Kita bisa dekat karena terbiasa dan kita bisa menjauh karena terbiasa pula. Tapi apakah kau percaya aku telah terbiasa jauh dari mu?
🍃🍃🍃"Udah kali lihatinnya. Ntar jatuh cinta." Aliya memukul pelan bahu Zio yang malah terkekeh.
"Kan tadi kita bicarakan Fisika nah kenapa sekarang malah nyasar di pembelajaran hidup ya?" tanya Zio.
"Kan Kak Zio yang mulai. Aku mah ngikut aja." Aliya merapikan anak rambut yang menutupi wajahnya karena terpaan angin.
"Kak aku mau nanya pendapat dan solusi kakak?"
Zio mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya kemudian menggeser tubuhnya sehingga berhadapan langsung dengan Aliya.
"Apa?"
"Begini. Waktu itu sekitar 3 hari yang lalu kayaknya, Bu Femi minta Aliya untuk ambil bagian di acara pelulusan angkatan Kak Zio nanti. Katanya Aliya di suruh tampil bawain satu lagu untuk acara hiburan. Tapi Aliya bingung mau terima tawaran Bu Femi atau nggak soalnya...." Aliya menggantungkan ucapannya dan Zio mengerutkan dahi ketika Aliya tak kunjung bicara.
"Soalnya?" tanya Zio.
"Soalnya..... Aliya di suruh bareng sama David tampilnya. Bu Femi bilang David main gitar Aliya yang nyanyi. Tapi aku bingung gimana bilangnya sama David karena sudah sebulan ini dia seakan menghindar kalau aku ada di dekatnya," Aliya menundukkan kepala dan membasahi bibir bawahnya.
"Jadi intinya lo mau nerima tawaran Bu Femi tapi bingung dengan pasangan duet lo?"
"Bisa iya, bisa nggak."
"Kenapa?"
Aliya diam dan lebih menundukkan kepanya lebih dalam. "Aliya?" panggil Zio.
Aliya memberanikan diri mengangkat kepalanya dan menatap mata Zio. "A-aku... aku sekarang sudah susah napas Kak. Aku sering sesak tiba-tiba trus aku juga udah nggak kuat berdiri terlalu lama kaki aku rasanya sakit kalau terlalu lama berdiri. Aku takut hal itu terjadi nanti."
Zio mengarahkan tangan kanannya di atas kepala Aliya mengusap rambutnya pelan. "Jangan takut, lo bisa laluin itu. Gue temenin lo tampil nanti. Gini-gini gue jago main gitar sekalian jagain lo. Trus yang soal sesak lo, gue bisa duet dengan lo supaya lo nggak usah nyanyi di semua part lagunya dan dengan begitu lo bisa atur napas lo kalau tiba-tiba lo rasa sesak."
Aliya menatap lekat kearah Zio, Aliya seakan tidak bisa mengatakan apa-apa akan kebaikan yang diberikan Zio selama ini. Sungguh, Aliya sangat bersyukur bertemu dengan sosok sebaik Zio meskipun dia di kelilingi oleh orang-orang yang baik dan menyayanginya dengan tulus tapi bagi Aliya, Zio salah satu orang yang memberikan kesan tersendiri untuknya.
"Kenapa? Lo nggak yakin gue bisa nyanyi. Ahhh lo-" Zio kehilangan kata-katanya ketika Aliya memeluk tubuhnya dengn tiba-tiba.
"Makasih Kak, makasih banyak. Aku nggak tahu harus ngomong apa lagi. Terima kasih sudah jadi penyemangat Aliya, terima kasih sudah selalu ada di samping Aliya, dan terima kasih sudah menjadi kakak yang terbaik untuk Aliya."
Ucapan akhir Aliya seakan menusuk hati Zio. 'Kakak' yah Zio tersadar bahwa perasaanya tak akan pernah terbalas, Aliya hanya menganggapnya sebagai kakak yang sayang terhadap adiknya bukan sebagai sosok laki-laki yang sayang kepada gadisnya.
Zio membalas pelukan Aliya dan menenangkan Aliya yang menangis di dadanya sedangkan dirinya sendiri menangisi hatinya dalam diam dan tanpa air mata.
'Hasil akhirnya adalah hati gue yang gagal. Tapi lo benar Aliya gue nggak gagal seutuhnya karena lo menganggap gue berarti di hidup lo walau hanya sebatas kakak,' batin Zio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
JugendliteraturAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...