part 59

823 103 14
                                    


Seorang wanita paruh baya terlihat berdiri didepan sebuah makam. Sebuket bunga dalam genggamannya ia taruh didepan batu nisan . tangan lembutnya terulur mengusap gundukan tanah makam dengan hati yang luka.

Sudah hari ke-7, wanita paruh baya itu masih terlihat belum bisa menerima kenyataan atas kehilangan putra dan cucunya, yang kematiannya bahkan hanya berjarak dalam hitungan jam.

Ia menangis tersedu-sedu sembari mengusap batu nisan putranya. Mencurahkan isi hati dan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

"Kenapa kau tega meninggalkan eomma? Sekarang eomma hidup sebatang kara Jeon Jungkook~~hiks hikss"

Kemudian ia beralih menatap pada gundukan makam disebelahnya. Memandang nisan diatasnya dengan pandangan berlinang air mata.

"Ara sayang~ kenapa kau juga tega meninggalkan halmony sendirian? Kenapa kalian semua tega meninggalkanku sendirian?" pekiknya tak tertahan. Ia menangis, dan meratap didepan makam anak dan cucunya.

Kehilangan orang yang disayang secara bersamaan memang sangatlah sulit untuk diterima. Itulah yang dirasakan nyonya Jeon saat ini.  Sudah seminggu ini dia tak pernah absen untuk  datang kemakam putra dan cucunya.

Begitulah nyonya Jeon, setelah ditinggal pergi putra dan cucunya, kehidupannya hancur, seperti tak ada harapan lagi untuknya melanjutkan hidup. Hari-hari ia lalui dengan kehampaan. Dan hari-harinya ia isi dengan tangisan dikala ia tak kuasa untuk melupakan.

"Siapapun orangnya, eomma tak akan memaafkan orang yang telah membunuh Ara dan dirimu Jung" nada bicara nyonya Jeon terdengar tegas, terbersit juga amarah didalamnya

Sebelah tangannya terkepal kuat, nyonya Jeon tak akan pernah menyerah, untuk mengungkap detail kasus pembunuhan putra semata wayangnya. Termasuk juga kasus kematian atas cucunya, Ia akan terus berjuang untuk mencari keadilan sampai pada akarnya.

Kurang lebih 15 menit nyonya Jeon berada disana, mencurahkan segala keluh kesah hatinya pada batu nisan yang tak bernyawa.

"Baiklah, sudah cukup kunjungan ku hari ini" nyonya Jeon bangkit dari posisinya setelah mencium nisan putra dan cucunya.

......

Sebuah mobil BMW berwarna hitam berhenti tepat didepan gerbang sebuah rumah megah. Seorang wanita paruh baya turun dari dalam mobil tersebut.

Terlihat busana yang ia kenakan cukup modis dengan tambahan aksesoris ternama dunia menjadi pelengkap fasionnya. Meski umurnya tak lagi muda, tetapi gaya berpakaiannya cukup membuatnya terlihat muda dan membuat semua orang yang melihatnya akan langsung menilainya sebagai wanita kaya berkelas tinggi.

Ia tersenyum remeh saat netranya menelisik pagar rumah mewah didepannya. Ada raut wajah kepuasan tersendiri disaat netranya selesai mengamati rumah megah tersebut.

"Sepertinya uang tidak akan menjadi masalah di keluarga ini" gumamnya senang.

Suara mobil berhenti mengalihkan atensinya. Wanita paruh baya tersebut lantas berbalik badan. dirinya tersenyum lebar saat melihat seseorang yang ingin ia temui ternyata sudah ada didepan mata. 

"Siapa kau?"

Merasa dirinya lah yang mendapat pertanyaan itu, dengan rasa percaya diri wanita paruh baya itu menjawabnya

"Aku? Perkenalkan, namaku ; Choi Haneul " dengan bangga wanita paruh baya itu memperkenalkan dirinya.

"Aku tidak mengenalmu, dan aku merasa tidak ada masalah diantara kita. Apa yang membawamu datang ke rumahku?"

Haneul lantas tersenyum tipis " memang..  Anda tidak mengenal saya, saya juga tidak mempunyai masalah dengan anda. Saya datang kesini hanya ingin... Memberi informasi yang mungkin akan membuat Anda terkejut. Nyonya Jeon~"

Sorry [2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang