Where falling apart, still we hold together
.....
Jungkook mengelus telapak tangan anaknya dengan lembut
Seperti tertohok sesuatu, setelah mendengarkan pertanyaan sang anak yang membuat hatinya berdebar tak karuan."kenapa kau menanyakan hal itu sayang?" tanya Jungkook
"karna, Ara bermimpi... Ara mempunyai sayap, sayap seperti tinkerbell. Dan sayap itu membawa Ara pergi ke Rumah Tuhan appa. Appa? Apakah dirumah Tuhan Ara bisa bertemu dengan haraboji?"
Lagi, jantungnya dibuat berdebar tak karuan, tidak... Ia tak akan membiarkan anaknya pergi secepat itu.
"sayang... Apakah kau menyayangi appa?" tanya Jungkook, pandangannya mulai mengabur karna mulai tertutup oleh liquid bening yang hendak keluar dari matanya.
Gadis kecil itu terkejut saat menatap mata sang ayah "appa... Mengapa appa menangis? Tentu saja Ara menyayangi appa, dan juga eomma"
Tangan mungilnya telulur menghapus liquid bening sang ayah yang kini telah keluar tak sanggup untuk bertahan dari sarangnya. Batin Jungkook semakin terkoyak, perasaan haru, sedih dan marah bercampur menjadi satu. Anak semata wayangnya, anak yang tak tahu apa-apa. Harus menanggung dosa atas segala hasil tindakannya.
Hanya Ara lah, satu satunya yang mampu menjadi obat penawar disaat ia lelah, obat dari segala obat untuk semua rasa menjalani beban hidup sebagai orang tua. Benar apa kata Jimin, mengecewakannya sama dengan membunuhnya.
"appa~~mianhae"
Seketika Jungkook tersentak, tersadar dari lamunannya. "tidak nak, kau tidak bersalah, appa mu ini yang bersalah nak... maafkan appa... Maafkan appamu ini nak"
Seketika Jungkook bangkit dan lantas merengkuh tubuh anaknya kedalam pelukannya, dengan derai air mata ia menangis, kelemahan nya tak mampu lagi ia sembunyikan didepan anaknya. Ia rapuh benar benar rapuh saat ini.
"Tuhan tolong, jangan ambil anakku" Jjk
......
Tok.
Tok
Tok
Suara ketukan pintu mengisi kesunyian rumah bernuansakan keabuan tersebut.
"cepat buka pintunya" suara lantangnya menyeruakan seseorang didalam sana untuk segera membukakan pintu untuknya.
Cklek
Tanpa menunggu terlalu lama. Akhirnya pintu itu pun terbuka
"omona~" seseorang yang berasal dari dalam rumah terkejut dibuatnya
"keponakanku... Apa yang terjadi denganmu?" wanita paruh baya itu menatap sekujur tubuh seseorang didepannya itu dari atas kebawah dengan pandangan melongo.
"cepat, datanglah kerumah sakit dan cek lah sumsum tulangmu!! Aku tak ingin menunggu lagi" Sohye, datang dengan sikap tak sopan dan langsung saja menyelonong masuk kedalam dan langsung duduk disofa tunggal berwarnakan putih gading tersebut.
Membuat sang pemilik rumah mengumpat kesal dalam hati, sabar dan diam hanya itulah yang mampu bisa ia lakukan saat ini, walau sejujurnya tangannya sudah gatal, ia ingin sekali menampar pipi keponakannya tersebut.
Ia duduk dengan santai seolah dialah tuan rumahnya disini." jika kau ingin mendapatkan uangmu. Cepat lakukan tugasmu"
"baiklah kalau begitu keponakanku, ta..pi sejujurnya apa yang terjadi denganmu. Kenapa ka.."
"diam! Cepat kerjakan tugasmu jangan banyak bertanya apapun tentangku. " bentak Sohye
Ke-2 tangannya mengepal, menahan amarah akibat sikap keponakannya tersebut. "andai saja aku tak terikat dengan perjajian dengannya. Aku sudah membunuhnya kemarin" umpat wanita paruh baya itu dalam hati.
"hhhhh....baiklah aku akan kerumah sakit sekarang" ia melangkahkan kaki berbalik, namun...
