MIMPI

1.1K 27 3
                                    

"Kak? Kakak jangan diam aja Ara bosan nih!"

"Kak?"

"Kak David, Ara bawa sesuatu untuk kakak. Hari ini ulang tahun kakak kan?"

David kecil yang sedang asik menggambar menolehkan kepalanya ke samping.

"Ara tahu dari mana? Mama David yang kasih tau ya?"

"Ada deh, Ara gitu lho."
Aliya kecil terkikik karena wajah David yang sedang bingung.

Aliya kecil menyerahkan kotak berwarna biru muda yang di lilitkan pita kecil di atasnya. David tersenyum lebar dan mengambil kotak yang diberikan Aliya.

"Terima kasih Ara. David juga punya sesuatu untuk Ara." Ara adalah nama panggilan yang di berikan khusus dari David karena David rasa kata 'Aliya' terlalu panjang jadi David memanggil Aliya dengan nama belakangnya.

David kecil memberikan Aliya boneka kelinci berukuran sedang berwarna senada dengan kotak kadonya yaitu berwarna biru muda. Aliya langsung memeluk boneka yang diberikan David dan melompat kegirangan.

"Terima kasih juga kak. Kakak kok beliin Ara boneka kan aku gak ulang tahun?" Aliya menunjukkan tampang polosnya dan masih setia memeluk boneka dari David.

"Itu aku kasih karena waktu ulang tahun Ara, David nggak ngasih kado karena David nggak tahu jadi anggap saja itu kado ulang tahun Ara dari David."

Aliya menjulurkan jari kelingkingnya ke arah David. David yang tidak mengerti hanya melihat jari kelingking Aliya sambil mengerutkan dahinya.

"Ara mau ngapain?"

"Kakak kaitkan kelingking kakak ke kelingking Ara dan kita buat janji. Kata mama Ara kalau kita satuin kelingking dan buat janji maka janji itu harus di tepati."

Walaupun masih belum mengerti David masih tetap mengikuti ucapan Aliya dan mengaitkan kelingkingnya di jari kelingking Aliya.

"Ara janji untuk selalu buat kak David tersenyum dan buat kak David ketawa. Sekarang giliran kak David yang buat janji!" Pinta Aliya kecil.

"David janji untuk selalu lindungi Ara dan David janji untuk selalu ada di samping Ara sampai kapanpun." David kecil tersenyum lebar ke arah Aliya begitupun sebaliknya.

"Nah, kita sudah buat janji, jadi janjinya harus di tepati kak kalau gak mama bilang itu namanya kita melanggar janji kita sendiri."

"David akan selalu jaga janji David kok."

Aliya terbangun dari mimpinya. Entah kenapa belakangan hari ini dia selalu memimpikan teman masa kecilnya itu. Dia masih ingat jelas bagaimana rupa teman kecilnya tersebut.

Aliya mengambil boneka kelinci yang senantiasa menemaninya tidur. Meskipun boneka tersebut sudah terlihat lusuh tetapi Aliya masih tetap menyimpannya bahkan Aliya harus rela pulang ke Bandung lagi saat hari pertama kepindahannya di Jakarta karena melupakan boneka kelinci tersebut. Boneka kelinci itu adalah pemberian dari teman masa kecilnya-David.

"Kak David dimana? Ara kangen sama kakak. Kakak udah janji bakal ada untuk Ara tapi kenapa kakak gak tepatin janji itu?

"Kakak pergi tanpa kabari Ara dulu. Selama ini Ara selalu berdoa semoga kita di pertemukan kembali di manapun kakak berada sekarang.

"Kakak gak lupa dengan Ara kan? Ara sekarang sudah pindah apa kakak pernah cari Ara di Bandung?

"Sudah 10 tahun kakak tinggal Ara. Apa kakak masih ingat dengan janji kakak?"

Banyak sekali pertanyan yang berkecamuk di pikirannya selama ini. Banyak sekali kata apakah, kenapa, bagaimana, yang bahkan Aliya sendiripun pusing untuk memikirkannya.

Aliya berbicara kepada boneka kelinci yang sekarang di pegangnya seakan berharap bahwa dia sedang berbicara langsung dengan David di masa lalunya. Tanpa di sadarinya air mata Aliya menetes, yah Aliya sekarang menangis.

