Kling
Suara gemerincing lonceng cafe menandakan kedatangan pengunjung baru, pengunjung pria berstelkan tuxedo hitam itu memasuki sebuah cafe sembari membawa sebuah sapu tangan putih ditangannya.
Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe, bibirnya mengulas senyum simpul saat melihat target yang menjadi tujuannya ia datang kemari. Ia menyelipkan sebelah tangannya ke dalam saku celana, memastikan bahwa barang berharga yang ia bawa baik-baik saja didalam sana.
"permisi, apakah sapu tangan ini milik anda?" ia menyodorkan sebuah sapu tangan itu pada wanita paruh baya yang tengah menikmati segelas americano dimeja bernomorkan 5 tersebut.
"bukan, itu bukan milikku"
"ohh benarkah? Saya kira sarung tangan ini punya anda" ia berucap sembari sebelah tangannya masuk ke kolong meja, menempelkan sebuah alat penyadap suara berbentuk bintang dibawah meja. Tindakan yang cepat, bahkan wanita paruh baya itu tak melihatnya.
"tidak, aku tidak pernah punya sapu tangan seperti itu"
"baiklah, maaf jika saya sudah menggangu waktu santai anda" pria itu membungkukkan sedikit badannya, kemudian berbalik dengan senyum simpul yang lagi-lagi terlukis dibibirnya.
Iapun kemudian mengambil tempat duduk, tak jauh dari tempat wanita paruh baya itu berada.
"hhh orang aneh" rutuk Haneul, sembari memandang punggung pria ber-tuxedo itu menjauh darinya dengan tatapan sengit.
Ia menghembuskan nafas berat, sebelum akhirnya kembali menyeruput segelas americano kesukaannya "kemana anak itu? Mengapa ia tak kunjung datang juga" rutuknya kesal
Kling
Lonceng cafe kembali berbunyi, dan masuklah Sohye. yap kedua pasangan bibi dan keponakan itu memutuskan untuk kembali bertemu, apalagi kalau bukan untuk membahas kejahatan yang akan mereka lakukan.
"bagaimana hasilnya?" tanya Sohye langsung, setelah mendaratkan pantatnya pada kursi cafe.
"sepertinya Tuhan telah berpihak pada kita" ucap Haneul
"maksudmu?" Sohye memicingkan mata dan mengerutkan keningnya.
Wanita paruh baya itu mengangkat sebelah ujung bibirnya" sumsum tulangku dinyatakan cocok, dengan sumsum tulang putrimu. Dan aku telah mendesak dokter itu agar sesegera mungkin melakukan operasi"
Ke-2 mata hazel Sohye melebar " benarkah? Kau tak berbohong kan?"
Haneul segera mengeluarkan sebuah amplop berisikan hasil tes Biopsi yang telah ia jalani, lalu ia sodorkan kearah Sohye.
Buru-buru wanita itu mengambil, lantas membukanya."hah...hahahha, ternyata menyingkirkan wanita sialan itu akan semudah ini jalannya. Tuhan benar-benar berpihak pada kita" ia tertawa dengan puas.
"jadi, mana uang yang kau janjikan itu?" tanya Haneul tanpa basa-basi.
Sohye menghentikan tawanya, kemudian ia beralih mengambil sebuah amplop dari dalam tas nya. "ini, ini baru setengahnya... Setengahnya lagi akan aku berikan jika wanita sialan itu. Sudah mendekam dipenjara".Haneul segera mengambil segepok uang dalam amplop tersebut, kemudian mengeceknya, lantas ia juga tersenyum puas.
"ekhmm, baiklah kalau begitu... kita sudahi pertemuan kita. Pastikan kesehatanmu tetap sehat agar operasi berjalan lancar."
"arraseo" ucap Haneul singkat
Tanpa basa-basi lagi Sohye segera melangkah pergi meninggalkan Haneul yang masih menghitung uang pemberiannya itu.
"hhh... Tak sia-sia aku mempunyai keponakan seperti dia" ia mencium amplop berisikan uang tersebut. Kemudian juga beralih pergi meninggalkan cafe tersebut.