"tunggu! " wanita paruh baya itu berbalik lagi
"temuilah wanita itu, mintalah dia untuk menjadi doktermu "
"tanpa kau perintah aku sudah tau keponakanku." ia tersenyum palsu
"baguslah kalau begitu, apa kau punya makanan?"
"cek lah di meja makan. Aku sudah memasak beberapa makanan."
Sohye pun bangkit kemudian mulai melenggang kearah ruang makan
"jika aku tau dia akan datang. Akan ku taburi saja makanan itu dengan racun tikus" umpatnya lagi, dalam hati.
.......
Kaki jenjangnya membawanya masuk kedalam ruang kerjanya beberapa bagian dari bajunya terlihat sedikit basah akan air hujan yang
Sekarang membasahi kota Busan.Seketika ia teringat akan sesuatu. "ahh hasil tes biopsi ku" ia menepuk jidatnya sendiri.
Ia pun menaruh tasnya, dan kemudian berjalan ke luar dari ruangan kerjanya ke ruang biopsi. Ia sangat penasaran dengan hasilnya.
......
Sesampainya diruang biopsi, ia berhenti sejenak, sebelum tangaannya menyentuh gagang pintu tersebut. Jantungnya kembali berdebar, perasaan itu datang lagi.
Ya, tempat ini...
Tempat terakhir dimana ia bersama Yoongi kemarin malam. Seketika ia merasa berat, barang untuk membuka pintu tersebut. Sekelebat memory akan kebersamaannya bersama Yoongi muncul. Membuat ia reflek memejamkan mata sembari menggelengkan kepala. Jantungnya berdebar abnormal, ia tak tau apakah ia akan bisa kuat jika ia masuk kedalam, dan melihat bayangan akan apa yang ia dan Yoongi lakukan didalam. Kebersamaan terakhir mereka, mengingat itu saja sudah membuat hatinya sakit."aku harus masuk kedalam, hasil tes biopsiku ada didalam sana" ucapnya
Ia menarik nafas dalam-dalam, kemudian membuangnya secara perlahan. Setelah dirasa hatinya sudah tenang, iapun tanpa berat hati lagi menggenggam gagang pintu itu, dan kemudian membukanya.
Cklekkk
Pintu pun terbuka, mata hazelnya menelisik setiap ruangan tersebut, atmosfir kebersamaan ia bersama Yoongi masih bisa ia rasakan, kentara menyelimuti seantero ruangan. sebelah tangannya terangkat menempel kedada ia kembali menarik nafas dalam-dalam, dan mengeluarkannya secara perlahan.
Setelah dirasa cukup, ia pun lantas kembali mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru, mencari sample darahnya yang belum di cek.
"hhh...itu dia" senyum nya mengembang saat menemukan sebuah botol berisikan cairan merah, dan sudah bisa ditebak bahwa itu adalah sample darahnya. Ia pun lantas berjalan kearah meja dimana botol itu berada.
"semoga saja, sumsum tulangku cocok dengan anak itu" doanya dalam hati. Iapun lantas bergegas mengeceknya dengan sample darah Ara.
.........
Teg
Teg
Teg
Suara ketukan sendok dimangkuk mengisi kesunyian rumah bernuansakan abu-abu. Choi Sohye, hanya mengaduk ngaduk bubur buatan sang bibi dengan tidak bersemangat. Pikirannya dikacaukan akan semua hal yang telah terjadi padanya.
"bagaiamana bisa, si brengsek itu bisa menemukanku.. Hhhh" ia mengacak surai rambutnya. Penampilannya benar benar seperti orang yang mengalami stres berat.
"bagaimana jika si brengsek itu, memberikan video itu pada Jungkook? Tidak... Aku harus segera kerumah sakit sekarang juga, sebelum si brengsek itu menemukan Jungkook"
Ia pun kemudian bangkit dari duduknya, dan melenggang pergi meninggalkan kediaman sang bibi begitu saja.
"tuan, sepertinya dia ingin pergi menemui suaminya"
"bagus, ikuti dia "
..........
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [2]
Fanfiction18| Penyesalan itu, melekat didiriku bagaikan bekas luka. Cover by : hana31543 ©hana31543 [30.07.2017]