David keluar kelas dan ingin ke rooftop tempat yang biasa dia datangi saat sedang jenuh. Sepanjang melewati koridor banyak siswi-siswi yang menyapanya bahkan meneriakinya seakan David adalah pria satu-satunya yang tersisa di bumi ini, tapi bukan David namanya jika tidak mengacuhkannya.
Teriakan yang di dominasi oleh para siswi semakin mengganggu indra pendengaran David. Berulang kali David menghembuskan napas jengah karena teriakan yang di dengarnya sangatlah tidak berfaedah.
David heran apakah siswi-siswi itu tidak kehabisan suara setiap hari berteriak. Ah bukan setiap hari bahkan setiap saat ketika mereka melihat David dimana pun itu.
“Menyebalkan” desis David.
“Aaaaa, Davidcuu ganteng banget deh.”
“Ya Allah nggak kuat dedek bang. Halallin dedek bang.”
“Daviddd, Gantengnya pacarku dah.”
“Eh enak aja lo, David itu pacar gua.”
“Eh cabe, David itu punya gue!’’
“Ih lo apaan sih. Ngaca dong!”
Ya kurang lebih seperti itulah teriakan dari fangirls David yang berada di sekolah. David yang mendengar semua teriakan yang memujanya itu bukan merasa bangga tapi malah merasa risih.
David berjalan dengan menghiraukan segala kicauan yang didengarnya. David mengeluarkan ponsel dan menyambung kan ke earphone lalu memakainya dengan volume yang lumayan keras untuk meredam teriakan-teriakan dari siswi sepanjang dia melewati koridor.
David sampai pada koridor ujung dan membuka pintu yang terhubung dengan rooftop. David menaiki satu persatu anak tangga.
Rooftop merupakan daerah kekuasaan David dan kedua sahabatnya sehingga seluruh murid tidak berani untuk mendekat ke arah rooftop tersebut.
Selain itu pintu yang menghubungkan ke arah rooftop selalu dikunci. Dan kuncinya hanya di pegang oleh David dan kawan-kawan.
David membuka pintu rooftop dan seketika angin berhembus menerpa wajah dan menggoyangkan rambutnya.
Rooftop merupakan obat dari kejenuhannya selain memainkan gitar. Baginya angin yang berhembus adalah melodi penenang untuk kejenuhan hatinya.
David menarik napas dalam-dalam, menghirup udara yang sangat segar. David melangkahkan kakinya ketempat yang biasa dia tempati saat berada di rooftop.
Setelah sampai di rooftop David membaringkan badannya di kursi yang berada di sana dan melihat langit yang berada di atasnya.
David sangat suka memandang langit dan karena langit juga dia teringat akan seseorang. Seseorang dari masa lalunya yang sangat disayanginya atau bisa dibilang cinta pertamanya.
Walaupun dulu mereka masih sangat kecil tapi perasaan yang dirasakannya bukan lah hanya perasaan yang sementara. Bahkan rasa itu semakin tumbuh bersamaan dengan bertumbuhnya dia.
“Cinta bisa datang kapan saja. Bahkan disaat kau belum memikirkannya cinta itu telah terlebih dahulu tumbuh dihatimu.’’
“Udah gue duga dah lo pasti nangkring dimari.” Suara dari arah belakang.
“Apaan dah Yo. Lo kira David burung apa. Masa bahasanya nangkring. Kagak ada bahasa yang lebih baek apa. Kayak ngeram kek.”
“Eh dodol. Lo lebih parah kali, emang David ayam betina apa. Ye si gobvlok emang.”
David tidak menghiraukan perdebatan sahabat duo absurdnya itu, karena jika dia ikut campur maka mereka malah tambah ribut. Dia heran kenapa dia bisa bersahabat dengan Rio dan Rian, si duo absurd, somplak, goblok, oon dan sebangsanya.
“Heh.. Takdir gue gini amat yah. Tapi gue bersyukur sih punya sahabat macam mereka.”Batin David.
“Sahabat yang terlihat bodoh memang terkadang membuatmu kesal. Tapi percayalah ketika kamu dalam masalah maka mereka akan menjadi orang pertama yang membantumu keluar dari masalah itu.”
Rio menghampiri David dan menepuk kepalanya pelan “Oy bang. Napa lo galo ye. Alah jaman gini masih galo-galoan. Kek cewek putus cinta ae lo.”
“Diem lo.” Ketus David.
“Ih kok mas David gitu sih. Kan dedek kitati.” Balas Rio sambil mengerucutkan bibirnya.
“Sekali lagi lo ribut gue dorong lo dari atas sini.”
“Hahaha. Mampus loh. Numpang ngakak gue. Lagian lo berani banget bangunin macan tidur. Terus macannya kek lagi PMS lagi. Hahaha.” Rian mengetawai Rio yang di tabok kepalanya oleh David. Lagian si Rio cari mati emang.
“Ih kok nggak ada yang belain aku sih. Bang Iyan kok gitu. Dedek jadi sedih tau. Ntar malam pokoknya dedek nggak bukain pintu rumah.” Ucap Rio sambil melakukan gerakan mengusap air matanya.
“Ishh. Jijik gue. Kayak maho lo.” Cibir Rian.
Rio yang tidak menerima perkataan Rian menjitak kepalanya keras. “Woi! Gua normal kali. Gue masih doyan cewek yang sekseh, cuantik tiada kira.”
“Semerdeka lo aja dah Yo. Males gue ribut ama titisan alien pluto kayak lo.” Rian menjawab acuh sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka.
“Lo pada ngapain sih di sini?” Tanya David yang sudah merubah posisinya menjadi duduk.
“Gabut kita dikelas mah. Males banget masuk. Lagian ntarkan pelajaranya Bu Nike serasa dongeng pengantar tidur kali kalau dia yang ngajar.” Ucap Rian sambil menyandarkan punggungnya di kursi tempat David duduk.
Rio mengangguk membenarkan ucapan Rian sambil memainkan ponselnya. “Iya bener tuh. Mending kita disini aja. Lagian pelajarannya habis itu kan kosong juga. Bu Rika pen cuti hamil yak.”
David mengangkat bahunya acuh mendengar ucapan Rio.
Rian mengeluarkan permen karet dari kantongnya dan menawarkannya kepada David. Walaupun mereka terbilang siswa yang sering nakal tapi mereka tetap mengutamakan perintah dari Allah swt, dan tidak pernah mengkonsumsi barang-barang yang berbahaya.
“Lo mau Vid?” David mengambil satu permen karet ditangan Rian.
“Ya Allah. Liat nih cantik bener foto Aliya mana banyak banget lagi followers-nya.” Heboh Rio yang sedari tadi memperhatikan ponsel yang dipegangnya dan melihatkan ponselnya ke arah David dan Rian.
“Iye bener lo mbing, cakep bener dah. Nggak pake make up aja cantik.” Balas Rian tak kalah hebohnya.
“Iyalah gini nih seharusnya cewek jaman sekarang. Cantiknya alami. Nggak usah make make up yang tebal-tebal. Jadi kesannya walaupun masih belasan tahun tapi keliatannya udah kayak emak-emak mau pergi kondangan.” Sambung Rio.
“B aja.” Ketus David sambil menjauh dari rooftop.
Rio dan Rian menatap kepergian David dengan terheran-heran “Napa tuh bocah PMS yah?” Rian menggelengkan kepalanya karena tidak tahu.
--------------------------------------------------------
Assalamualaikum.
Maaf ya kalau banyak typo ataupun salah tanda baca😣
Terima kasih sudah membaca semoga terhibur☺Salam kenal....

KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
Novela JuvenilAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...