Jam pelajaran pertama telah selesai dan bel istirahat pun berbunyi. Setelah 3 jam bergelut dengan pelajaran fisika yang membuat kepala pusing karena banyaknya rumus dan turunannya akhirnya mereka bisa bernapas lega.
Seluruh penghuni kelas segera keluar untuk istirahat setelah guru mata pelajaran keluar terlebih dahulu.
“Emm... David. Ada yang mau aku bicarakan tapi jangan disini,” ucap Aliya.
David yang sedang memasukkan buku pelajaran ke dalam laci meja menoleh kepada Aliya. “Bicara apa?”
“Jangan di sini. Gimana kalau di taman belakang aja?”
David mengangkat sebelah alisnya. Apa harus ke taman belakang untuk berbicara kan di sini juga bisa.
“Baiklah,” David menganggukkan kepala dan berdiri dari bangkunya.Aliya yang melihat David berdiri ikut menyusul untuk berdiri juga dari bangkunya.
“Aliya sorry ya gue nggak bisa temenin lo ke kantin. Gue mau ke perpus soalnya,” Vallen menghampiri Aliya dan berdiri di hadapannya.
“Tumben. Kamu mau ngapain ke perpus?” tanya Aliya.
“Numpang wifi,” Vallen terkekeh dan menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Gue mau streaming drama korea yang baru. Kan lumayan bisa hemat kuota.”
Aliya yang tahu Vallen maniak drama korea hanya bisa menghela napas. “Yaudah.”
Vallen melambaikan tangannya dan beranjak keluar kelas.
“Vid, kantin yuk!” Rian menepuk pundak David pelan untuk mengajak David ke kantin.
David melihat ke arah Rian dan Rio yang berdiri di sampingnya. “Duluan. Gue nyusul entar.”
“Jangan lama-lama ya, Vid. Kalau nggak ada lo, gue gak akan dapat makan gratis.”David memutar bola matanya mendengar ucapan Rio.
“Iya. Udah sih lo berdua pergi gih!”
“Alah bilang aja yang mau berduaan sama Aliya,” setelah mengatakan itu Rio langsung berlari keluar kelas sebelum mendapat amukan dari David.Rian yang di tinggal hanya bisa menggaruk belakang kepalanya gugup. ‘Rio sialan,’ umpatnya dalam hati.
“Ah Vid. Kalau gitu gue pergi juga.”
Tanpa menunggu balasan dari David, Rian langsung berlari meninggalkan kelas dan menyusul Rio yang entah di mana.
Aliya cengong melihat Rian yang berlari sangat cepat. Bahkan Rian sempat tersungkur karena menabrak meja yang ada di barisan depan.
“Ayo.”
Ucapan David membangunkan Aliya dari rasa terkejutnya.
“Ah.. Iya.”
David dan Aliya berjalan beriringan menuju ke taman belakang, meskipun tidak ada percakapan di antara mereka.
Sepanjang perjalanan ada saja murid perempuan yang menjerit ketika berpapasan dengan David di koridor. Tidak hanya itu, banyak dari mereka yang mencemooh Aliya karena dianggap tidak pantas berjalan bersama David.
Aliya yang mendengar hal itu menundukkan kepala dan memperlambat langkahnya untuk memberikan jarak antara dia dan David.
David yang menyadari Aliya tidak lagi berjalan di sampingnya menoleh ke belakang. Tanpa di duga-duga David menggenggam telapak tangan Aliya dan menuntunnya untuk berjalan bersama.
“Nggak usah dengar ucapan mereka.”
Aliya mengangguk dan kembali berjalan di sisi David. Sepanjang perjalanan Aliya sesekali melirik genggaman tangan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/138835885-288-k92506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile in the pain
Teen FictionAku tersenyum untuk menyembunyikan sakit ku. Aku tertawa untuk meredam jeritan ku. Aliya. Kita sama-sama menyembunyikan banyak hal. Banyak hal yang menyatukan kita tapi kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. David. Permainan takdir memang lu...