Tanpa mereka sadari jika pembicaraan mereka telah disadap."tuan, saya membawa berita mengejutkan kali ini"
............
Di ruang kantor, Jungkook tengah memijit pelipisnya yang terasa pening. Sudah hampir 5 hari belakangan ini ia dihadapkan dengan permasalahan perusahaan yang membuat saham perusahaan menurun.
Membagi dua penyelesaian antara permasalahan keluarga dan perusahaan memang benar-benar sulit. Jungkook dibuat kewalahan menghadapi permasalahan yang terus menerus berdatangan tanpa henti.
Apalagi pikirannya saat ini, hanya terfokuskan pada keadaan putrinya yang semakin hari kondisinya semakin menurun. Akibat kanker darahnya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuatnya terkejut
"hhhh... Masuklah"
Pintupun terbuka, dan menampilkan Sora, sekretarisnya sembari membawa selembar dokumen di tangannya. Jungkook mulai was-was, takut takut jika itu bencana besar lagi yang akan ia dapatkan.
"tuan, saya kemari ingin memberikan surat pemutusan kontrak dari tuan Mark beliau memutuskan kontrak proyek pembangunan secara sepihak, dan mencabut semua investasi yang telah ditanamkan diperusahaan ini"
Deg
Jungkook dibuat shock. "aa...apa?" ia benar-benar kehabisan kata-kata. Bagaimana tidak, kehilangan tender yang ia andalkan untuk kemajuan perusahaan. Apalagi proyek yang tengah dikerjakan dengan perusahaan asing tersebut telah berlangsung setengah jalan. Padahal Jungkook telah berharap agar perusahaannya bisa berkembang lebih pesat lagi pada tuan Mark. Namun sekarang, bagaimana caranya ia menutupi semua kerugian yang membuat image perusahaannya menurun. Dan bagaimana caranya ia merebut kembali kepercayaan para Direksi?
Pikirannya semakin kacau.
"siapkan rapat...." ucap Jungkook
Drrttt....
Ucapan Jungkook terhenti saat mendapati teleponnya berdering, tertera nama Sohye didalam layarnya.
Tanpa basa-basi lagi ia segera mengangkat teleponnya."hallo..."
"benarkah?"
"hah... Baik-baik aku akan kesana sekarang"
Jungkook segera berdiri dari duduknya " maaf, aturlah rapat untuk 2 hari kedepan. Aku harus pergi kerumah sakit sekarang"
........
Segelas cappucino dan segelas americano tersaji diatas meja. Di depan mereka masing-masing duduklah dua wanita yang saling bertolak belakang.
Belum ada yang memulai pembicaraan diantara mereka, semuanya sibuk pada pemikiran masing-masing. Bagaimana akan memulai topik pembicaraan.
"ekmm Hana-ssi, sebelumnya... Maaf atas tindakaku padamu. Sekarang aku telah menyadarinya. Maaf, maukah kau memaafkanku?"
Susah payah Hana menelan ludahnya, ia masih tak percaya akan saat ini. Seorang Choi Sohye, orang yang paling membencinya. Sekarang malah mengajaknya bertemu dan meminta maaf padanya. Apakah Sohye benar-benar berubah secepat itu?
Hana tersenyum simpul
"mungkin kejahatanmu dimasa lalu tak termaafkan. Namun, aku mencoba untuk memahaminya apalagi dikeadaan saat ini"
Sohye mengakat sebelah ujung bibirnya" ya, kau memang benar bahkan aku sempat berfikir. Mengapa kau dan aku terus terlibat dalam masalah cinta yang rumit ini. Tapi percayalah bahwa aku telah menyesali seluruh perbuatanku dulu"
"baiklah, katakan saja apa maumu Choi Sohye"
"aku? Aku mau kita.... Berbaikan"
To be continue
Hai akhirnya comeback juga, mianhe baru sedikit tapi aku harap semoga masih bisa bikin greget. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [2]
Fanfiction18| Penyesalan itu, melekat didiriku bagaikan bekas luka. Cover by : hana31543 ©hana31543 [30.07.2017]