EPILOG

2.5K 51 2
                                    

7 Tahun Kemudian...

Seorang pria dewasa membawa koper yang digenggamnya keluar dari ruang tunggu bandara. Sudah lama rasanya dia meninggalkan negara kelahirannya.

Matanya mengedar mencari dua sosok manusia yang sudah berjanji dari jauh hari ingin menjemput kepulangannya dari negara orang tapi dua sosok itu sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.

Pria itu mengeluarkan ponsel yang tersimpan di saku celana bahannya dan menghubungi seseorang yang dicarinya.

"Lo pada di mana? Gue udah di bandara."

'Sabar bro. Kita masih di jalan. Biasalah hari kerja pasti jalanan macet.'

"Buruan. Gue capek, malas kelamaan nunggu."

'Sabar elah. Udah deket ini.'

"Gue tunggu. Jangan pake lama."

Setelah mengucapkan kalimat terakhir itu sambungan telpon diputus sepihak oleh penelpon.

Sekitar 10 menit menunggu akhirnya sosok yang ditunggu datang juga.

"OY MAS BROO!!" Sosok itu dengan tidak tahu malunya berteriak sambil melambaikan tangan sehingga semua orang yang awalnya sibuk berlalu lalang di sekitar bandara memusatkan perhatian pada si peneriak.

'Salah apa gue Ya Tuhan. Kok sahabat gue pada nggak ingat umur,' batin pria itu meringis melihat kelakuan sahabatnya.

Sedangkan sosok satunya berlari kearahnya dan jangan lupakan dia juga berteriak seperti sahabatnya yang lain, namun kali ini lebih menggelikan.

"MAS. DEDEK KANGEN SAMA MAS!!"

'Malu gue!' yang diteriaki hanya membatin dan sekali menunduk meminta maaf kepada orang di sekitarnya.

"Ingat umur napa? Udah kepala dua juga," dua orang yang dikatai hanya tersenyum lebar seakan tidak tahu letak kesalahannya di mana.

"Akhirnya lo pulang juga, Vid. Lo curang banget musim libur nggak pernah balik ke Indo," orang yang ditanya a.k.a David hanya mengangkat bahu acuh.

"Males pulang balik. Mending tunggu sampe selesai semua baru deh pulang tanpa beban."

Dua sosok di depannya hanya ngangguk saja, sudah tahukan siapa? Siapa lagi kalau bukan Duo R yang selalu bersama tak terpisah.

"Berarti nanti lo langsung lanjutin perusahaan bokap lo dong?" tanya Rio.

"Nggak langsung sih. Cuman bantu-bantu aja dulu. Kalau udah siap baru ngambil alih."

"Jangan kelamaan, bokap lo seharusnya udah nikmatin hari-harinya jadi pengangguran terhormat. Yah anaknya udah gede kan. Pinter lagi," kini Rian yang angkat bicara. Tumben bijak.

"Udah ah. Gue capek pengen istirahat. Bawain koper gue dan tas gue sekalian," David langsung nyelonong pergi meninggalkan barang bawaannya kepada kedua sahabatnya.

"Kok kita serasa asisten dia ya?" tanya Rian masih memproses. Sedangkan Rio masih melongo sambil melihat punggung David dan juga koper ditangannya.

"Asem bener tuh bocah. Untung sahabat. Kalau nggak udah gue lelepin ke kolam lele," ucap Rio.

Dengan pasrah Duo R membawa barang bawaan David sedangkan si empu udah nggak kelihatan.

*****

Sekarang ketiga sahabat itu sedang berada di mobil. Tujuannya yaitu rumah David.

"Vid, lo gak lupa kan bawain kita oleh-oleh?" Rian yang sedang mengemudi melirik David melalui kaca yang berada di atasnya.

"Udah tuh dikoper."

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang