49. Terancam

4.8K 211 23
                                    

Happy Reading!

^^^-^^^

Ricco melangkahkan kaki jenjangnya menyusuri koridor arah ke toilet pria. Dalam cara jalannya yang santai, terselip nada kekhawatiran yang kuat. 2 tahun bersahabat dengan Rafan dan Gerald tentu ia mengenal bagaimana watak keduanya.

Ia hanya takut Rafan kehilangan kendali dan menyerang Gerald. Mengingat Rafan mudah terpancing emosi. Kalau kata Ricco sih, gak bisa woles kayak gue. Eitss! Ini bukan waktunya memuji diri sendiri, Ricco.

Masalahnya ini kejadian serupa dengan kejadian tempo lalu. Sama-sama terbongkarnya rahasia Gerald. Ia akui, ia juga sempat kecewa pada Gerald karena Gerald menyembunyikan masalah seberat ini darinya dan Rafan. Jika bukan Mr. Johan yang cerita waktu itu saat menjenguk Ny. Andini mungkin keduanya tidak akan tahu masalah ini. Mereka sahabat, benar-benar dekat, tapi mengapa Gerald bertingkah seperti itu? Seolah-olah Gerald takut orang luar mengetahuinya. Hello! Kita ini friend, Brother! Sebatas itukah Gerald mempercayainya sebagai kawan?

Namun sekali lagi Ricco berpikir matang-matang. Ia tidak bisa bersikap grusah-grusuh dan asal tinju. Sebisa mungkin ia tahan. Ia ingat hutang budinya pada Gerald atas kejadian setahun yang lalu. Dimana Gerald membantunya membayar uang SPP di kelas X.

Ayah Ricco meninggal saat Ricco kelas IX SMP. Jadilah yang mengelola perusahaan Ny. Mel, ibu Ricco. Perusahaan tentu tak sepenuhnya berjalan mulus, pasti ada jatuhnya. Keuangan keluarga Ricco menurun drastis. Ricco tidak bisa membayar SPP selama 5 bulan. Namun dengan beraninya, Gerald meminjamkan uang tabungannya kepada Ricco. Padahal mereka belum sangat dekat, sekadar teman wira-wiri dan teman sekelas.

"Nih. Ambil aja duit gue. Buat bayar SPP. Gue gak bakal nagih-nagih, kalo duit lo banyak bolehlah ganti duit gue."

Dan sekarang, ekonomi keluarga Ricco naik kembali. Ricco membayar hutang tersebut sedikit demi sedikit hingga lunas. Tetapi, lunasnya hutang itu bukan berarti sudah impas. Kebaikan Gerald masih membekas hingga kini, jika Gerald tidak membantunya, mungkin Ricco sudah di drop out dari SMA Garuda.

Sesampainya di depan toilet pria. Ricco berlari cepat mendatangi Gerald yang terduduk penuh luka tonjokan di wajah tampannya. Sial! Yang ia khawatirkan terjadi!

"Ya Allah Ral! Ral! Kok bisa kayak gini? Ya Allaaahh.." Ricco membantu Gerald berdiri.

Gerald tersenyum samar. "Gak pa-pa Gue ke toilet... bersihin darah."

Ricco memapah Gerald seraya terus berdecak. "Ral-Ral. Ckck. Gue tahu, pasti Rafan yang bikin lo bonyok-bonyok begini."

Gerald mengangguk. "Rafan baik kok sama.. gue.. lo ju-ga.."

Ricco menatap kesal Gerald, mendudukkan cowok itu di kursi pinggir toilet. "Edan! Baik gundulmu! Liat tuh muka kayak tempe penyet bu kantin!"

"Bentar gue basahin sapu tangan dulu." Ricco masuk ke toilet. Lalu keluar memegang sapu tangan basah.

Ricco menundukkan tubuhnya di depan Gerald, menyeka darah di pelipis Gerald. "Lo yang bersihin apa gue?"

Gerald memegang sapu tangan Ricco. "Gue."

Ricco berdiri tegap. "Baguslah! Kalo gue yang bersihin jadinya malah romantis."

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang