Flashback on
Sore itu, hujan turun dengan lebatnya diiringi kilatan petir yang menyambar menyayat hati siapapun orang yang mendengar. Sore itu, sore dimana tubuhnya diseret dan diikat secara paksa oleh orang tuanya sendiri. Dan menjadi sore terakhir, dimana ia bertemu dengan sang kekasih.
"Lepas! Lepaskan aku appa~" rontanya memohon namun tak diindahkan oleh sosok yang kini tengah mengikat ke-dua tangannya kuat dengan tali tambang.
Kekejaman seperti ini memang masih ada, bahkan bisa dilakukan oleh orang terdekat. kendati diluar sana banyak sekali orang yang menyuarakan untuk menegakkan keadilan dan kebebasan. Terlebih untuk melindungi kaum perempuan seperti Sohye. Namun apa daya? Tubuhnya bahkan terlalu rapuh untuk melawan.
Yang Sohye inginkan hanyalah 1 :
kebebasan
Bukan pasrah menerima keinginan kedua orang tuanya yang mungkin bisa dianggap : gila.
Bagaimana tidak gila? Kedua orang tuanya bahkan tega merelakan Putri semata wayangnya hanya untuk membayar hutang mereka kepada salah satu Bos mafia yang dikenal licik dan kejam.
Namun, kisah Sohye bukan untuk menjadi budak dari si mafia, Sohye hanya diminta menikah dengan si anak Bos yang bahkan masih muda, tampan dan yang pasti kaya raya.
Namun, semua poin sempurna itu tidak bisa menjamin bukan?
Yang namanya mafia, meskipun itu anak dari mafia pasti akan selalu mendapat pandangan buruk di mata masyarakat.
Dan tentang apa yang pernah ia dengar dari ayahnya jika anak dari Bos itu, menyukai Sohye.
Bagaimana bisa kau jatuh cinta hanya dengan melihat bermodal foto secepat itu?
Sekuat apapun ia menangis dan meronta toh takkan terdengar oleh orang. Apalagi takkan ada orang yang membantu karna pada saat ini ia sudah berada didalam mobil. Bersama dengan ibunya yang hanya terdiam dengan pandangan lurus ke jalan mengendarai mobil yang mereka tumpangi.
"Kenapa kalian begitu tega, mengorbankan Putri kalian demi kepentingan kalian sendiri?" ucap Sohye merasa jika semua yang terjadi padanya kini begitu tak adil dan begitu miris.
"Tidak ada jalan lain, maafkan kami" suara berat sang ayah menjawab pertanyaan nya. Jantung Sohye serasa berhenti berdetak dikala itu juga. Ayahnya bahkan berucap datar seolah masalah ini begitu remeh. Padahal ini menyangkut hidup dan masa depan putrinya. Apakah masih pantas jika Sohye menyebut sosok yang selama ini ia anggap sebagai idolanya itu sebagai ayah? Atau sosok yang telah melahirkannya sebagai ibu? bahkan sang ibu terlihat tak peduli, acuh tak acuh dengan apa yang suaminya lakukan pada Putrinya.
Jika ia bisa, ia lebih baik memilih mengakhiri hidupnya daripada menikah dengan orang yang bahkan belum pernah ia temui. Dunia ini benar-benar kejam,
Sekarang abad 21, setiap orang berhak menentukan dan memilih jodoh mereka masing-masing. Kesedihan Sohye semakin bertambah ketika ia tak bisa lagi bersama kekasihnya Min Yoongi.
Drrttt
Suara telfon terdengar, dari dalam saku tuan Choi, tuan Choi segera menjawab panggilan masuk tersebut.
"Yoboseo tuan Kim."
"Ya, kami sedang dalam perjalan bersama Putri kami."
"Ah, baik tuan sebentar lagi kita akan sampai"
BIP
Panggilan berakhir, tuan Choi segera menyuruh istrinya untuk lebih cepat melajukan mobilnya. Karna saat ini, mereka sudah ditunggu oleh sang Bos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [2]
Fanfiction18| Penyesalan itu, melekat didiriku bagaikan bekas luka. Cover by : hana31543 ©hana31543 [30.07.2017]