RENCANA (1)

920 16 0
                                        

Setelah dari rooftop  David kembali ke kelas meninggalkan Rio dan Rian yang masih betah berada di sana.

Saat akan melewati koridor menuju ke kelasnya dia sempat berpapasan dengan Sofie.

"David, kamu dari mana?" tanya Sofie.

"Bukan urusan lo."

"David tunggu, aku mau ngomong bentar sama kamu."

"Minggir!"

David berjalan terlebih dahulu meninggalkan Sofie yang terus menyebut nama David dan berusaha mengejarnya.

"David, aku mau ngomong."

David menghela napas dan membalikkan badannya menghadap Sofie.

"Apa?" tanya David dengan tidak minat.

"Besok aku ulang tahun dan aku mau undang kamu ke pesta ulang tahun aku. Datang ya," Sofie tersenyum manis ke arah David dan menyerahkan selembar undangan kepada David.

"Gue nggak bisa," tolak David.

"Aku mohon sekali aja kamu datang. Nggak lama lagi aku bakal lulus dari sekolah ini jadi aku pengen buat kenangan indah sama kamu sebelum aku lulus."

David memikirkan sejenak ucapan Sofie. Sebenarnya dia malas untuk hadir di pesta apapun karena menurutnya itu hanya buang-buang waktu saja.

"Gue usahain," David mengambil undangan tersebut dan meninggalkan Sofie di tempat.

"Rencana pertama berhasil," Sofie membalikkan badannya dan pergi menuju rencananya yang selanjutnya.

*****

Aliya yang sedang berada di dalam kelas kaget ketika David menarik kursi dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Aliya pasalnya wajah David sedikit masam entah karena apa.

"Lo dapat undangan ulang tahun dari Sofie?" David balik bertanya kepada Aliya.

Aliya mengangguk dan mengeluarkan undangan berwarna hijau toska dari dalam tasnya. "Iya, tadi Sindy yang anterin. Katanya hampir semua murid di undang."

"Lo nggak usah datang aja deh."

Aliya mengangkat kedua alisnya. "Kenapa?" tanganya dengan bingun.

"Gue nggak tahu kenapa tapi perasaan gue kayak nggak enak aja."

"Maksdunya?" Aliya masih belum paham dengan ucapan David.

"Nggak usah di pikirin. Mungkin pikiran gue aja yang lagi kacau."

"Pulang nanti temanin gue jalan dulu ya!"

Aliya mengalihkan pandangannya menghadap David. "Jalan ke mana?"

"Yah kemana aja. Gue lagi butuh refreshing sejenak. Lagian kan kita udah lama nggak jalan bareng. Gue rindu masa-masa kecil kita dulu."

Aliya tersenyum sambil membayangkan masa kecilnya bersama David. Ketika mereka kecil dahulu tiada hari yang terlewat tanpa bermain bersama. Entah itu Aliya yang akan ke rumah David ataupun sebaliknya.

Ketika kecil dahulu mereka sangat sulit untuk di pisahkan dimana ada Aliya maka di situ juga ada David.

"Iya. Udah lama kita nggak jalan bareng. Aku juga rindu masa kecil kita dimana kita cuma mikirin tentang main aja dan nggak mikirin sama sekali beratnya beban hidup yang harus di tanggung."

David mengerutkan keningnya. "Maksud ucapan lo apa?"

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan Aliya pada awalnya. Hanya saja entah kenapa kalimat terakhir Aliya seakan mengundang pertanyaan di benak David.

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang