ES BALOK

2K 56 6
                                    

Aliya berangkat sekolah lebih awal hari ini karena tadi malam Vallen sempat menyuruhnya datang lebih pagi karena ingin melihat tugas rumah yang Vallen tidak bisa kerjakan.

Saat melewati koridor yang menuju ke kelasnya, Aliya sempat merinding karena koridor yang masih sepi dan hujan diluar sana seakan mendukung suasana. “Oh paket komplit. Sepi, hujan, dingin, menakutkan.” Batin Aliya.

Salahkan Vallen karena menyuruhnya datang cepat padahal ini baru pukul 06:05 pagi. Guru-guru saja belum datang dan Vallen sudah menyuruhnya datang sepagi ini.
Sepanjang perjalanan Aliya tak henti-hentinya membaca ayat-ayat al-qur’an yang dihafalnya. Aliya sangat takut dengan gelap sehingga dia menambah kecepatan berjalannya.

Ketika berjalan menuju kelas, Aliya merasa bahwa ada yang menepuk bahunya pelan.

Astagfirullah,, maaf mbak, mas, abang, kakak, eneng, kakek, nenek hantu. Aku mohon jangan ganggu aku. Aku anak baik kok nggak pernah ganggu kalian. Janji deh kalau kalian lepaskan aku, aku bakal nggak nakal lagi.” Racau Aliya dengan mata terpejam.

Merasa heran dengan kelakuan Aliya, orang yang menepuk bahunya itupun berdehem “Ekhem...”

“Aduh mas hantu, mas hantu tolong lepasin aku yah. Jangan sampe jatuh cinta sama Aliya. Aliya nggak mau digentayangi mas hantu lagi.” Sambung Aliya.

Tepukan dibahu Aliya berubah menjadi jitakan yang lumayan keras di kepalanya.

“Awww..” Pekik Aliya sambil mengelus kepalanya.

“Bukunya jatuh.” Ucap orang itu yang ternyata adalah David.

Aliya membuka matanya dan melihat David yang menunjuk buku Aliya yang terjatuh menggunakan dagunya.

Belum sempat Aliya berterimakasih David sudah pergi terlebih dahulu.
“Lah, dasar es balok. Ngomongnya irit banget. Mana kebiasaan pergi sebelum orang selesai ngomong.” Gerutu Aliya sambil melanjutkan langkahnya.

Aliya yang baru masuk ke kelas langsung di sambut dengan teriakan Vallen.

“Aliyaaa, ih lama banget sih kan gue suruh datang pagi. Nih sekarang udah jam 06:15” Ucap Vallen sambil berlari ke arah Aliya.

Aliya yang sedari awal sebal tambah sebal karena ocehan Vallen.

“Ini juga masih pagi kali. Aku lama itu karena tadi di koridor aku ketemu sama si es balok. Aku kira hantu.”

“Es balok? Siapa?” Tanya Vallen.

“David” Jawab Aliya singkat.

Karena tidak mau bicara banyak Aliya langsung menyerahkan buku tugasnya pada Vallen.

Assalamualaikum, selamat pagi, good morning kawan-kawan ku!” Teriak Rio yang baru saja memasuki kelas disusul oleh Rian di belakangnya.

Vallen yang kagetpun berteriak pada Rio “Eh toa, diam kek ribut banget sih lo.”

Rio hanya mengangkat bahu acuh sambil berjalan menuju bangkunya “Toa teriak toa, dasar. Untung sayang.”

“Apa lo bilang” Sambung Vallen dengan memandang Rio tajam dan hanya dibalas dengan senyum dari Rio sambil mengangkat kedua jarinya.

Rio dan Rian pergi ke bangku mereka dan meletakkan tas yang mereka bawa ke atas meja.

“Eh Len liat dong pr nya, gue belum kerja nih.” Minta Rian dan langsung duduk di bangku yang berada di samping Vallen.

“Tanya Aliya dulu gih ini juga bukunya si Aliya. Gue juga belum kelar.” Suruh Vallen.

Rian menoleh kebangku Aliya dan meminta izin padanya.“ Aliya boleh ya gue liat pr lo, sekalian cari pahala gitu lo sama gue.”

Aliya yang sedari awal melihat ke arah jendela yang berada disisi kiri bangkunya menoleh ke arah Rian yang memanggil namanya.

Melihat Aliya yang menganggukkan kepalanya Rian pun langsung menyalin pr Aliya.

Rio yang menyadari Rian menyalin pr tanpa mengajaknya langsung buru-buru mengambil buku tugasnya dan menghampiri Rian yang sudah berada di meja Vallen terlebih dahulu.

“Yee, si ayam kagak ngajak-ngajak lo.” Teriak Rio sambil berlari ke meja Vallen.

*****

“Aliya ke kantin yuk.” Ajak Vallen sambil berjalan ke bangku Aliya.

“Hem nggak deh, aku bawa bekal kok. Maaf ya nggak bisa bareng.”

“Yee, kagak kenapa kali. Nggak usah sungkan gitu. Hahaha santai aja.” Sambung Vallen dan berjalan keluar dari kelas.

“Beb Vallen sama akang aja yok ke kantinnya. Akang juga pengen ke kantin nih.” Ajak Rio sambil mengejar langkah Vallen.

Bukannya berhenti Vallen malah menambah kecepatan langkahnya “Ogah. Hus sana jauh-jauh lo.” Teriak Vallen sambil lari menjauh dari Rio.

Bukannya menjauh Rio malah berlari lebih cepat “Bebeb tunggu akang dong.” Teriak Rio mengejar Vallen.

Rian yang masih berada di kelas geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rio. “Bukan temen gue tuh.’’ Gumamnya sambil berjalan ke bangku David.

“Vid lo nggak ke kantin?” Tanya Rian sambil menepuk bahu David pelan.

“Males.” Balas David singkat.

“Ya udah gue ke kantin dulu. Bhay. Dadah neng Aliya mas Rian ke kantin dulu yak. Hati-hati kalau sama David, ntar bisa dimakan dia galak soalnya.” Sambung Rian sambil melambai-lambaikan tangannya.

Aliya yang melihat kelakuan teman-temannya hanya terkekeh pelan.

Di dalam kelas hanya beberapa murid saja yang tidak keluar ke kantin. Ada yang mencatat, ada juga yang memanfaatkan jam istirahat untuk tidur.

Aliya mengeluarkan kotak bekal dari tasnya dan menaruhnya di meja. Hari ini Aliya hanya membuat bekal roti isi karena malas repot.

Aliya menoleh ke arah David “David! David mau nggak?  Nih aku bawa lebih.” Aliya mengarahkan kotak bekalnya ke arah David.

David tak berniat mengambilnya bahkan membalas ucapan Aliya saja dia tidak berminat. David hanya melihat sekilas kemudian mengalihkan pandangannya ke novel yang sedari tadi dibacanya.

Tidak mendapat respon dari David, Aliya menghela nafasnya “Heehh. Punya mulut kok nggak di pake buat ngomong.” Gumam Aliya pelan.

“Nggak usah sok baik lo.” Ketus David.

“Hah apa?” Aliya bertanya karena tidak menyimak perkataan David.

Bukannya menjawab, David hanya bergumam sambil pergi meninggalkan kelas “Hn.”

Aliya terdiam sebentar dan karena malas pusing dia pun melanjutkan memakan bekalnya.

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang