PERASAAN ANEH

1.2K 26 0
                                    

“Rasa ini aneh, aku tak tau apa namanya. Yang jelas rasa ini hanya muncul saat kamu ada di dekatku.”

Aliya.

Aliya berangkat sekolah dengan tergesa-gesa pagi ini. Dia harus berlari untuk sampai ke sekolah karena angkutan umum hanya berhenti di depan pembelokan saja sehingga Aliya harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah.

Aliya menyesal menolak tumpangan dari mamanya. Karena tidak ingin membuat telat mamanya ke butik sekarang malah dia yang terlambat.

Aliya memperbaiki letak tasnya yang agak turun dan menambah kecepatan larinya. Meskipun napas Aliya sudah tidak beraturan tetap saja dia paksakan asalkan dia sampai di sekolah sebelum gerbang ditutup.

Sesampainya di sekolah ternyata gerbang sudah ditutup. Aliya kebingungan bagaimana dia bisa masuk terlebih ada makalah yang harus di presentasikannya hari ini.

Aliya melihat-lihat sekitar sekolah berharap menemukan satpam atau guru piket yang bertugas tapi nihil tidak ada satupun yang dilihatnya.

Rasanya Aliya ingin menangis sekarang juga. Dia sangat menyesal memilih tidur larut untuk menyelesaikan novel yang dibacanya.

Aliya menghela napas. Berusaha menenangkan dirinya. Sungguh dia takut ini adalah pertama kalinya dia terlambat.

“Lo ngapain berdiri di luar pagar? Telat?” Aliya membalikkan badan dan ternyata David lah yang dilihatnya.

“Nggak aku lagi jualan siomay.” Aliya menghela napas. Pertanyaan macam apa itu semua orang bahkan tanpa bertanya pun tau jika dia telat.

David memasukkan tangannya ke saku celana dan berjalan mendekati Aliya.

“Ngapain dekat-dekat?” Aliya otomatis langsung mundur berusaha menjauh dari David karena David berdiri sangat dekat degannya.

David menghembuskan napas jengah dan memutar kedua bola matanya. Tanpa menjawab apapun David langsung menarik tangan Aliya untuk mengikuti langkahnya.

“Hei, hei, hei. Mau kemana jangan tarik-tarik.” Aliya heboh sekaligus panik karena David langsung menarik nya tanpa persetujuan dari Aliya.

Aliya berkali-kali berteriak di samping telinga David berharap agar tangannya di lepaskan atau setidaknya diberitahu akan dibawa kemana dia. Tapi David seakan menulikan pendengaran dan menjadi bisu mendadak sehingga tidak menanggapi apapun yang dilakukan Aliya.

Karena lelah dan merasa apa yang dilakukannya sia-sia akhirnya dengan penurut dia mengikuti langkah es balok satu ini.

David melepaskan cekalannya ketika mereka sudah berada di belakang sekolah.

“Ngapain kesini? Jangan macam-macam ya awas aja kamu!” Aliya mengepalkan tangannya dan mengarahkan ke depan wajah David.

David memberikan kode dengan matanya agar Aliya memperhatikan tembok yang ada di hadapan mereka.

Merasa David melirik sesuatu Aliya mengikuti arah pandangan David.

“Ngapain liat tembok? Ada lubangnya ya?” Aliya meneliti tembok di hadapannya dan tidak menemukan lubang apapun.

“Nggak ada tuh.” Sambung Aliya.
Tatapan David yang awalnya datar berubah menjadi lebih datar. “Naik!” Ucapnya.

Aliya menautkan kedua alisnya merasa bingung dengan ucapan David. “Naik? Naik apa? Disini nggak ada tangga ataupun kendaraan. Jadi mau naik apa?”

“Atas.” David mengarahkan matanya ke atas tembok.

Aliya melihat arah pandangan David “Maksudnya naik pohon itu? Aku sih bisa naiknya tapi turunnya nggak bisa.” Aliya dengan polosnya menunjuk pohon yang berada di depan tembok.

Smile in the painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang