AWAL

2.7K 76 8
                                    

Aliya berjalan menuju bangkunya sambil menunduk karena mengingat cowok yang menjadi teman sebangkunya alias David adalah orang yang di temuinya pagi tadi.

Setelah tiba Aliya tersenyum kepada David dan hanya di balas dengan wajah datar. Akhirnya Aliya duduk dan mulai mengeluarkan bukunya.

“Pssttt..”Aliya menoleh ke samping ketika ada yang memanggilnya.

Aliya melihat seorang siswi dengan rambut hitam sebahu tersenyum ke arahnya dan Aliya turut tersenyum.

“Hai gue Vallen Angelica panggil aja Vallen. Semoga kita bisa akrab ya. Oh iya nanti pas jam istirahat lo maukan gue ajak keliling sekolah supaya lo tahu gimana sekolah ini. Sekalian gue kenalin ke lo siapa-siapa cowok gantengnya sekolah ini. Hehehe.”

“Iya mau kok. Semoga kita bisa akrab juga. Makasih ya,” Aliya tersenyum dan  mengangguk.

Setelah keadaan kembali normal Bu Ana melanjutkan mata pelajarannya dan Aliya sangat fokus memperhatikan materi biologi yang merupakan mata pelajaran kesukaannya.

Kriiiiinnggggg.......

Setelah 3 jam pelajaran suara bel istirahat berbunyi yang menunjukkan bahwa kenikmatan yang ditunggu-tunggu telah tiba.

Seluruh siswi berbondong-bondong keluar dari kelas untuk pergi ke kantin begitu juga dengan Aliya.

“Akhirnya... Capek banget gue, rasanya otak dan perut perlu dimanjakan dulu terutama mata yang udah nggak tahan pengen liat cogan, hehe.” Vallen berbicara dengan nyaringnya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.

“Aliya yok ke kantin cepetan laper nih ntar keburu rame, terus kalau rame kita nggak kedapatan tempat duduk, terus kalau nggak kedapatan tempat duduk kita nggak bisa makan, terus kalau nggak bisa makan-“ belum selesai Vallen menyelesaikan kata-katanya Aliya sudah memotongnya.

“Katanya suruh cepet malah ngomong panjang lebar. Nanti nggak kedapatan tempat duduk beneran loh.” Ucap Aliya. Vallen kemudian menarik Aliya sambil tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Aliya baru saja sampai di kantin dan benar yang dikatakan Vallen jika kantin sangat rame. Mereka bahkan sampai tidak kedapatan tempat untuk duduk.

“Aliya, Vallen!” Panggil Rian di meja pojok.

Aliya dan Vallen berjalan ke arah meja yang ditempati Rian, Rio dan David.

“Nggak dapet tempat duduk ya? Duduk di sini aja. Tuh masih ada tempat dari pada lo nunggu tempat kosong dan itu bakal lama, keburu bel masuk entar,” sambung Rian.

“Iya kalian di sini aja, kita nggak keberatan kok. Bener kan beb Vallen?” tanya Rio sambil tersenyum manis ke arah Vallen sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Najis,” desis Vallen. Rian tertawa karena balasan Vallen sedangkan David hanya diam sedari tadi tanpa minat membuka suaranya.

Vallen dan Aliya memilih duduk saja karena memang kantin yang sangat penuh tidak memungkinkan mereka untuk mendapatkan tempat yang kosong.

Aliya sangat gugup karena dia duduk dibangku bersebelahan dengan David. Walaupun dikelas dia juga duduk bersebelahan dengan David tapi tetap saja dia gugup.

Sesekali Aliya melirik ke arah David tetapi tetap saja tidak ada pergerakan berarti yang dilakukan David selain memakan bakso yang ada di hadapannya.

Aliya mencoba bersikap tenang dan melanjutkan makanannya. “Tenang Aliya ini Cuma makan bareng bukan mau berantem. Jadi santai, santai kayak dipantai.” Aliya menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.

Sesuai janjinya setelah selesai makan di kantin Vallen mengajak Aliya keliling untuk mengenalkan lingkungan sekolah padanya. Setiap melihat cogan Vallen pun selalu menceritakan tentang biodata yang diketahuinya pada Aliya. Sedangkan Aliya yang baru mengetahuinya hanya menganggukkan kepala tanda bahwa dia mengerti dan terkadang tertawa ketika Vallen menceritakan hal konyol tentang dirinya.

Setelah puas mengelilingi sekolah Aliya dan Vallen berjalan menuju kelas mereka karena sebentar lagi bel masuk.

“Aliya lo ini termasuk siswi beruntung loh,” ucap Vallen sambil memakan coklat di tangannya.

“Beruntung kenapa?  Perasaan aku nggak dapat beasiswa.”

Vallen memutar bola mata ketika mendengar jawaban Aliya. “Ailahh, bukan gitu maksudnya. Maksudnya itu lo beruntung karena bisa sebangku sama David si ketua tim basket sekaligus cowok paling populer di sekolah ini. Banyak loh cewek yang deketin dia tapi yah gitu dikacangin mulu sama si David, curiga deh itu anak cemilannya dirumah kacang mulu.”

Aliya terkekeh mendengar ucapan Vallen. “Apa sih beruntung apanya, ya kan aku duduk sebangku sama dia karena di suruh Bu Ana.”

“Heh lo nggak tahu aja yah, sebelum lo masuk ada juga siswi baru dan dia sekelas sama kita. Lo tahukan Dinda. Nah pertama Dinda itu disuruh duduk sebangku juga sama si David tapi David langsung protes nggak terima kalau dia duduk sebangku dengan Dinda, yah akhirnya guru suruh Dinda duduk ke tempat lain deh karena nggak berani nolak permintaan David. Dan anehnya kenapa pas lo yang duduk sebangku sama dia tumben David nggak protes.”

Aliya mengerutkan keningnya “Kenapa guru yang kamu bilang tadi nggak berani nolak omongan David?” tanya Aliya.

“Oh iya gue lupa yah kasih tahu. David itu anak yang punya sekolah ini jadi ya guru-guru nggak ada yang berani nolak permintaan David. Bahasa halusnya cari aman.”

“Oh jadi David anak pemilik sekolah. Tapi aku liat dia kayak biasa-biasa aja, nggak terkesan pamer atau berbuat sesuka hatinya karena statusnya yang notaben anak pemilik sekolah.”

“Ya itu nilai plus dari David. Walaupun dia anak pemilik sekolah dia nggak sombong. Pacar idaman banget lah. Udang ganteng, pinter, ketua tim basket, tajir, semuanya deh pokoknya. Tapi ya itu ketus banget kalau ngomong. Jarang ngomong tapi sekali ngomong kayak pengen nabok aja bawaannya, pedes banget omongannya.”

“Kamu udah lama temenan sama David?” tanya Aliya.

Vallen menggelengkan kepalanya. “Enggak sih baru dari kelas X aja itupun nggak terlalu akrab karena yang akrap sama David cuma si Rio dan Rian itu, mereka udah sahabatan dari SD setahu gue.”

Aliya menganggukkan kepalanya bertanda mengerti dengan ucapan Vallen setelah itu mereka pun masuk ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

-------------------------------------------------------
Assalamualaikum.
Terimakasih sudah membaca, semoga suka.😊

Salam kenal...

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang