Pertemuan kita bagaikan rumus matematika, begitu sulit tapi aku tak akan menyerah untuk bisa bertemu denganmu lagi.
.....
Sudah 7 hari gadis kecil bersurai hitam pasangan Jungkook dan Sohye itu dirawat dirumah sakit. Dan saat ini, adalah waktu kemoterapi ke-2 nya.
Telapak tangan kecil itu menggengam erat telapak tangan Jungkook, ia meronta dan menangis tak ingin dibawa ke tempat kemoterapi.
"appa~~Ara tak mau kesana hikss..hikss jebal" tangis Ara tak terhenti sembari memohon pada Jungkook
Jungkook hanya bisa menahan sesak didadanya, melihat keadaan putrinya saat ini, bahkan rambutnya pun sudah mulai rontok karna efek dari kemoterapi. Cairan bening pun keluar dari matanya, orang tua mana yang tega melihat anaknya ketakutan dan kesakitan seperti itu. Jika saja penyakit itu bisa pindah di dirinya, ia lebih memilih biar dia saja yang merasakan sakit itu demi buah hatinya.
Ara terus menangis sembari menggenggam tangan Jungkook
"appa..hiks hikss panas hikss hikss" efek kemoterapi yang panas membakar membuatnya takut dibawa keruangan ini lagi, namun harus bagaimana lagi? Cara inilah yang harus dilakukan untuk menghambat penyebaran sel kanker dalam tubuhnya. Ia harus menjalani kemoterapi ini sampai adanya pendonor sumsum tulang yang cocok untuknya.
Jungkook dan Sohye telah mengecek sumsum tulang mereka, namun hasilnya, sumsum tulang mereka tak cocok dengan anak mereka. Aneh, tapi memang begitulah kenyatannya.
"sabar sayang... Ini hanya sebentar biar kau bisa sembuh" ucap Jungkook menenangkan anaknya, namun usaha itu sia sia saja, karna gadis kecil itu terus menangis. Apalagi sekarang eommanya tak berada disini ia membutuhkan eommanya.
"hiks..hikss appah..eomma??"
Jungkook baru ingat, jika diruangan ini istrinya tak ikut mengantar putri mereka ke ruang kemoterapi ini.
Lantas ia meraih ponsel disakunya, kemudian mencari nomor sang istri dan menelfonnya.
Namun sayang, yang ia terima adalah suara dari operator yang memberitahu bahwa nomor tersebut sedang sibuk.
"ahh~~" Jungkook mendesah marah, disaat seperti ini kenapa wanita itu pergi. Dan bahkan ia tak memberi tahu kemana perginya, Jungkook marah saat ini.
"sayang, bertahanlah.." ucap Jungkook sembari mengecup kening putrinya yang lambat laun mulai reda tangisannya karna efek kemoterapi yang membuatnya perlahan tertidur.
......
Dari balik pintu, seseorang berdiri didepannya, matanya menatap sendu dari balik kaca yang terpasang ditengah pintu sejajar dengan wajahnya. Tiba-tiba tanpa sadar air mata turun tanpa ia perintah, saat mata itu menyaksikan bagaimana gadis kecil yang bahkan bukan siapa-siapanya itu, meronta dan menangis didalam sana.
Dan entah mengapa ia juga bisa merasakan kesakitan yang tengah dirasakan gadis kecil itu didalam sana. Membuatnya tak tega dan menaruh rasa kasihan pada gadis kecil itu. Seketika ia buru-buru menghapus air mata tak berdosa itu dengan kasar kemudian segera pergi dari sana saat gadis kecil itu hendak dibawa keluar, dan kembali keruang rawat inapnya.
Ia bersembunyi dari balik tembok yang tak jauh dari ruang kemoterapi itu. Bisa ia lihat sosok laki-laki yang berstatus sebagai mantan suaminya itu sendirian menemani buah hatinya didalam ruang kemoterapi itu.
Satu pertanyaan pun muncul dari benaknya, kemana perginya wanita itu? Mengapa ia tak menemani buah hatinya saat kemoterapi?.....
Seseorang dengan balutan dress selutut berwanakan hijau toska tanpa lengan itu, tengah duduk disalah satu bangku cafe. Tak perlu lama menunggu akhirnya orang yang mengajaknya bertemu secara mendadak itu datang dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [2]
Fanfiction18| Penyesalan itu, melekat didiriku bagaikan bekas luka. Cover by : hana31543 ©hana31543 [30.07.2017]