Aliya sangat rindu dengan teman masa kecilnya itu tapi kerinduannya sedikit terobati oleh seseorang walaupun orang yang mengobati kerinduannya bukanlah seseorang yang menjadi penyebab rindu yang di rasakannya sekarang.

Entah kebetulan atau apa saat Aliya berdekatan dengan David di sekolah dia merasa seperti bersama David-teman masa kecilnya. Mungkin karena mereka memiliki nama yang sama jadi Aliya merasa seakan David yang setiap hari dijumpainya di sekolah adalah David di masa lalunya.

"Aku berharap suatu hari dengan izin Allah kita bisa bertemu kembali kak." Aliya memutuskan untuk pergi ke kamar mandi mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud karena dia terbangun pukul 2 pagi.

*****
Di tempat yang berbeda David juga terbangun di karenakan mimpinya. Dia bermimpi tentang janji yang dibuatnya bersama Aliya semasa kecil. David merasa bahwa dia sudah gagal menjaga janjinya, dia sudah melanggar janji yang di buatnya sendiri. David merasa menjadi seseorang yang munafik karena tidak menepati apa yang dia ucapkan.

Bukannya David sengaja untuk melanggar janjinya tapi dia merasa bahwa dengan David menjauh maka Aliya tidak akan dalam bahaya lagi karena ulahnya.

Kenangan buruk itulah yang selama ini seakan menahan David untuk secara terang-terangan berinteraksi dengan Aliya. Dia tidak ingin akibat kesalahannya orang yang dia sayangi menjadi korbannya.

Semuanya memang masa lalu tapi tidak menutup kemungkinan itu semua akan terjadi kembali. David tidak siap jika semua itu terulang kembali, dia takut akan mencelakai orang yang dia sayangi.

David tidak ingin orang lain merasakan akibat dari apa yang dilakukannya.

"Suatu saat semuanya akan jelas Ara. Semuanya. Alasan kenapa aku menghindar. Alasan kenapa aku memilih pergi dan melanggar janjiku. Dan alasan mengapa aku seakan tidak mengingatmu."

David turun dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu kemudian melakukan sholat tahajud. David memang selalu melakukan sholat tahajud setiap malamnya.

David memakai baju koko putihnya dan sarung bewarna biru navy kemudian melakukan sholat dengan khusyu.

Diakhir sholatnya David berdoa kepada Allah mencurahkan segala isi hatinya.

"Ya Allah, kau mengetahui segalanya. Apa yang hamba nampakkan dan apa yang hamba sembunyikan. Lindungi selalu orang terkasih hamba. Suatu saat jika engkau menghendaki apa yang selama ini hamba rahasiakan terkuak tolong kuatkan hati hamba agar hamba bisa menerimanya dengan hati yang ikhlas." Itu adalah doa yang David panjatkan ketika sholatnya kali ini.

*****

Di waktu yang sama namun berbeda tempat Aliya juga berdoa kepada sang pencipta.

"Ya Allah, jika engkau meridhoi hamba untuk bertemu dengannya maka pertemukanlah sebelum hamba tak mampu lagi untuk melihatnya. Jagalah dia di manapun dia berada. Aku berpasrah kepadamu, engkaulah sebaik-baiknya pembuat rencana. Apapun yang engkau takdirkan hamba ikhlas menerimanya. Terimakasih untuk nikmat yang engkau berikan selama ini."

Aliya berharap dia akan segera di pertemukan dengan Davidnya di masa kecil namun dia tidak menyadari bahwa Allah SWT. sudah lama menjawab doanya. David yang selama ini dia temui di sekolah adalah David yang kerap kali menjadi bunga di tidurnya.

Mereka, Aliya dan David berdoa dengan cara yang sama, melakukan di waktu yang sama, namun mengaminkan harapan yang berbeda.

Meskipun dekat kita tidak selamanya bisa menyadari kehadirannya. Sedekat apapun suatu hal itu jika belum saatnya untuk kita merasakannya maka tidak akan bisa kita mengetahuinya.

Sebaliknya, sejauh apapun itu jika sudah saatnya untuk bersatu maka badaipun tidak akan mampu menghalanginya. Bentengpun tidak akan mampu menahannya.

Semua hanya permainan takdir. Takdir kita sudah ditentukan bahkan jauh sebelum kita terlahir di dunia ini. Semua akan tiba pada masanya, bersabarlah karena jika memang waktunya tiba maka tidak akan ada yang bisa merubahnya.

*****

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang