu belum siap," tawar Gerald.
Nara tersenyum, "No problem."
"Oke," kata Gerald lalu mereka keluar mobil bersama-sama.
Nara dan Gerald berjalan masuk ke taman lebih dalam. Taman itu tak berubah masih sama seperti dulu. Jungkat-jungkit dan ayunan dari besi masih ada di tempat. Bangku taman pun sama. Hanya warnanya saja yang berubah, nampak lebih usang sebab teroksidasi.
Nara tersenyum tipis. Segenap kerinduan memupuk dalam dada. Memori masa lalu berputar-putar di otaknya.
Nara menunjuk kursi taman di sebelah air mancur. "Gue sama bunda dulu suka duduk di situ. Sebenernya bukan bunda yang suka.. tapi gue nya. Apalagi deket air mancur..main air deh," ujar Nara senyum-senyum bernostalgia.
Gerald bersendekap dada, "Terus kamu pulangnya nangis digendong Tante Raline sambil basah-basahan karena nyebur kolam air mancur."
Nara mendorong bahu Gerald. "Kapaaann?! Gak tuh!"
Gerald tertawa kecil, "Iya aku inget."
"Udah udah udah! Katanya yang manis diinget-inget, barusan lo nginget yang pahit. Gimana sih," gerutu Nara.
Gerald semakin terbahak mendengar ucapan Nara yang tak mau kalah. Terlebih lagi paras Nara yang merah padam—kentara sekali sedang menahan malu.
Gerald menggandeng Nara, "Ayo ke sana."
Nara mengangguk, "Ayo."
Mereka berjalan mendekati bangku taman itu.
Gerald mendekati Nara yang duduk di kursi. "Hati-hati. Nanti pantatnya kepeleset malah nyebur lagi," goda Gerald.
"Anjir! Lo nyebelin banget sih!" kesal Nara mendorong-dorong lengan Gerald menjauh.
Hanya satu yang Nara rasakan kala itu, mendorong Gerald sama seperti mendorong tembok. Keras, tak bergerak dan berat. Cukup membuatnya ngos-ngosan.
Kentang Kentang! Kentang Crispy Tahu Crispy!
Gerald berdiri. "Beli?" tawarnya kepada Nara.
"Iya. Beliin sana," ucap Nara.
Gerald mengambil langkah menjauh, "Tunggu sini.."
"Iya.."
"Awas nyebur!" ujar Gerald menambah volume bicaranya.
"COWOK GUE BACOT BANGET SIIHHHH!" teriak Nara tak kalah keras plus tak tahu malu.
Gerald mengendikkan bahu acuh, berjalan mendekati penjual kentang crispy.
"Kentang 2 kotak," pesan Gerald.
"Iya. Saya goreng sebentar ya?" kata penjual mulai beraktivitas. Gerald mengangguk.
Sesekali Gerald curi-curi pandang kepada Nara di seberang sana. Cewek itu terlihat murung. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Nara? Nara masih bungkam, bercerita saja enggan, mana bisa Gerald membantu Nara? Sejak ia melihat sendiri pertengkaran Nara dengan Mr. Reyhan, Gerald menyadari ketidak beresan yang amat besar di dalamnya. Apa perihal kepindahan Nara ada kaitannya dengan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinnara (COMPLETED)
Teen FictionHighest Rank #1 Manu Martin *** Vinnara Renova siswi kelas X SMA Garuda. Cewek penyandang gelar 'junior kurang ajar'. Ia semakin terkenal ketika rahasia yang ia tutupi selama ini terbongkar. Tak ayal, h...